Anda di halaman 1dari 21

CASE BASED DISCUSION

TUMOR PALPEBRA INFEROR OD

Disusun oleh:

Fiana Deswita
1918012010

Perceptor:
Dr. Rani Himayanti, Sp.M K

KEPANITERAAN KLINIK SMF BAGIAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Nn. Ni Komang Nila Septiana
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Seputih Banyak, Lampung Tengah
Tanggal Pemeriksaan : 10 Maret 2020

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan di bawah kelopak mata kanan sejak 1 bulan yang lalu.

Keluhan Tambahan :
Terasa nyeri, keluar air mata , gatal.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli RSUD Abdul Moeloek dengan keluhan
terdapat benjolan di bawah kelopak mata kanan sejak 1 bulan yang lalu.
Menurut pasien benjolan yang di rasakan awalnya kecil seperti di gigit
nyamuk yang lama kelamaan membesar. Benjolan di sertai dengan nyeri,
sering keluar air mata dan terasa gatal pada daerah benjolan. Keluhan mata
merah di sangkal sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan
yang sama . Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke RS Mardiwaluyo
lalu pasien menambahkan menurut dokter yang memeriksanya kantung
mata pasien tersumbat lalu pasien ke RS Abdul Moeloek. Riwayat
penggunaan obat obatan dalam jangka waktu lama di sangkal penggunaan
lensa kontak di sangkal riwayat penyakit kronis di sangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi (-), riwayat sakit mata sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Keluhan serupa pada keluarga tidak ada
 Riwayat penyakit mata lainnya tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present :
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan Darah : 120/80 mmhg
- Nadi : 80x/menit
- Pernafasan : 22x/menit
- Suhu : 36,8○C

Status Generalis:
A. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,8oC

Status Generalis
Kepala
Muka : Simetris, normochepal, oedem (-)
Rambut : Hitam, pertumbuhan merata
Mata : Simetris
Telinga : Simetris, sekret (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-)
Kesan : Dalam batas normal
Leher
Trakea : Deviasi trachea (-), letak normal
KGB : Tidak pembesaran pada KGB leher
Kesan : Dalam batas normal

Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Systolic thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI/SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaan jantung dalam batas normal

Paru

Anterior Posterior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi Normochest, Normochest, Normochest, Normochest,
pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada
simetris simetris simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil Fremitus taktil Fremitus taktil, Fremitus taktil,
dan ekspansi dada dan ekspansi dada ekspansi dada ekspansi dada
dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N), Vesikuler (N), Vesikuler (N), Vesikuler (N),
ronki -/-, ronki -/- ronki -/-, ronki -/-,
wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/-

Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal

Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba
Kesan : Pemeriksaan abdomen dalam batas normal

Ekstremitas
Superior : Lengkap, cacat (-), oedem (-/-)
Infrerior : Lengkap, cacat (-), oedem (-/-)
Kesan : Dalam batas normal
Terdapat benjolan

STATUS OFTALMOLOGIS

OD OS
6/6 VISUS 6/6
Normal GERAK BOLA MATA Normal
Tidak dilakukan skiaskopi SKIASKOPI Tidak dilakukan skiaskopi
Eksoftalmus (-), Eksoftalmus (-),
endoftalmus (-), deviasi (-), BULBUS OCULI endoftalmus (-), deviasi (-),
strabismus (-), nistagmus (-) strabismus (-), nistagmus (-)
Dalam batas normal SUPERSILIA Dalam batas normal
Parese (-), paralise (-) PARESE/PARALISE Parese (-), paralise (-)
Edem (-), hiperemis (-) PALPEBRA SUPERIOR Edem (-), hiperemis (-)
Edem (-), hiperemis (-) Edem (-), hiperemis (-)
terdapat benjolan(+) keras, PALPEBRA INFERIOR
nyeri tekan(+)
Injeksi (-), sekret (-) KONJUNGTIVA PALPEBRA Injeksi (-), sekret (-)
Injeksi (-) KONJUNGTIVA FORNIKS Injeksi (-)
Injeksi (-), Sekret (-) KONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Ikterik (-), injeksi (-) SKLERA Ikterik (-), injeksi (-)
Jernih (+) KORNEA Jernih (+)
Trantas dots limbus Trantas dots limbus
LIMBUS
superior(-) superior(-)
Dalam , hipopion (-), CAMERA OCULI Dalam , hipopion (-),
hifema (-) ANTERIOR hifema (-)
Coklat, kripta(+) IRIS Coklat, Kripta (+)
Bulat, Regular, Refleks Bulat, Regular, Refleks
PUPIL
Cahaya (+) Cahaya (+)
Jernih LENSA Jernih
Tidak dilakukan FUNDUSKOPI Tidak dilakukan

