Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Rivaldo Hanitama

NIM : 061740421866

Kelas : 6KIB

Mata Kuliah : Prak. Migas dan Batubara

Mole Fraction of Lower-Boiling Substance in Initial Mixture

[Fraksi Mol Zat Didih (Larutan) Rendah Pada Campuran Awal (Pelarut)]

Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi serba
sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat
terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan
yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner.
Kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas tertentu.

Industri proses merupakan industri yang mengolah bahan baku menjadi suatu produk
dengan memanfaatkan proses-proses fisis dan kimiawi. Industri petrokimia adalah cabang
dari industri proses yang menggunakan bahan baku olefin, minyak bumi, gas alam, dan
sebagainya. Bahan baku tersebut diolah untuk menjadi produk dengan nilai ekonomis yang
lebih tinggi.

Proses distilasi merupakan proses yang sangat penting dalam industri petrokimia.
Tujuan proses distilasi adalah untuk memisahkan komponen-komponen dari satu campuran
seperti gas alam, menjadi komponen penyusunnya, seperti metana, etana, propana, butana,
pentana, dan sebagainya. Komponen tersebut dipisahkan berdasarkan perbedaan volatilitas,
yakni tingkat kemudahan suatu zat untuk menguap. Pada proses distilasi, proses pemisahan
dilakukan bertingkat, bergantung pada produk yang akan dihasilkan.

Fraksimol menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap
jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat pelarut adalah nA dan jumlah mol zat terlarut adalah
nB,

Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah destilasi tak kontinyu.
Dalam hal ini campuran akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap (umumnya alat
penguap labu) dan didihkan. Pendidihan terus dilakukan hingga sejumlah komponen yang
mudah menguap terpisahkan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah
besar, sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga bertambah besar sehingga komponen,
sehingga komponen destilat yang dihasilkan bertambah terus. Seringkali destilat dibagi dalam
beberapa fraksi karena berasal dari daerah titik didih yang berbeda dan di tampung dalam
beberapa bejana terbuka. Hal khusus dari destilasi sederhana adalah destilasi kukus, destilasi
molecular dan destilasi refluks.

Hukum Raoult

Raoult adalah seorang ahli kimia dari Perancis, ia mengamati bahwa pada larutan
ideal yang dalam keadaan seimbang antara larutan dan uapnya, maka perbandingan antara
tekanan uap salah satu komponennya ( misal A) PA/PA° sebanding dengan fraksi mol
komponen (XA) yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama. Misalkan suatu larutan
yang terdiri dari komponen A dan B menguap, maka tekanan uap A (PA) dinyatakan sebagai:

PA = PA°. XA PA adalah tekanan uap di atas larutan

XA adalah fraksi mol komponen

A PA° adalah tekanan uap A murni

Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada kondisi ini,
maka tekanan uap total (P) akan berharga

P = PA + PB = XA. PA°+ XB. PB°

Fraksi mol A berjalan dari kanan ke kiri, artinya fraksi mol berharga 1 pada bagian
kiri sehingga tekanan uap murninya (PA°) berada di ordinat kiri. Sebaliknya fraksi mol B
berjalan dari 0 sampai 1 dari kiri ke kanan, sehingga tekanan uap B murni (PB°) akan berada
di ordinat bagian kanan. Harga tekanan total larutan ideal pada berbagai variasi komponen
diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan PB dan PA. Salah contoh larutan ideal adalah
larutan benzena- toluena. (Endang, 2004)

Titik didih / diagram komposisi Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang
tinggi pada sebuah suhu, ini berarti bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan
tersebut sedang melepaskan diri dari permukaan larutan dengan mudahnya. Apabila pada
suhu yang sama, sebuah larutan lain mempunyai tekanan uap yang rendah, ini berarti bahwa
molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri. Apa efek
dari kedua fakta ini terhadap titik didih dari kedua larutan ini?

Ada dua cara untuk melihat hal ini:

1. Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan mudahnya


dari permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler relatif lemah. Dengan
demikian, kita tidak perlu memanaskannya dengan suhu terlalu tinggi untuk memutuskan
semua daya tarik intermolekuler tersebut dan membuat larutan ini mendidih. Larutan dengan
tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya
lebih rendah.
2. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara
luar. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, anda
tidak perlu menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Di
lain pihak, apabila tekanan uapnya rendah, anda harus meningkatkan tekanan uapnya
setinggitingginya sampai besarnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Larutan dengan
tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya
lebih rendah.Sekali lagi, dua larutan pada suhu yang sama:Larutan dengan tekanan uap yang
lebih tinggi adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah

Hukum Dalton

Menurut hukum dalton adalah tekanan gas total suatu campuran biner, atau tekanan uap
suatu cairan (P), adalah jumlah tekanan parsial dari masing-masing komponen A dan B
(PA dan PB)
P = PA + PB       (3)

Hukum Dalton dan Raoult merupakan pernyataan matematis yang dapat menggambarkan
apa yang terjadi selama destilasi, yaitu menggambarkan perubahan komposisi dan tekanan
pada cairan yang mendidih selama proses destilasi. Uap yang dihasilkan selama mendidih
akan memiliki komposisi yang berbeda dari komposisi cairan itu sendiri. Komposisi uap
komponen yang memiliki titik didih lebih rendah akan lebih banyak (fraksi mol dan tekanan
uapnya lebih besar).
Jika uap dipindahkan dari campuran cairan, maka pada suatu waktu tertentu,
komposisi campuran cairan akan berubah. Fraksi mol cairan yang memiliki titik didih lebih
tinggi akan meningkat di dalam campuran. Karena komposisi campuran cairan berubah,
maka titik didih akan berubah, biasanya yang diukur adalah suhu uap.

