Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT

DEPRESI REMAJA DI SMK 10 NOVEMBER SEMARANG

Yuhanda Safitri 1, Ns Eny Hidayati, S.Kep. M.Kep2

1. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu keperawatan Dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Kampus UNIMUS Kedungmundu, Semarang 50273, Indonesia
2. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu keperawatan Dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Kampus UNIMUS Kedungmundu, Semarang 50273, Indonesia
Email : eni.hidayati82@gmail.com

Abstrak
Remaja perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara mental remaja
diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan
peran barunya tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi dan depresi.
Remaja agar tidak mengalami frustasi dan depresi dalam memikul tugas perkembangannya maka sangat
diperlukan peran dan bantuan dari orang tua yang berupa pola pengasuhan. Tujuan penelitian adalah mengetahui
hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang.
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SMK 10 Nopember Semarang kelas X yang berjumlah 130 anak dengan total
populasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa pola asuh orang tua sebagian besar demokratis (63,8%), yang
otoriter sebanyak 6,9% dan yang permisif sebanyak 0,8%, depresi yang dialami responden sebagian besar
kategori ringan (80,0%). Terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi
siswa (p=0,000). Berdasarkan hasil tersebut orang tua diharapkan dapat menerapkan bentuk pola asuh yang tepat
sehingga anak tidak mengalami depresi.

Kata Kunci : Pola asuh, Depresi, Remaja, Orang tua

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang 11
Yuhanda Safitri, Eny Hidayati
PENDAHULUAN merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang
lain (Sofia, 2009).
Pertumbuhan penduduk Indonesia cukup pesat.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak Peran orang tua dalam hal ini dapat berupa
233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa bentuk pola asuh yang diterapkan. Pola asuh
adalah remaja (SKRRI, 2010). Remaja orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan
merupakan generasi penerus bangsa yang pada anak dan bersifat relative konsisten dari
mempunyai peran penting di masa yang akan waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat
datang dimana mereka diharapkan mampu dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun
berprestasi dan mampu menghadapi tantangan- positif. Pola asuh orang tua merupakan
tantangan yang ada pada masa sekarang dan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua
yang akan datang. Remaja perlu dipersiapkan dengan anak dalam berinteraksi, serta
sejak dini baik secara mental maupun secara berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
spiritual. Secara mental remaja diharapkan pengasuhan. Dalam pengasuhannya,
mampu memecahkan masalah yang dihadapi, memerlukan sejumlah kemampuan
diantaranya hambatan, kesulitan, kendala dan interpersonal dan mempunyai tuntutan
penyimpangan dalam kehidupan termasuk emosional yang besar (Monks, dkk, 2007).
dalam kehidupan sosial sesuai dengan tugas
perlembangan yang dilaluinya. Perkembangan Kejadian depresi ini banyak dialami oleh
pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri remaja. Di Amerika Serikat tahun 2010
yaitu untuk secara aktif mengatsi stres dan ditemukan 18 juta penduduk mengalami
mencari jalan keluar baru dari berbagai permasalahan depresi dan 20% nya adalah
masalah (Sarwono, 2011). dialami oleh remaja. Di Indonesia belum ada
catatan pasti tentang jumlah remaja yang
Seiring dengan masa perkembangannya maka mengalami depresi. Berdasarkan data pada
remaja memiliki tugas perkembangan yaitu Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2010
dituntut untuk mempersiapkan diri dalam ditemukan terdapat 91.700 (63,84%) dari
memasuki masa tersebut agar remaja dapat 143.635 remaja yang memerlukan perawatan
memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang konseling yang disinyalir mengalami
seluas-luasnya. Proses perubahan karena permasalahan kejiwaan yang salah satunya
pengalaman dan usia merupakan hal yang dalam bentuk depresi (Dinkes Kota Semarang,
terjadi karena dalam proses pematangan 2010).
kepribadiannya, remaja demi sedikit
memumculkan ke permukaan sifat-sifat yang Kejadian depresi pada remaja ini akan sangat
sebenarnya, yang harus berbenturan dengan berbahaya karena dapat berakibat pada sulitnya
rangsangan-rangsangan dari luar. Berbagai remaja untuk konsentrasi atau penurunan daya
bentuk benturan antara diri individu remaja ingat, hilangnya semangat, perasaan senang
dengan rangsangan dari luar ini merupakan dan minat yang tentunya dapat berimplikasi
bagian dari tugas perkembangan yang harus pada pelajaran di sekolahnya (Yosep, 2007).
dijalani oleh remaja sebagai bagian dari Upaya untuk menetralisir kejadian depresi
lingkungannya (Sarwono, 2011). pada remaja ini maka perlu dukungan dari
orang tua dan keluarga besar remaja mampu
Adanya tugas-tugas perkembangan bagi remaja melewatinya dengan baik.
tersebut dapat membuat remaja merasakan
beban dalam kehidupannya. Sebagaimana Penelitian yang dilakukan oleh Maentiningsih
dinyatakan oleh Sofia (2009) bahwa (2008) yang meneliti tentang hubungan secure
pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti attachment dengan motivasi berprestasi pada
oleh adanya gejolak dan permasalahan baik remaja mendapatkan bahwa ada hubungan
secara medis maupun psikososial. Gejolak dan yang bermakna antara secure attachment
permasalahan ini dapat disebabkan oleh dengan motivasi berprestasi pada remaja.
kondisi remaja yang sedang mencari jati diri secure attachment merupakan hubungan
terhadap norma-norma baru yang berlaku di keterikatan antara orangtua dan anak dalam
dalam lingkungannya. Remaja yang tidak hubungan yang nyaman dan aman, dan salah
mampu menyesuaikan diri dengan peran satu bentuk depresi pada remaja adalah adanya
barunya tersebut dapat membuat dirinya labil penurunan prestasi belajar remaja.
dan emosional bahkan dapat membuat frustasi
dan depresi hingga berperilaku yang

12 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 11-17


METODE Tabel 2

Desain yang digunakan dalam penelitian ini Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola
Asuh Orang Tua pada Remaja di SMK 10
adalah diskriptif korelasi untuk mengetahui
Nopember Semarang
hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat (Nursalam, 2008). Pendekatan yang Pola Asuh Frekuensi Persentase
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan belah lintang (Cross Sectional), Otoriter 9 6,9
dimana variabel sebab yaitu pola asuh orang
tua dan variabel akibat yaitu depresi remaja Demokratis 83 63,8
diukur dalam waktu yang bersamaan dan Permisif 1 0,8
sesaat (Notoatmodjo, 2010). Analisis data
menggunakan uji Chi Square. Campuran 37 28,5

HASIL Jumlah 130 100

Responden dalam penelitian ini terdiri dari


rentang umur antara umur 15 tahun sampai 19
tahun. Hasil selengkapnya disajikan sebagai Tabel 3
berikut :
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tabel 1 Tingkat Depresi Remaja di SMK 10 Nopember
Semarang
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Remaja Di SMK 10 Nopember Semarang Tingkat Frekuensi Persentase
Depresi
Umur Frekuensi Persentase
(tahun) Ringan 104 80,0

15 13 10,0 Sedang 26 20,0

16 69 53,1 Jumlah 130 100

17 42 32,3

18 4 3,1 Tabel 4

19 2 1,5 Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan


Tingkat Depresi Pada Remaja Di SMK 10
Jumlah 130 100 Nopember Semarang

Depresi
p
Pola Ringa % Se %
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui asuh n da
Total % X2 val
bahwa sebagian besar umur responden adalah ue
ng
16 tahun yaitu sebanyak 69 orang (53,1%), dan
yang paling sedikit adalah berumur 19 tahun Otori 1 10 9 90,0 10 100 33,3 0,0
yaitu sebanyak 2 orang (1,5%). Hasil ter & ,0 18 00
perm
penelitian mendapatkan bahwa semua isif
responden penelitian berjenis kelamin laki- 72 11 13,3 83 100
laki. Dem 86
okrat 31 ,7 6 16,2 37 100
Pola asuh orang tua dalam penelitian ini is
83
ditemukan dalam 4 bentuk pola asuh yaitu Cam ,8
otoriter, demokratis, permisif dan campuran. pura
Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 2. n

Juml 104 80 26 20,0 130 100


ah ,0

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang 13
Yuhanda Safitri, Eny Hidayati
Hasil uji statistik non parametric dengan uji melakukan pelanggaran secara sadar dan
Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 < menolak melakukan apa yang diharapkan oleh
 (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua (Ignatius, 2008).
terdapat hubungan yang bermakna antara pola
asuh orang tua dengan tingkat depresi pada Pola asuh demokratis yang berhasil biasanya
remaja di SMK 10 Nopember Semarang akan membawa dampak kepada hubungan
yang saling menghargai, kontrol yang tepat,
percaya diri meningkat dan sikap yang asertif
antara anak dengan orang tua serta lingkungan
DISKUSI sekitarnya. Perubahan-perubahan sosiologis
dan teknologis yang begitu pesat membawa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dampak yang cukup besar dalam hubungan
bahwa sebagian besar remaja mempunyai anak dan orang tua. Hal itu membuat orang tua
orang tua yang menerapkan pola asuh jarang sekali menerapkan satu macam tipe pola
demokratis yaitu sebanyak 63,8%. Orang tua asuh saja tetapi kemungkinan dalam proses
yang mengambil pilihan dengan menerapkan pengasuhan anak orang tua memakai salah satu
pola asuh demokratis dikarenakan cara berfikir tipe pola asuh yang dominan.
ornag tua yang sudah tidak lagi kolot dimana
hal ini dipengaruhi oleh pendidikan dan Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
lingkungan tempat tinggal orang tua, berpendapat bahwa proses pembentukan pola
sebagaimana diketahui bahwa orang tua asuh orang tua yang demokratis akan dapat
responden bertempat tinggal di wilayah berlangsung dengan baik apabila didukung
Semarang dengan pola kehidupan yang sudah oleh pola komunikasi yang baik yang
modern dan terbukanya berbagai macam dikembangkan antara orang tua dengan anak.
sumber informasi. Pola komunikasi dialogis yang terjadi antara
orang tua dan anak-anaknya akan dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian membantu anak untuk memecahkan
Hapsari (2006) menemukan pola asuh yang masalahnya serta menambah kedekatan antara
diterapkan oleh orang tua di SMA Negeri 1 orang tua dengan anak. Demikian halnya
Ungaran sebagian besar adalah dalam kategori dengan pola asuh orang tua pada penelitian ini
demokratis yaitu sebanyak 92,5 %. Pola asuh yang sebagian besar adalah dalam kategori
demokratis yang dilakukan oleh orang tua campuran yang mengkombinasikan antara pola
ditunjukkan dengan memberikan kebebasan asuh demokratis dengan pola asuh yang lain,
terhadap anak tetapi orang tua tetap menurut pendapat peneliti akan mampu
memberikan batasan-batasan untuk membantu pembentukan sikap dan perilaku
mengendalikan sikap dan tindakan-tindakan anak menjadi lebih terarah, mandiri dan
anak agar tetap pada aturan yang benar. mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri dengan tetap memandang orang
tua sebagai sosok yang dihormati dan patut
Pola asuh demokratis sendiri merupakan suatu untuk dijadikan teladan.
bentuk pola asuh dimana anak diberikan suatu
kebebasan tetapi orang tua tetap memberikan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
batasan-batasan untuk mengendalikan sikap bahwa sebagian besar tingkat depresi remaja
dalam kategori ringan yaitu sebanyak 80 %,
dan tindakan-tindakan mereka (Sochib, 2008).
Dalam metode demokratis ini komunikasi sisanya adalah tingkat depresi dengan kategori
biasanya berlangsung timbal balik dan sedang yaitu sebanyak 20%, sementara yang
berlangsung hangat antara kedua belah pihak. mengalami depresi berat tidak ada. Depresi
Biasanya remaja dengan pola asuh ini akan ringan yang banyak ditemukan dalam
mempunyai kesadaran dan tanggung jawab penelitian ini berkaitan dengan model koping
sosial yang tinggi. Orang tua membiasakan yang diterapkan oleh remaja dalam
menghadapi masalah dimana dengan banyak
kepada anak untuk selalu bermusyawarah
tentang tindakan-tindakan yang harus diambil bertemu teman maka tekanan yang dirasakan
dan menerangkan alasan peraturan yang oleh remaja menjadi berkurang. Interaksi
dengan kelompok teman sebaya dapat
dibuatnya. Selain itu orang tua juga menjawab
setiap pertanyaan yang timbul pada anak, mengurangi rasa tertekan dalam diri remaja
hukuman pada anak dalam pola asuh ini hanya dengan melampiaskannya dalam bentuk lain
diperlukan jika terdapat bukti mereka berasama dengan teman sebayanya.

14 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 11-17


Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja
sebagian besar hanya mengalami depresi
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian ringan dan untuk sisanya mengalami depresi
yang dilakukan oleh Hapsari (2006) yang sedang. Faktor yang menyebabkan timbulnya
menemukan bahwa tingkat depresi pada depresi dalam taraf ringan berhubungan
remaja sebagian besar dalam kategori ringan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
yaitu sebanyak 87,5 %, dan 12,5% mengalami hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi
depresi sedang dan tidak ada responden yang waspada dan meningkatkan lahan persepsinya
mengalami depresi berat. Penelitian Hapsari ini (Stuart, 2007). Selain itu depresi ringan juga
sama-sama mendapatkan sebagian besar dipengaruhi oleh adanya kemampuan
tingkat depresi responden dalam kategori responden dalam mengelola stress yang
ringan. ditimbulkan dari situasi yang mengancam.
Sistem pola asuh disini juga ikut
Banyaknya tuntutan baik di dalam maupun di menyumbangkan peran dalam mempengaruhi
luar sekolah membuat remaja menjadi tertekan tingkat depresi yang timbul, karena dengan
dan hal ini menyebabkan rasa depresi, namun adanya pola asuh yang tepat dari orang tua,
tingkat depresi ini masih kategori ringan, yang menyebabkan remaja dapat
dengan tingkat depresi ringan ini diharapkan mengaktualisasikan dirinya dengan baik
kepada remaja dapat mencoba mencari solusi (Maslim, 2008).
terhadap setiap permasalahan yang dihadapi.
Depresi dapat diartikan sebagai salah satu Berdasarkan analisis dengan uji statistik chi-
bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan square didapatkan hasil bahwa orang tua yang
(affective/mood disorder) yang ditandai dengan menerapkan pola asuh otoriter dan permisif
kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, sebagian besar remaja mengalami depresi
perasaan yang tidak berguna, putus asa dan sedang yaitu sebanyak 90,0%. Orang tua yang
lain sebagainya (Yosep, 2007). Depresi pada menerapkan pola asuh demokratis sebagian
remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor besar remaja mengalami depresi ringan yaitu
antara lain faktor genetik, faktor biologis serta 86,7%, dan orangtua yang menerapkan pola
faktor-faktor sosial seperti masalah perkawinan asuh campuran sebagian besar remaja juga
orang tua, Masalah dengan orang tua, mengalami depresi ringan yaitu sebanyak
hubungan interpersonal dengan orang tua yang 83,8%. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai
terbentuk dalam pola asuh orang tua maupun sebesar 33,318 dengan nilai p sebesar 0,000 <
teman sebaya, keuangan, penyakit fisik dan  (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa
lain-lain (Sochib, 2008). terdapat hubungan yang bermakna antara pola
asuh orang tua dengan tingkat depresi pada
Depresi cenderung banyak terjadi pada remaja
remaja di SMK 10 Nopember Semarang. Pola
karena masa remaja merupakan masa yang
asuh yang diterapkan oleh orang tua memberi
penuh kebingungan. Pada saat ini remaja
pengaruh terhadap tingkat depresi pada remaja
masih dalam tahap pencarian identitas diri
dimana orang tua yang memiliki
sehingga mereka mudah terpengaruh
kecenderungan menerapkan pola asuh yang
lingkungan sekitar. Selain itu remaja
otoriter biasanya memberikan tekanan yang
cenderung mudah berubah sikap dan sangat
berat kepada anaknya sehingga berpeluang
sensitif terhadap suatu informasi. Hal ini sesuai
terhadap kejadian depresi pada remaja,
dengan pendapat Sarwono (2011) yang
demikian halnya dengan orang tua yang terlalu
menyatakan bahwa populasi paling banyak
permisif dikhawatirkan anak tidak memiliki
untuk mendapat resiko untuk mengalami
rasa tanggung jawab yang tinggi, sementara
depresi adalah golongan usia muda. Peralihan
orang tua yang menerapkan pola asuh
dari anak-anak menjadi remaja, dari remaja
demokratis dapat mengajak anak untuk
menjadi dewasa, dari sekolah ke masa kuliah
mendiskusikan setiap permasalahan yang
semuanya terjadi pada saat usia muda.
dihadapi anak sehingga dapat sesegera
Sehingga tingkat emosional remaja masih
mungkin permasalahan tersebut diselesaikan
tergolong labil dan bias menyebabkan remaja
dan tidak menimbulkan depresi pada remaja.
lebih mudah mengalami gangguan kesehatan
jiwa atau psikologis khususnya depresi. Pola asuh orang tua didalam keluarga turut
berpengaruh terhadap perkembangan
psikologis dan perkembangan sosial pada
remaja. Melalui pola asuh orang tua dapat

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang 15
Yuhanda Safitri, Eny Hidayati
membantu tumbuhnya kemampuan tua dan kerabat dekat untuk menyatakan isi
penyesuaian diri pada remaja, sejak awal hatinya secara jujur dan terbuka. Dengan
sebaiknya anak diajarkan untuk lebih demikian komunikasi yang efektif antara
memahami dirinya baik kekurangan maupun keduanya dapat menumbuhkan tercapainya
kelebihannya agar ia mampu mengendalikan suasana yang hangat, aman dan nyaman antara
dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar orang tua dengan anak. Anak remaja dapat
dan normative dalam proses perkembangannya menceritakan setiap permasalahan yang
(Sochib, 2008). dihadapi dengan orang tua dan keluarganya
sehingga dapat memberikan solusi setiap
Adanya pola asuh demokratis yang diterapkan permasalahan yang dihadapi dan dapat
pada anak diharapkan anak akan memperoleh terhindar dari depresi.
perasaan aman, terhindar dari kesepian, tidak
ketakutan, tidak memendam tekanan batin Sebaiknya orang tua menjadikan remaja
yang berlarut-larut. Sehingga akan tercipta sebagai sosok teman dan mengakui sebagai
iklim persahabatan yang hangat antara anak seorang individu yang menginjak dewasa,
dengan orang tuanya. Walaupun dapat disadari menghargai perbedaan pendapat dan mengajak
bahwa tidak ada orang tua yang menerapkan berdiskusi secara terbuka. Orang tua
salah satu tipe pola asuh secara mutlak, tapi diharapkan juga dapat menerapkan pola asuh
biasanya orang tua menerapkan salah satu pola yang tepat bagi putra-putri mereka sehingga
asuh yang paling dominan terhadap anak- remaja dapat merasa nyaman ,aman dan penuh
anaknya. Dengan demikian pola asuh orang tua dengan limpahan kasih sayang dari orang-
memegang peranan yang cukup penting pada orang terdekatnya. Penerapan pola asuh orang
seorang anak dalam bersikap dan berperilaku tua dapat memberikan kebebasan kepada anak
dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar untuk memilih setiap keinginannya namun
serta menghadapi stressor yang dapat timbul tetap dengan memberikan bimbingan yang
akibat ketegangan-ketegangan yang terjadi benar.
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
menurunkan faktor resiko terjadinya depresi KEPUSTAKAAN
pada remaja (Drey, 2006).
Dinkes Kota Semarang, (2010). Rekap
laporan program kesehatan remaja tahun
2010.
CONCLUSION
Drey, C. Edward. (2006). Ketika anak sulit
Beradasarkan analisis hasil penelitian dan
diatus : panduan orangtua
pembahasan, maka disimpulkan bahwa remaja
sebagian besar memiliki tingkat depresi ringan mengubah masalah perilaku anak.
yaitu sebanyak 80,0%, dan yang depresi Bandung : PT. Mizan Pustaka.
sedang sebanyak 20%, hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak ada Ignatius, B. (2008). Gaya pola asuh
yang mengalami depresi berat. Hasil penelitian orangtua. Psychological Bulletin,
mennunjukkan bahwa pola asuh orang tua 113(3), 487-496
sebagian besar dalam kategori demokratis
yaitu sebanyak 63,8% dan pola asuh yang Maentiningsih, D. (2008). Hubungan
sedikit adalah permisif yaitu sebanyak 0,8%. antara secure attachment dengan
Hal tersebut menunjukkan bahwa pola asuh motivasi berprestasi pada remaja.
demokratis lebih dipilih orang tua dalam model Fakultas Psikologi Universitas
pengasuhan. Ada hubungan yang bermakna Gunadarma.
antara pola asuh orang tua dengan tingkat
depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Maslim R. (2008). Diagnosis Gangguan
Semarang. Jiwa, PPDGT-III, Dep Kes M. New
Remaja diharapkan mampu mengatasi berbagai York : Prentice Hall.
permasalahan yang timbul dengan baik dan
mampu bersikap serta berperilaku sesuai Mongks, K.N. dan Haditomo, SR. (2007).
dengan aturan dan norma yang berlaku Psikologi perkembangan : pengantar
dimasyarakat. Untuk mengatasi permasalahan dalam berbagai bagiannya.
yang ada sebaiknya remaja melibatkan orang

16 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 11-17


Yohyakarta : Gadjah Mada
university Press.
Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Edisi
revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Scohib M. (2008). Pola Asuh Orang Tua.


Jakarta : Rineka Cipta.

Sofia, R. (2009). Peranan Keberfungsian


Keluarga pada Pemahaman dan
Pengungkapan Emosi. Jurnal
Psikologi.

Yosep, Iyus (2007). Keperawatan Jiwa.


Bandung : Refika Aditama.

1
Yuhanda Safitri : Program Studi S1
Keperawatan Fikkes Universitas
Muhammadiyah Semarang
2
Ns. Eny Hidayati, S.Kep. M.Kep: Dosen
Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang 17
Yuhanda Safitri, Eny Hidayati

Anda mungkin juga menyukai