IV. RESUME
Pasien datang ke Poli RSUD Abdul Moeloek dengan keluhan terdapat
benjolan di bawah kelopak mata kanan sejak 1 bulan yang lalu. Menurut
pasien benjolan yang di rasakan awalnya kecil seperti di gigit nyamuk yang
lama kelamaan membesar. Benjolan di sertai dengan nyeri, sering keluar air
mata dan terasa gatal pada daerah benjolan. Keluhan mata merah di sangkal
sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama .
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke RS Mardiwaluyo lalu pasien
menambahkan menurut dokter yang memeriksanya kantung mata pasien
tersumbat lalu pasien ke RS Abdul Moeloek. Riwayat penggunaan obat
obatan dalam jangka waktu lama di sangkal penggunaan lensa kontak di
sangkal riwayat penyakit kronis di sangkal. Riwayat trauma di sangkal.

Hasil pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, dalam


pemeriksaan OD visus 6/6 terdapat Edem (-), hiperemis (-) terdapat
benjolan (+) keras, nyeri tekan (+) pemeriksaan OS visus 6/6

V. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan histopatologis
- Pemeriksaan CT Scan

VI. DIAGNOSA BANDING


- Dakriosistitis

VII. DIAGNOSA KERJA


- Tumor palpebra inferior OD

VIII. PENATALAKSANAAN
- Eksisi

IX. PROGNOSA
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Fungtionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Tumor/kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan

pertumbuhan sel tidak normal atau terus-menerus dan tidak terkendali yang

dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh

dari asalnya yang disebut metastasis. Menurut data WHO tahun 2013,

insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta

kasus tahun 2012 dengan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang

tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012 (Kemenkes RI,2014) . Kanker

(tumor ganas) merupakan penyebab kematian utama kedua yang

memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit

tidak menular utama di dunia. Masalah penyakit kanker di Indonesia antara

lain hampir 70% penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium

yang sudah lanjut. (Oemiati et al, 2011)

Mata sebagai indera yang menyebabkan manusia untuk melihat juga tidak

terlepas dari penyakit neoplasma (tumor) baik jinak maupun ganas.

Walaupun frekuensinya kecil hanya 1% di antara penyakit keganasan

lainnya,neoplasma pada mata merupakan masalah besar. Tumor mata adalah


tumor yang menyerang rongga orbita, sebagian merusak jaringan lunak

mata, saraf mata dan kelenjar air mata. Tumor mata jarang ditemukan dan

dapat berasal dari dinding orbita, isi orbita, sinus paranasalis, dan

sekelilingnya. Tumor mata dapat menjadi penyebab utama kehilangan

ketajaman penglihatan dibanding penyakit mata lainnya serta

mengakibatkan cacat kosmetik dan kematian. (Rahmadani dan Ovy, 2012).

Penanganan tumor mata dibedakan berdasarkan sifat tumor apakah tumor

bersifat jinak atau ganas. Bila tumor jinak maka memerlukan eksisi dan atau

pendekatan konservatif. Bila tumor mata bersifat ganas maka memerlukan

tindakan biopsy dan redioterapi serta kemoterapi. Tumor mata bisa juga

berasal dari tempat lain sehingga disebut sebagai tumor sekunder.

Kebanyakan tumor mata sekunder berasal dari hidung dan sinus paranasal.

Prognosis atau angka keberhasilan kelangsungan hidup penderita mencapai

80%, artinya masih ada harapan hidup yang cukup baik. Angka kematian

sangat dipengaruhi oleh stadium tumor itu sendiri. Tentu saja pada stadium

lanjut angka kelangsungan hidup lebih buruk (Shetlar DJ, 2013).

Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan

sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Pada

palpebra terdapat bagian-bagian: kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar

Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. Otot seperti:

Muskulus orbikularis okuli untuk menutup bola mata yang dipersarafi

Nervus Fasial. M. levator palpebra yang dipersarafi N. III yang berfungsi


untuk membuka mata. Pembuluh darah yang mempedarahinya adalah arteri

palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus

frontal N. V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang ke II saraf ke V

(Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012).

2.2 Jenis Tumor Mata

Tumor mata bisa terjadi di semua bagian mata yang mengalami pembelahan

sel abnormal dan kematian sel yang menurun. Berdasarkan posisinya, tumor

mata dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tumor eksternal, yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti

tumor palpebra dan tumor konjungtiva

2. Tumor intraokuler, yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata

3. Tumor retrobulbar, yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata

Tumor Eksternal

1.1 Tumor Palpebra

Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar

mata dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan

ikat, jaringan kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar

palpebra (Khurana AK,2007). Tumor palpebra dapat dikelompokkan

menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak palpebra sangat

umum dan bertambah banyak dengan meningkatnya usia. Kebanyakan

mudah dikenali secara klinis. Tumor ganas palpebra dibagi menjadi dua,

yaitu tumor primer dan tumor metastatik (jarang) (Eva PR, Whitcher JP.
Vaughan & Asbury,2013). Tumor ganas yang paling sering mengenai

palpebra adalah karsinoma sel basal, karsinoma sel squamous,

karsinoma sel sebasea, melanoma, dan sarkoma kaposi. Sedangkan

tumor jinak palpebra seperti hemangioma dan xanthalesma. (Eva PR,

Whitcher JP. Vaughan & Asbury,2013).

1.2 Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari lapis

luar sel folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan

pinggir yang seperti mutiara. Tumor ini umumnya ditemukan di daerah

berambut, bersifat invasif, jarang mempunyai anak sebar atau

bermetastasis. Dapat merusak jaringan di sekitarnya terutama bagian

permukaan bahkan dapat sampai ke tulang (bersifat lokal destruktif),

serta cenderung untuk residif lebih bila pengobatannya tidak adekuat.

Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan

terapi, diantaranya adalah bedah eksisi dengan potong beku (frozen

section), bedah mikrografi Mohs, bedah dengan laser CO2, dan eksisi

tanpa potong beku. Pilihan terapi non bedah yaitu : Radioterapi,

Kemoterapi, dan Interferon (Sukmawati, T.T., Gabriela, R,2012).

1.3 Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas kelopak mata tersering

kedua. Insidensinya hanya 5% jauh lebih kecil dari insidensi karsinoma

sel basal. Umumnya sering muncul dari batas kelopak mata (gabungan

kulit dengan mukosa) pada pasien yang tua. Dapat mengenai kelopak

mata atas dan bawah.Gejala klinis dapat muncul dalam 2 bentuk yaitu
sebuah luka dengan batas tinggi dan keras yang paling sering. Kedua

adalah bentuk seperti jamur atau polip verukosa tanpa ada luka, tetapi

jarang muncul. (Khurana AK,2007).

1.4 Karsinoma Kelenjar Sebasea

Karsinoma kelenjar sebasea adalah karsinoma yang tumbuh dari

kelenjar meibom pada kelopak mata. Etiologinya adalah 15 idiopatik.

Jarang muncul pada anak-anak, dengan frekuensi tertinggi muncul pada

orang dengan umur 60-79 tahun. Karsinoma kelenjar sebasea bisa

menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas. Biasanya, berbentuk

nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti

khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang

kenyal. Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan terapi

bedah. Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk

mencegah penyebaran local ataupun sistemik. Pengobatan dari

karsinoma kelenjar sebasea adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan

batasan operasi yang luas dengan control potongan beku segar untuk

menggambarkan pinggiran tumor. Evaluasi nodul limfatik diperlukan

untuk menilai metastase (Michael L Glassman MD,2010).

Tumor Konjungtiva

1.1. Karsinoma

Lokasi karsinoma konjungtiva yang paling sering adalah di limbus di

daerah fisura palpebra dan yang lebih jarang adalah di konjungtiva yang

tidak terpajan. Gejala yang bisa didapatkan berupa permukaannya


menyerupai agar-agar, kadang-kadang keratinisasi epitel yang abnormal

menyebabkan leukoplakia, pertumbuhannya lamban dan dapat terjadi 16

penyebaran serta metastasis ke bagian yang dalam . Pemeriksaan yang

dilakukan berupa biopsi dengan eksisi yang akan memastikan diagnosis

dan mengatasi sebagian besar lesi ini. Tatalaksananya yaitu eksisi ulang

dan terapi krio bisa membantu mencegah agar tidak kambuh.

1.2 Melanoma Maligna Konjungtiva

Melanoma maligna terjadi pada sel yang memproduksi melanin, pigmen

yang memberi warna pada kulit,yaitu sel melanosit. Mata juga memiliki

sel yang memproduksi melanin dan dapat menjadi melanoma.

Melanoma maligna juga dapat terjadi pada konjungtiva, tumor ini

diidentifikasi pa-ling sering di daerah perilimbal interpalpebra

konjungtiva bulbi. Tumor yang berlokasi di konjungtiva palpebra,

forniks, ka-runkel, plika semilunaris atau margo pal-pebra memiliki

prognosis buruk untuk kelangsungan hidup. Gejala dan tanda dapat

berupa lesi berwarna lebih terang atau lebih gelap,gatal,perubahan

bentuk menjadi tidak teratur atau nevus bertambah luas atau bertambah

tebal,perdarahan mendandakan proses sudah sangat lanjut.

Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan

eksenterasi dan medikamentosa dengan pemberian kemoterapi.

Pengobatan secara nonmedikamentosa meliputi radioterapi dan terapi

fisik. (Yu GP, Hu DN, McCormick S,2003)


Tumor Intraokular

2.1 Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor ganas pada retina yang sering terjadi pada anak-

anak. Tanda dan gejalanya adalah leukokoria (reflek putih pada pupil atu disebut

reflek mata kucing) adalah tanda yang sering terlihat pada retinoblastoma, yaitu

56,1% dari seluruh kasus yang ada. Kemudian gejala yang lain adalah strabismus

yang terjadi karena gangguan visus, nistagmus (pergerakan bola mata yang

abnormal), heterekromia (perubahan warna iris), dan proptosis (penonjolan bola

mata) sering terjadi pada negara tidak berkembang. Retinoblastoma juga bisa

menyebabkan perubahan sekunder pada mata, seperti glaukoma, ablasio retina,

dan inflamasi pada mata (pseudouveitis dan selulitis) (Aventura M dan Kaiser

KP.,2012). Pengobatan pada retinoblastoma adalah untuk mengontrol tumor dan

memperoleh penglihatan yang bisa terlihat oleh penderita. Tindakan yang bisa

dilakukan adalah enukleasi (pengangkatan bola mata), radioterapi, potokoagulasi

(laser treatment), krioterapi (freezing treatment), dan kemoterapi (Aventura M dan

Kaiser ,2012).

2.2 Melanoma Maligna

Melanoma maligna terjadi pada sel yang memproduksi melanin, pigmen yang

memberi warna pada kulit,yaitu sel melanosit. Mata juga memiliki sel yang

memproduksi melanin dan dapat menjadi melanoma. 18 Pada fase awal mungkin

tidak akan mengalami gejala apapun, akan tetapi pada kasus yang lain dapat

mengalami tanda dan gejala dengan gambaran klinis termasuk vaskularisasi tumor

mencolok,pertumbuhan cepat dan pigmentasi heterogen,adanya riwayat nevus

yang telah ada semenjak kanak-kanak yang tiba-tiba mengalami pertumbuhan


yang cepat,nyeri akibat penekanan tekanan intraokular.Gejala klinis lainnya

adalah timbulnya titik gelap pada iris mata,sensasi silau pada mata,penglihatan

kabur pada salah satu mata dan timbul sensasi berlekuk pada penglihatan.

Penatalaksanaan pada penyakit ini adalah dengan reseksi lesi tumor dan enukleasi

sesuai dengan luas lesi tumornya (Doko Mandic,Blanka et al,2007).

Tumor Retrobulbar

Tumor retrobulbar merupakan salah satu tumor orbita yang berlokasi di belakang

bola mata. Tumor retrobulbar dapat dibagi menjadi intrakonal dan ekstrakonal

tergantung letaknya di dalam atau di luar konus otot. Intrakonal: glioma,

meningioma, haemangioma cavernous dan kapiler, haemangiopericytoma,

lymphangioma and neurofibroma. Extraconal: tumour glandula lacrimal

(pleomorphic adenoma, adenoid cystic cancer), dermoid, lymphoma,

pseudotumour, rhabdomyosarkoma dan metastasis (A. Anissa Rahmadani ,2012)

1. Hemangioma cavernous, Merupakan tumor jinak intraorbita yang tersering

pada orang dewasa. Biasanya tumor terletak dalam konus otot-otot retrobulbar.

Sehingga bermanifestasi sebagai proptosis unilateral yang lambat 19 pada dekade

kedua sampai keeempat. Kadangkala dapat menekan nervus optikus tanpa

proptosis.

2. Glioma, merupakan tumor jinak yang berkembang dari astrosit. Biasanya

muncul pada dekade pertama kehidupan. Dapat hadir sebagai tumor yang soliter

atau sebagai bagian dari von recklinghausen’s neurofibromatosis. Gambaran

klinis ditandai dengan hilangnya penglihatan, ditandai dengan axial proptosis

unilateral yang bertahap dan tidak disertai nyeri. Pemeriksaan fundus dapat
memperlihatkan adanya atropi dan edema papil saraf optik dan pembesaran vena.

Perluasan intracranial dari glioma melalui canalis optik jarang terjadi.

3. Limphangioma adalah tumor yang jarang terjadi terlihat sebagai proptosis

dengan progresifitas yang lambat pada remaja muda. Terkadang membesar

sebagai akibat perdarahan spontan di dalam ruang vaskular, yang kemudian

membentuk kista coklat yang dapat sembuh spontan.

4. Meningioma adalah tumor invasif yang berasal dari villi arrachnoidal.

Meningioma menginvasi orbita terdapat dua tipe : primer dan sekunder

a. Meningioma intaorbital primer. Dikenal juga sebagai meningioma yang berasal

dari pembungkus nervus saraf optik. Mengakibatkan kehilangan penglihatan yang

cepat disertai keterbatasan pergerakan bola mata atropi atau edema diskus optikus

dan proptosis yang terjadi secara perlahan-lahan. Selama fase intadural, secara

klinis sulit dibedakan dari glioma nervus optik. Adanya opticocilliary shunt

merupakan tanda patognomonik dari meningioma pembungkus nervus saraf optik.

b. Meningioma sekunder. Meningioma intracranial yang secara sekunder

menginvasi orbita. Invasi orbita dapat timbul melalui dasar fossa cranii anterior

5. Rhabdomyosarcoma adalah Tumor ganas dari orbita yang berasal dari otot

extraokular. Merupakan tumor orbita tersering pada anak-anak, biasanya timbul

dibawah usia 15 tahun. Terdapat proptosis yang progresif dan tiba-tiba onsetnya.

Proptosis yang paling berat karena rhabdomyosarcoma yang terletak di kuadran

superonasal. Gambaran klinis mirip dengan proses inflamasi. Tumor biasanya

terdapat pada kuadran superionasal tetapi dapat juga menginvasi bagian-bagian

lain dari orbita. (comphrehensive opthm)


6. Tumor juga bisa berasal dari metastasis Ca. mammae, karsinoma bronkhial,

neuroblastoma pada anak-anak, sarkoma Ewing, leukemia, tumor testikuler.

Gejala klinis tumor retrobulbar adalah adanya penonjolan bola mata merupakan

manifestasi klinis yang paling penting dan paling awal muncul pada tumor

retrobulbar. Penonjolan bola mata ini dikenal dengan proptosis atau exopthalmus.