Persamaan Rayleigh

Persamaan ini menjelaskan hubungan antara jumlah yang terdestilasi dan yang
tertinggal di ketel. Apabila kita tinjau suatu ketel distilasi batch sederhana, pada setiap t,
mengandung sejumlah cairan L. Misalkan jumlah mol cairan dalam bejana pada suatu
saat adalah L dengan komposisi x dan sejumlah cairan yang diuapkan sejumlah dL,
dengan komposisi y, maka konsentrasi yang tinggal dalam ketel berubah menjadi (x – dx)
dan jumlah molnya (L – dL).

Neraca massa untuk komponen A adalah :

Komponen A total = komponen A dalam cairan + komponen A dalam uap

L . x = ( x − dx) . ( L − dL) + y . dL (1-1)

L . x = L x − x dL −L dx + dL dx + y . dL
Karena dL dx sangat kecil sehingga dapat diabaikan, maka persamaan dapat dituliskan
menjadi :

0 =−x dL − L dx + y . dL

atau,

dL dx
=
L ( y − x) (1-2)

Dengan integrasi antara kondisi umpan pada t = 0, dimana L = F dan pada saat t
= t , di mana dalam ketel terdapat residu sejumlah W, dengan komposisi xW maka bentuk
integrasi dari persamaan (2-12) adalah,

F z iW
dx
∫ dW
W
= ∫ ( y −i x )
W xiW i i
(1-3)

Di mana F adalah jumlah mol mula-mula dari umpan, ziF adalah fraksi mol
komponen i dalam umpan, dan ziW fraksi mol komponen i dalam residu pada saat t.

Integrasi persamaan (1:3) akan memberikan,

z iW
F dx i
ln = ∫ (y − x )
W x iW i i
(1-4)

Persamaan (1-4) di atas dikenal dengan Persamaan Rayleigh. Karena yi = Ki xi bentuk


lain dari persamaan Rayleigh adalah;

ziW
F dx i
ln = ∫ x (K
W xiW i i − 1)
(1-5)

Jika hanya ada satu tangki yang digunakan sebagai penampung distilat, komposisi
rata-rata distilat dapat dihitung dari neraca massa sepanjang interval waktu distilasi.
Neraca massa untuk komponen i adalah,

z iF F = xiW . W + ( y ¿iD )avg . D


sehingga,

¿
ziF F − xiW W
( y iD )avg . D =
F−W (1-6)

Untuk menghitung ziW diperlukan prosedur trial dan error. Jika diagram T-x-y

tersedia untuk suatu campuran biner. Wilayah dibawah kurva [ 1/ ( yoi − xi ) ] vs xi untuk
rentang xi = ziF hingga xi = xiW adalah sama dengan ln (F/W). Oleh karena itu, jika jumlah
umpan F, dan perubahan komposisi xi = ziF menjadi xi = xiW ditentukan, jumlah residu
yang tersisa dalam ketel (W) dapat dihitung dari hubungan ;

W = F exp (− Area)

di mana besaran Area menunjukkan wilayah yang terletak di bawah kurva :

ziW
dx i
Area = ∫ (y = ln (F /W )
xiW i − x i )

Kenaikan Titik Didih


Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini,
tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan
terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1
atmosfer.
Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih
pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu
larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu,
penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik
didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih. Selisih titik didih
larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih (ΔTb).

ΔTb = Kb × m
ΔTb = Tb – Tb°

Keterangan :

ΔTb = kenaikan titik didih (°C)


Kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (°C/m)
m = molalitas (m)
Tb = titik didih larutan (°C)
Tb° = titik didih pelarut murni (°C)
Semakin banyak zat terlarut dalam suatu larutan akan menyebabkan konsentrasi
semakin besar. Pengaruh konsentrasi dapat menyebabkan perubahan pada penurunan titik
beku, kenaikan titik didih, penurunan tekanan uap dan tekanan osmosis.

Bila zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang menguap adalah
pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut menyebabkan partikel pelarut yang menguap
menjadi berkurang akibatnya terjadi penurunan tekanan uap. Jadi, dengan adanya zat terlarut
menyebabkan penurunan tekanan uap. Dengan kata lain tekanan uap larutan lebih rendah
dibanding tekanan uap pelarut murninya. Penurunan tekanan uap yang terjadi merupakan
selisih dari tekanan uap jenuh pelarut murni (P°) dengan tekanan uap larutan (P).

Anda mungkin juga menyukai