Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

JL SUNTER PERMAI RAYA, SUNTER AGUNG PODOMORO, JAKARTA UTARA 14350

LAPORAN MIKROBIOLOGI

PENENTUAN SENSITIVITAS TEST ANTIBIOTIKA

Terhadap bakteri Bacillus substillis dan bakteri Pseudomonas aeruginosa

ANDI AULIA FAJERIN 1443050007

NUNUK HANDINI 1443050012

ANDALIA RETNO 1443050020

NURMUTYA 1443050049

Kelompok : Satu (1)

Group : A

FAKULTAS FARMASI, JURUSAN ILMU FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

TAHUN 2014/2015
I. Tujuan Praktikum :

Untuk menguji kepekaan bakteri terhadap antibiotik. Dapat membedakan suatu


antibiotika yang akan digunakan sebagai penghambat pertumbuhan suatu bakteri yang tepat.
Dapat mengetahui konsentrasi hambat minimum suatu antibiotika dalam menghambat
pertumbuhan bakteri sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan konsentrasi.

II. Teori

Dengan berkembangnya zaman, menyebabkan banyak hal yang berubah yang terjadi baik
secara signifikan atau tidak. Begitupun dengan bakteri, dengan adanya antibiotika
menyebabkan bakteri menjadi kuat dan resisten sehingga antibiotikpun tidak dapat
menyembuhkan berbagai penyakit yang terjadi di dalam tubuh. Bakteri yang satu akan
berbeda dengan bakteri yang lain terhadap suatu antibiotika tertentu, ada yang sangat sensitif
terhadap antibiotika tertentu, dan ada pula yang resisten terhadap antibiotika tersebut. Uji ini
sangat berguna dalam kepentingan terapeutik untuk melawan infeksi yang terjadi, juga
berguna untuk mengetahui efikasi suatu senyawa antimikroba yang baru. Kemampuan
antibiotika dalam menghambat pertumbuhan bakteri pun berbeda-beda, ada yang dalam
konsentrasi rendah dapat menghambat bakteri dalam jumlah banyak, ada pula yang
diperlukan konsentrasi tinggi untuk mampu menghambat pertumbuhan suatu bakteri. Kita
harus mengetahui tingkat kemampuan suatu antibiotika dalam menghambat pertumbuhan
bakteri dengan menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) suatu antibiotika yang
kemudian dibandingkan dengan tabel standar untuk mengetahui kepekaan bakteri tersebut
terhadap antibiotika yang diujikan. Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui
dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah.
Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki
aktivitas antibakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana
mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada
konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode
difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas
bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram
kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa
semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif
(Waluyo, 2008).

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik atau
sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya
hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat
menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba.
Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak
dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi
dilakukan. Biasanya metode merupakan standar  untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide, 2008).

Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu
keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik (Djide, 2008).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau
antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya mutasi
spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten
(resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten
terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2008).

Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik yang


tidak tepat, misalnya  penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian  yang tidak
teratur, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah
atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik perlu
diperhatikan (Djide, 2008).

Zona hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat


antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar oleh antibiotik.
Contohnya:Tetracycline,Erytromycin, dan Streptomycin. Tetracycline merupakan
antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri secara luas (Djide, 2008).

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama fungi
dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak
bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan
dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain
dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi
berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
Suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila:

1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami maupun sintesis).


2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu
antibiotika yang terdapat di alam.
3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies
mikroorganisme atau lebih.
4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah.

Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa
suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang. Umumnya toksisitas
selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa suatu obat yang pada
konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat merusak parasit.

Secara umum antibiotika terbagi atas :

 Penisilin
Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman Gram-positif
(khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman Gram-negatif.
Contohnya : Benzilpenisilin, Fenoksimetilpenisilin Kloksasilin, Asam Klavulanat,
Ampisilin.
 Sefalosporin
Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif
termasuk Escherichia coli. Berkhasiat bakterisid dalam fase pembunuhan kuman,
berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk
ketangguhan dindingnya.
Contohnya : Sefaleksin, Sefamandol, Sefouroksin, Sefotaksim, Seftazidim,
Aztreonam.
 Aminoglikosida
Aktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri
dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA)
diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada
fase pertumbuhan juga bila kuman tidak membelah diri.
Contohnya : Streptomisin, Gentamisin, Amiksin, Neomisin, Paromomisin.
 Tetrasiklin
Mekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spectrum kerjanya
luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan
bacilli, kecuali pseudomonas dan proteus.
Contohnya : Tetrasiklin, Doksisiklin.
 Makrolida dan linkomisin
Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif, dan
spectrum kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan
reversible pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi.
Contohnya : Eritromisin, Azitromisin, Spiramisin, Linkomisin.
 Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus.
Contohnya : Polimiksin B, Basitrasin, Gramsidin.
 Antibiotika lainnya
Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap enterobacter dan Staphylococcus
aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman.
Contohnya : Kloramfenikol, Vankomisin, Asam fusidat, Mupirosin, Spektinomisin.
Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi dalam lima kelompok:

1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba.


2. Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim,
asam p-aminosalisilat dan sulfon.
3. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Obat yang termasuk
dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosforin, basitrasin, vankomisin, dan
sikloserin.
4. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel. Obat yang termasuk
dalam golongan ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba
kemoteraupetik, seperti antiseptik surface active agents.
5. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba. Obat yang termasuk
dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin,
tetrasiklin dan kloramfenikol.
6. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Antimikroba
yang termasuk kelompok ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon.
III. Alat dan Bahan
a. Cawan petri steril 2 buah
b. Disc antibiotik 10 antibiotik
c. Pinset steril 1 buah
d. Kapas steril 2 buah
e. Spiritus
f. Aqua dest steril
g. Nacl faal 0,9% steril
h. Suspensi bakteri Pseudomonas aeruginosa / bakteri gram (-)
i. Suspensi bakteri Bacillus substillis / bakteri gram (+)
j. Media Muiller Hinton agar atau agar darah
k. Ose steril
l. Jangka sorong
m. Disc antibiotik untuk bakeri gram (+) : Cefotaxim, Nystatin, Compound
Sulfonamid, Tetracycline, Methycilline.
n. Disc antibiotik untuk bakeri gram (-) : Erythromycin, Ampicillin,
Chlorampenicol, Ciprofloxacin, Trimethropine.
IV. Cara Kerja
A. Proses Sterilisasi Alat
 Cawan petri, pinset, lidi kapas. Dibungkus dengan koran kemudian dimasukkan
ke dalam autoclaf pada suhu 121°C dengan tekanan 1-2 atm lakukan proses
sterilisasi alat ±2,5 jam.
 Sembari menunggu proses sterilisasi timbang media Muiller Hinton Agar (MHA)
dan Nacl faal 0,9% dalam wadah yang berbeda menggunakan timbangan dengan
jumlah yang dibutuhkan.
 Kemudian MHA yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam satu beaker glass
dan ditambahkan aqua dest ±200ml. Panaskan hingga larutan tersebut mendidih.
 Setelah proses sterilisasi selesai, dan larutan telah mendidih. Larutan media
dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian dibungkus koran kembali.
 Untuk Nacl yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
dilarutkan ke dalam aqua dest ±200ml. Kemudian dibungkus dengan kertas koran.
 Aqua destillata disiapkan sebanyak ±250ml dalam Erlenmeyer. Kemudian
dibungkus koran.
 Kemudian dimasukkan ke dalam autoclaf lakukan proses sterilisasi bahan ±2,5
jam.