Karena letak lesi di dalam orbita, bola mata terdorong ke depan dan pergerakan

bola mata terbatas pada arah yang homolateral. Bola mata juga dapat terdorong ke

arah superior, inferior, medial atau lateral tergantung dari posisi lesi dalam orbita.

Derajat exopthalmus bergantung dari derajat tumor (A. Anissa Rahmadani ,2012).

TERAPI

1. Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan

merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.

2. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik

dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal)

memerlukan reseksi radikal (A. Anissa Rahmadani ,2012).


BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang ke Poli RSUD Abdul Moeloek dengan keluhan terdapat


benjolan di bawah kelopak mata kanan sejak 1 bulan yang lalu. Menurut
pasien benjolan yang di rasakan awalnya kecil seperti di gigit nyamuk yang
lama kelamaan membesar. Benjolan di sertai dengan nyeri, sering keluar air
mata dan terasa gatal pada daerah benjolan. Keluhan mata merah di sangkal
sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama .
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke RS Mardiwaluyo lalu pasien
menambahkan menurut dokter yang memeriksanya kantung mata pasien
tersumbat lalu pasien ke RS Abdul Moeloek. Riwayat penggunaan obat
obatan dalam jangka waktu lama di sangkal penggunaan lensa kontak di
sangkal riwayat penyakit kronis di sangkal. Riwayat trauma di sangkal.

Dari hasil anamnesis pasien dapat mengarah ke tumor palpebra inferior.


Dikarenakan dari hasil anamnesis pasien mengeluhkan terdapat benjolan
yang kecil kemudian membesar di bawah kelopak mata bawah teraba keras
nyeri dan gatal pada benjolannya yang terkadang mata di sertai berair pada
mata, Pasien tidak mengeluhkan terdapat sekret pada mata .

Hasil pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, dalam


pemeriksaan OD visus 6/6 terdapat Edem (-), hiperemis (-) terdapat
benjolan (+) keras, nyeri tekan (+) pemeriksaan OS visus 6/6

Penatalaksanaan tumor mata bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan


dengan hasil kosmetik yang baik serta hasil fungsional yang maksimal.
Dalam menentukan penatalaksanaan,yang harus diperhatikan adalah faktor
tumor maupun faktor pasien. Faktor tumor yang perlu diperhatikan adalah
tipe tumor, ukuran lokasi,sifat penumbuhan dan apakah tumor primer atau
rekurens. Sedangkan faktor pasien yang perlu diperhatikan adalah
usia,riwayat penyakit lain,faktor psikologis dan riwayat pengobatan. Secara
garis besar penatalaksanaan tumor mata digolongkan dalam 2 kelompok
yaitu pembedahan dan tanpa pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aventura M, Kaiser KP. Retinoblastoma clinical presentation.


http:/emedicin.medscape.com diakses pada tanggal 16 Desember 2012.
American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit,
Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7

2. American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit,


Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy
of Ophtalmology.

3. Ausayakhun S, Ruankham P. Epidemiology sudy of retinoblastoma in


Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. In: current aspects in
ophthalmology. Philadelphia: Elsevier; 1992. p. 57-62.

4. DeBacker C, Dryden RM. Squamous Cell Carcinoma, Conjunctival. ln :


eMedicine Article. September 27,2005 : l-7

5. Doko-Mandic,Blanka et al. 2007. Iris melanoma:Case Report. Acta Clin


Croat 2007; 46 (Suppl 1): 107-111.

6. R. A., 2000, Retina dan Tumor Intraokular dalam Vaughan, D. G., Asbury,
T., Riodaneva, P., (eds) , Oftalmology umum 14th ed., Widya Medika ,
Jakata: 217-219,369.

7. Grossniklaus HE et al. Ophthalmic Pathology and Intraocular Tumor.


American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science
Course. Section 4. San Francisco. 2006. p. 263–277.

8. Ilyas S, Sri RY. Ilmu Penyakit Mata Edisi keempat. 2012. Badan Penerbit
FKUI. Jakarta

9. Rahmadani,A dan Rizky O. 2012. Referat Tumor Palpebra dan


Penatalaksanaannya. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai