0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini masalah gizi makro yaitu obesitas pada remaja. Ia menjelaskan pengertian obesitas, penyebab-penyebabnya seperti faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Dokumen juga menjelaskan metode pengukuran antropometri seperti berat badan dan tinggi badan serta recall makanan 24 jam untuk mendeteksi dini gejala obesitas pada remaja.
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini masalah gizi makro yaitu obesitas pada remaja. Ia menjelaskan pengertian obesitas, penyebab-penyebabnya seperti faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Dokumen juga menjelaskan metode pengukuran antropometri seperti berat badan dan tinggi badan serta recall makanan 24 jam untuk mendeteksi dini gejala obesitas pada remaja.
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini masalah gizi makro yaitu obesitas pada remaja. Ia menjelaskan pengertian obesitas, penyebab-penyebabnya seperti faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Dokumen juga menjelaskan metode pengukuran antropometri seperti berat badan dan tinggi badan serta recall makanan 24 jam untuk mendeteksi dini gejala obesitas pada remaja.
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN GIZI TAHUN 2020 A. Pengertian Obesitas Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi (Betty, 2004). Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di jaringan tubuh (Nelm, et, al 2011). Obesitas akan berdampak pada gangguan metabolik seperti peningkatan tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin yang berkaitan dengan beberapa jenis penyakit degeneratif seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular sehingga ditemukan pula bahwa terdapat peningkatan angka morbiditas akan penyakit degeneratif tersebut . Obesitas akan sulit teratasi terlebih bila sudah terjadi sejak masa-masa kritis kehidupan yaitu salah satunya pada usia remaja karena peningkatan berat badan pada masa ini akan menyebabkan peningkatan jumlah sel lemak dan akan sulit untuk membuangnya. Apabila tidak tertangani dengan baik, obesitas pada usia muda mampu menjadi beban baru bagi masyarakat seperti meningkatknya masalah kesehatan, menurunnya kualitas hidup dan produktivitas kerja. B. Penyebab Obesitas Faktor risiko obesitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar faktor risiko obesitas yaitu jenis kelamin, faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, asupan makan, sosial ekonomi (Putri, 2015).Di bawah ini adalah faktor – faktor risiko terjadinya obesitas : 1. Keturunan Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigiserida dalam repository.unimus.ac.id darah yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk di simpan sehingga lama kelamaan menyebabkan penambahan berat badan (Purwati, 2005) Parental fatness merupakan faktor keturunan yang berperan besar. Jika kedua orang tua obesitas, 80% anaknya akan menderita obesitas, namun jika salah satu orang tuanya obesitas maka kejadian obesitas 40% dan bila kedua orang tuanya tidak obesitas maka prevalensinya menjadi 14% (Pramudita, 2011).Sehingga faktor keturunan orang tua menderita obesitas mempengaruhi kejadian obesitas pada anak. Faktor keturunan akan menentukan jumlah unsur sel lemak dalam lemak yang melebihi ukuran normal, sehingga secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama kandungan. Sel lemak pada kemudian hari akan menjadi tempat penyimpanan kelebihan lemak atau ukuran sel lemak akan mengecil tetepi masih tetap berada di tempatnya (Henuhili, 2010). 2. Konsumsi Makan Konsumsi makan adalah semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari (Palupi, 2014). Secara biologis makanan berfungsi memenuhi kebutuhan energi, zat gizi dan komponen kimiawi yang dibutuhkan tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Metabolisme zat gizi yang terjadi di dalam tubuh berperan menghasilkan energi, membangun sel, dan memelihara keseimbangan elektrolit dan sistem daya tahan tubuh (Kusfriyandi, 2017). a. Konsumsi Karbohidrat Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih dapat menyebabkan faktor risiko obesitas. Konsumsi obesitas melebihi kecukupan akan disimpan dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain yang akan menimbulkan masalah kesehatan. b. Konsumsi Lemak Lemak akan menghasilkan kalori tertinggi dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya yaitu sebesar 9 kalori didalam makanan. .Lemak lebih banyak menghasilkan energi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein.Setelah makan, lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan kembali sebagai energi. Oleh karena itu konsumsi lemak berlebih akan lebih mudah menambah berat badan (Kharismawati, 2010). c. Konsumsi Protein Protein akan menyumbang energi sebesar 4 kalori didalam makanan.Kelebihan asupan protein juga dapat diubah menjadi lemak tubuh.konsumsi protein yang melebihi kebutuhan tubuh, maka asam amino akan melepas ikatan nitrogennya dan diubah melalui serangkaian reaksi menjadi trigiserida (Kharismawati, 2010). 3. Sosial Ekonomi Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga pangan. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan keluarga akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas (Nurfatimah, 2014). Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari – hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan pada pertimbangan selera dibandingkan dari aspek gizi (Sulistyoningsih, 2011). 4. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh dihasilkan oleh otot rangka yang mengeluarkan energi.Penggunaan energi bervariasi tergantung tingkat aktivitas fisik dan pekerjaan yang berbeda.Aktivitas fisik berguna untuk melancarkan peredaran darah dan membakar kalori.Aktivitas fisik akan membakar energi yang masuk, sehingga jika asupan kalori berlebih serta kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan akan menyebabkan tubuh mengalami kegemukan. C. Metode Deteksi Dini Gizi Makro pada Remaja 1. Pengukuran Antropometri a. Berat Badan Letakkan timbangan di tempat rata dan datar. Pastikan angka pada jendela baca menunjuk kan angka nol. Setelah alat siap. Mintalah subjek untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan kaos kaki), asesoris yang digunakan (jam, cincin, gelang kalung, kacamata, dan lain- lain yang memiliki berat maupun barang yang terbuat dari logam lainnya) dan pakaian luar seperti jaket. Saat menimbang sebaikya subjek menggunakan pakaian seringan mungkin untuk mengurangi bias / error saat pengukuran. Setelah itu mintalah subjek untuk naik ke atas timbangan, kemudian berdiri tegak pada bagian tengah timbangan dengan pandangan lurus ke depan. Pastikan pula subjek dalam keadaan rileks / tidak bergerak-gerak. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (Kg). b. Tinggi Badan Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok/ bidang pengukuran lainnya) sebagai tempat untuk meletakkan Pasang Microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara meletakkannya di dasar bidang / lantai), kemudian tarik ujung meteran hingga 2 meter ke atas secara vertikal / lurus hingga Microtoise menunjukkan angka nol. Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung Microtoise agar posisi alat tidak bergeser (hanya berlaku pada Microtoise portable). Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan kaos kaki) dan melonggarkan ikatan rambut (bila ada) Persilahkan subjek untuk berdiri tepat di bawah Microtoise. Pastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua lengan berada di samping, posisi lutut tegak / tidak menekuk, dan telapak tangan menghadap ke paha (posisi siap). Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan tumit menempel pada bidang vertikal / tembok / dinding dan subjek dalam keadaan rileks. Turunkan Microtoise hingga mengenai / menyentuh rambut subjek namun tidak terlalu menekan (pas dengan kepala) dan posisi Microtoise tegak lurus. Catat hasil pengukuran 2. Recall 24 Jam Terdapat 4 (empat) langkah dalam metode food recall 24 jam yaitu: a. Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi pada periode 24 jam yang lalu (sejak bangun tidur sampai bangun tidur lagi) dan mencatat dalam ukuran rumah tangga (URT) mencakup nama masakan/makanan, cara persiapan dan pemasakan, serta bahan makanannya. b. Pewawancara/enumerator memperkirakan atau melakukan estimasi dari URT ke dalam satuan berat (gram) untuk pangan yang dikonsumsi. c. Petugas menganalisis energi dan zat gizi berdasarkan data hasil recall konsumsi pangan sehari (24 jam) secara manual atau komputerisasi. d. Petugas menganalisis tingkat kecukupan energy dan zat gizi subyek dengan membandingkan angka kecukupan energy dan zat gizi (AKG) subyek. Agar pelaksanaan wawancara berjalan lancar dan efektif serta hasil konsumsi pangan sehari yang dicatat lengkap, maka sebaiknya mengikuti 5 tahap wawancara dalam food recall 24 jam sebagai berikut: a. Quick list (membuat daftar ringkas pangan yang dikonsumsi sehari kemarin) sesuai waktu makan. b. Mereview kembali kelengkapan quick list bersama responden. c. Gali pangan/hidangan yang dikonsumsi dikaitkan dengan waktu makan dan aktifitas termasuk porsi dalam URT, cara memasak dan harga per porsi bila membeli. d. Tanyakan rincian pangan/hidangan (sesuai quict list) menurut jenis bahan makanan, jumlah, berat dan sumber perolehannya yang dikonsumsi sehari kemarin. e. Mereview kembali semua jawaban untuk menghindari kemungkinan masih ada makanan dikonsumsi tapi terlupakan. DAFTAR PUSTAKA Putri, Dila Fajrina, G2B216066 (2018) FAKTOR RISIKO KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA NEGERI 1 JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA. Undergraduate thesis, MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SEMARANG. http://repository.unimus.ac.id/1806/ Sirajuddin, dkk. 2018. SURVEI KONSUMSI PANGAN. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia KEsehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Survey-Konsumsi- Pangan_SC.pdf Utami Nurul Putrie, dkk. 2018. PAPARAN SCREEN TIME HUBUNGANNYA DENGAN OBESITAS PADA REMAJA SMP DI KOTA YOGYAKARTA. Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, ISSN : 2614-6479 (Online). https://pdfs.semanticscholar.org/e6be/cff2aae1f7456780e3de11a8c13118535af2.pdf