B. Uji Sensitivitas

 Setelah proses sterilisas selesai, biarkan media MHA hingga mendingin dan
mengeras dengan kondisi baik. Diperlukan waktu ±30 menit.
 Sembari menunggu media mengeras, suspensi bakteri Bacillus substillis dan
suspensi bakteri Pseudomonas aeruginosa diencerkan terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan Nacl faal 0,9%.
 Kemudian, larutan suspensi bakteri Bacillus substillis dan suspensi bakteri
Pseudomonas aeruginosa dituangkan ke dalam cawan petri yang telah terdapat
media MHA. Dituangkan ke dalam cawan petri yang berbeda.
 Dengan lidi kapas steril bakteri diinokulasikan kepermukaan agar hingga merata
dan didiamkan ±15 menit agar bakteri terserap ke dalam media agar.
 Selanjutnya, dengan pinset steril disc antibiotik ditempelkan sesuai urutan nama
atau nomer dan sesuaikan pula antibiotik yang digunakan pada bakteri gram (+)
dan bakteri gram (-).
 Dieramkan atau diinkubasikan selama 16-24 jam pada suhu ±37°C.
 Hari berikutnya diameter zona hambatan yang terjadi diukur dengan
menggunakan jangka sorong.
 Dan hasil S (sensitifitas), I (intermediate) atau R (resisten) dapat ditentukan
dengan mencocokkan zona hambatan dengan tabel antibiotik.
V. Hasil dan Pembahasan

Cawan petri Antibiotik gram (+)


Bacillus Substillis Nystatin Cefotaxime Tetracycline Coumpound Methycilline
Sulfonamid
Zona hambat 0mm 11,3mm 19,4mm 9,4mm 11,0mm
Keterangan Resisten Intermediet Intermediet Resisten Intermediet
Antibiotik gram (-)
Pseudomonas Aeruginosa Ampicillin Ciprofloxaci Trimetrophin Chlorampenicol Erytrhomycin
n
Zona hambat 12,5mm 33,3mm 8,2mm 13,5mm 9,0mm
Keterangan Intermediet Sensitive Resisten Intermediet Resisten

Zona hambat normal antibiotik gram (+)

 Nystatin
 Cefotaxime 14mm-23mm
 Tetracycline 14mm-19mm
 Coumpound Sulfonamid 12mm-17mm
 Methycilline 9mm-14mm

Zona hambat normal antibiotik gram (-)

 Ampicillin 11mm-14mm
 Ciprofloxacin 15mm-21mm
 Trimetrophin 10mm-16mm
 Chloramphenicol 12mm-18mm
 Erythromycin 13mm-16mm

Berdasarkan hasil pengamatan diatas diperoleh data bahwa pengujian terhadap antibiotika
Nystatin dan coumpound sulfonamide dengan menggunakan bakteri Bacillus Substillis diperoleh
zona hambat 0mm untuk Nystatin dan 9,4mm untuk antibiotika sulfonamide yang artinya kedua
antibiotika ini resisten (R) terhadap bakteri Bacillus Substillis begitu pula sebaliknya bakteri
tersebut juga resisten terhadap kedua antibiotika ini. Berdasarkan pernyataan ini kedua
antibiotika tersebut kurang baik digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Bacillus Substillis.

Berdasarkan hasil pengamatan diatas diperoleh pula data bahwa pengujian terhadap
antibiotika Tetracycline, Cefotaxime, dan Methycilline dengan menggunakan salah satu bakteri
gram (+) Bacillus Substillis diperoleh zona hambat 19,4mm untuk antibiotika Tetracycline,
11,3mm untuk antibiotika Cefotaxime, dan 11,0mm untuk antibiotika Methycilline yang artinya
ketiga antibiotika ini intermediet (I) terhadap bakteri Bacillus Substillis begitu pula sebaliknya
bakteri tersebut juga mengalami kondisi intermediet terhadap ketiga antibiotika ini. Berdasarkan
pernyataan ini ketiga antibiotika tersebut cukup baik digunakan untuk pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Bacillus Substillis, tetapi dengan konsentrasi yang lebih tinggi ataupun
nantinya akan menimbulkan resisten apabila hospes terinfeksi kembali oleh bakteri Bacillus
Substillis. Hal ini dikarenakan ketiga antibiotika ini kurang sensitive digunakan dalam
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Substillis.

Dari data diatas juga diperoleh data pengujian menggunakan salah satu bakteri garam (-)
Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotika Trimetrophin dan Erythromycin yang memiliki
zona hambat 8,2mm untuk antibiotika Trimetrophin serta 9,0mm untuk antibiotika Erythromycin
yang artinya kedua antibiotika ini resisten (R) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa begitu
pula sebaliknya bakteri tersebut juga resisten terhadap kedua antibiotika ini. Berdasarkan
pernyataan ini kedua antibiotika tersebut kurang baik digunakan untuk pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Untuk pengujian antibiotika Ampicillin dan Chloramphenicol terhadap bakteri Pseudomonas


aeruginosa didapatkan zona hambat 12,5mm untuk antibiotika Ampicillin dan 13,5mm untuk
antibiotika Chloramphenicol yang artinya kedua antibiotika ini berada pada kondisi Intermediet
(I) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa begitu pula sebaliknya dengan bakteri tersebut
juga mengalami intermediet terhadap kedua antibiotika ini. Berdasarkan pernyataan ini kedua
antibiotika tersebut cukup baik digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Pseudomonas aeruginosa.Tetapi, dengan konsentrasi yang lebih tinggi ataupun nantinya
akan menimbulkan resisten apabila hospes terinfeksi kembali oleh bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Hal ini dikarenakan kedua antibiotika ini kurang sensitive digunakan dalam
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Pengujian antibiotika Ciprofloxacin memiliki hasil bahwa antibiotika ini sensitive (S)
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa yang artinya antibiotika ini baik digunakan dalam
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Adapun hasil
pengujian diperoleh bahwa zona hambatan antibiotika Ciprofloxacin adalah 33,3mm. Antibiotika
ini dapat membunuh bakteri dalam konsentrasi rendah karena mampu menghambat sintesa asam
nukleat.

Dari seluruh pengujian yang telah dilakukan zona hambat yang diperoleh telah dibandingkan
dengan zona hambat normal sesuai literatur.
VI. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah praktikum uji sensitivitas antibiotika adalah
antibiotika yang diujikan terhadap salah satu bakteri gram (+) Bacillus substillis masih
kurang baik digunakan dalam pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus
substillis dikarenakan kelima antibiotika yang diujikan kurang sensitive terhadap bakteri
begitu pula sebaliknya bakteri kurang sensitive terhadap antibiotika, sehingga memerlukan
konsentrasi yang tinggi dalam pengobatan ataupun nantinya akan menimbulkan resistensi
terhadap hospes yang terdapat bakteri Bacillus substillis dapat pula digantikan dengan
antibiotik lainnya yang lebih sensitive terhadap bakteri ini. Sedangkan, antibiotika yang
diujikan terhadap salah satu bakteri gram (-) Pseudomonas aeruginosa memiliki hasil bahwa
keempat antibiotika yang diujikan kurang baik digunakan dalam pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dikarenakan keempat antibiotika yang
diujikan kurang sensitive terhadap bakteri begitu pula sebaliknya bakteri kurang sensitive
terhadap antibiotika, sehingga memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam pengobatan
ataupun nantinya akan menimbulkan resistensi terhadap hospes yang terdapat bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Untuk satu antibiotika yang diujikan menyatakan bahwa
antibiotika Sensitive (S) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa begitu pula sebaliknya
bakteri Sensitive terhadap antibiotika. Antibiotika ini adalah Ciprofloxacin yang baik
digunakan dalam pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Dapat disimpulkan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang
terbentuk bakteri tersebut semakin sensitive.
VII. Lampiran

“Disc antibiotika untuk bakteri gram (+)”

“Disc antibiotika untuk bakteri gram (-)”


“Uji Sensitivitas”
VIII. Daftar Pustaka
 http://belajarmikrobiologi.com/ujiantibakteri
 http://www.artikelmikrobiologi.com/ujisensitifantibakteri
 Kadiwijati, Lilih Riniwasih. 2005. Penuntun praktikum
mikrobiologi.Jakarta:Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
 Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin.
Makassar. 
 Fadhlan. 2010. Mikrobiologi Farmasi. Salemba medika. Jakarta.
 Sumadio, H. 2004. Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press,
Medan.
 Suwandi, U. 2003.  Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No.
83. Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.
 Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang.
UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai