“Qardh ”
Disusun Oleh:
0
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................3
RumusanMasalah……….……….………………………………….………...3
TujuanPenulisan………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Qardh............................................................................................5
B. Dasar Hukum.................................................................................................6
C. Rukun dan Syarat Qardh................................................................................8
D. Ketentuan Qardh ...........................................................................................9
E. Aplikasinya dalam bank syariah ………………………..
…………….....10
F. Manfaat Qard...............................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Islam, ekonomi bergantung dengan dimensi ruang dan waktu, karena Islam
adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Islam sebagai agama yang mengatur segala
urusan dalam kehidupan manusia juga mengatur mengenai perkara ekonomi seperti
masalah qard atau yang biasa disebut hutang piutang.
Qard yaitu hutang piutang yakni perkara yang tidak bisa dipisahkan dalam
interaksi kehidupan manusia. Ketidakmerataan dalam hal materi adalah salah satu
penyebab munculnya perkara ini. Selain itu juga adanya pihak yang menyediakan jasa
peminjaman (hutang) juga ikut ambil bagian dalam transaksi ini.
Islam sebagai agama yang mengatur segala urusan dalam kehidupan manusia
juga mengatur mengenai perkara hutang piutang. Konsep hutang piutang yang ada
dalam Islam pada dasarnya adalah untuk memberikan kemudahan bagi orang yang
sedang kesusahan. Namun pada zaman sekarang, konsep muamalah sedikit banyak
telah bercampur aduk dengan konsep yang diadopsi dari luar Islam.
Hal ini sedikit demi sedikit mulai menyisihka, menggeser, bahkan bisa
menghilangkan konsep muamalah Islam itu sendiri. Oleh karena itulah, perkara
hutang piutang ini penting untuk diketahui oleh umat Islam agar nantinya bisa
melaksanakan transaksi sesuai dengan yang telah disyariatkan oleh Allah swt.
Bertolak dari apa yang sedikit diuraikan di atas, makalah ini dibuat
untuk memaparkan apa yang telah disyariatkan oleh agama Islam terkait al-
Qardh (hutang piutang) dengan kajian normatif yang dikutip dari berbagai sumber
terkait definisi, landasan hukum, hukum qardh, dan lain sebagainya
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Qardh?
2. Apakah dasar hukum Qardh?
3. Apa saja rukun dan syarat Qardh?
4. Apa saja Manfaat dan pengaplikasian Qardh dalam perbankan syariah ?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Qardh.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Qardh.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat Qardh.
4. Untuk mengetahui manfaat Qardh dalam dunia perbankan syariah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qardh
Qardh adalah bentuk masdar yang berarti memutus. Dikatakan qaradhtu asy-
syai’a bil-miqradh, aku memutus sesuatu dengan gunting. Al- Qardh adalah sesuatu
yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar.Harta yang disodorkan kepada orang yang
berhutang disebut qardh, karena merupakan potongan dari harta orang yang
memberikan hutang. Kemudian kata itu digunakan sebagai bahasa kiasan dalam
keseharian yang berarti pinjam meminjam antar sesama. Salah seorang penyair
berkata,“Sesungguhnya orang kaya bersaudara dengan orang kaya, kemudian mereka
saling meminjamkan, sedangkan orang miskin tidak memiliki saudara”.
Kata qardh ini kemudian diadopsi menjadi crade (Romawi), credit (Inggris), dan
kredit (Indonesia). objek dari pinjaman qardh biasanya adalah uang atau alat tukar
lainnya (Shaleh, 1992), yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga ketika
peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanya
wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang.
Peminjaman atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan
terimakasih (Ascarya, 2008).1
Perjanjian qardh adalah perjanjian pinjaman. Dalam perjanjian qardh, pemberi
pinjaman (kreditur) memberikan pinjaman kepada debitur (muqtaridh) dengan
ketentuan debitur akan mengembalikan pinjaman tersebut pada waktu yang telah
diperjanjikan dengan jumlah yang sama ketika pinjaman itu diberikan.
Menurut teknis, perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari bank kepada
nasabah yang digunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan
kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman komsutif. Pengembalian pinjaman
ditentukan dalam jangka waktu (sesuai dengan kesepakatan bersama sebesar pinjaman
tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau
sekaligus.2
1
Sri Sudiarti, fiqh muamalah (Febi Uinsu Press:Medan ) hal167
2
Harun ,Fiqh muamalah (Muhammadiyah university press:surakarta) hal 143
5
Secara syar'i para ahli fiqih mendefinisikan qardh sebagai berikut:
5. Menurut Sayid Sabiq, qardh adalah harta yang diberikan oleh pemberi utang
(muqridh) kepada penerima utang (muqtaridh) seperti yang diterimanya, ketika ia
telah mampu membayarnya. 3
Didalam Al-quraan Allah S.W.T menjelaskan dalam surah Al – Baqarah ayat 280 :
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.”4
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman didalam surah Al – Baqarah ayat 245:
3
Mahmudatus sa’diyah,Fiqh muamalah II(Unisnu Press:Jawa tengah) hal 94
4
QS. Al – Baqarah (2): 280
6
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”5
2. Hadist
Dari Anas ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Pada malam peristiwa Isra’
aku melihat di pintu surga tertulis ’shadaqoh (akan diganti) dengan 10 kali lipat,
sedangkan Qardh dengan 18 kali lipat, aku berkata : “Wahai jibril, mengapa Qardh
lebih utama dari shadaqah?’ ia menjawab “karena ketika meminta, peminta tersebut
memiliki sesuatu, sementara ketika berutang, orang tersebut tidak berutang kecuali
karena kebutuhan”. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abas bin Malik ra, Thabrani dan
Baihaqi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Umamah ra).
3. Ijma’
1. Shighat
Yang dimaksud dengan shighat adalah ijab dan kabul. Tidak ada perbedaan diantara
fukaha bahwa ijab kabul sah dengan lafaz utang dan dengan semua lafaz yang
menunjukan maknanya seperti kata, “Aku memberimu utang” atau “Aku
menghutangimu”. Demikianlah pula kabul sah dengan semua lafaz yang menunjukan
kerelaan, seperti “Aku berhutang” atau “Aku ridha” dan lain sebagainya.
2. ‘Aqidain
Yang dimaksud dengan ‘Aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah
pemberi utang dan pengutang. Adapun syarat – syarat bagi pengutang adalah merdeka,
balig, berakal, sehat, dan pandai (rasyid, dapat membedakan baik dan buruk).
3. Harta yang diutangkan
a. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu sama lain dalam
jenis yang sama tidak banyak berbeda yang mengakibatkan perbedaan nilai, seperti
uang, barang – barang yang dapat ditakar, ditambang, ditanam, dan dihitung.
7
Sri Sudiarti,Op.cit, hal170
8
b. Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah menghutangkan manfaat
(jasa).
c. Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan diketahui sifatnya. 8
D. Ketentuan Qardh
1. Aturan tentang Qardh
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Qardh
sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 19/DSN
MUI/IX/2000 tertanggal 09 April 2001 (fatwa, 2006) sebagai berikut:
Pertama : Ketentuan umum al Qardh
1. Al Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh)
yang memerlukan
2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati bersama
3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu
5. Nasabah alqard dapat memberikan tambahan (sumbangan) senagn
sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan
ketidakmampuannya LKS dapat :
a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Kedua : Sanksi
1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi
kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir1
dapat berupa –dan tidak terbatas pada – penjualan barang jaminan
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi
kewajibannya secara penuh
Ketiga :Dana al-qardh dapat bersunber dari :
a. Bagian modal LKS
b. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan
c. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran
innfaqnya kepada LKS
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah dijelaskan tentang Qardh sebagai berikut:
1. Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak
yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan
8
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah; Fiqih Muamalah, h. 335.
9
namun tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjian. (PSAK
59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 139 )
2. Bank syariah di samping memberikan pinjaman qardh, juga dapat menyalurkan
pinjaman dalam bentuk qardhul hasan. Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa
imbalan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut
selama jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah yang sama
pada akhir periode yang disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan
karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah
pinjaman. Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber
dan penggunaan dana qardhul hasan karena dana tersebut bukan aset bank yang
bersangkutan. (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 140 )
3 Sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan internal. Sumber dana
eksternal meliputi dana qardh yang diterima bank syariah dari pihak lain
(misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah, dan sebagainya), dana yang
disediakan oleh para pemilik bank syariah dan hasil pendapatan non-halal.
Sumber dana internal meliputi hasil tagihan pinjaman qardhul hasan. (PSAK
59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 141)
Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI),
dijelaskan tentang Qardh (Bagian III. I – Pinjaman Qardh, halaman III.63)
sebagai berikut:
1. Pinjaman qardh merupakan pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya
imbalan. Namun demikian, peminjam dana diperkenankan untuk memberikan
imbalan.
2. Sumber dana pinjaman qardh dapat berasal dari intern dan ekstern bank.
Sumber pinjaman qardh yang berasal dari ekstern bank berasal dari dana hasil
infaq, shadaqah dan sumber dana non-halal, sedangkan pinjaman qardh yang
berasal dari intern bank adalah dari ekuitas/modal bank.
3. Sumber pinjaman qardh yang berasal dari ekstern bank dilaporkan dalam
laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan, sedangkan sumber
pinjaman qardh yang berasal dari intern bank dilaporkan di neraca bank sebagai
pinjaman qardh.
4. Atas pinjaman qardh, bank hanya boleh mengenakan biaya administrasi.
5. Jika ada penerimaan imbalan (bonus) yang tidak dipersyaratkan sebelumnya
maka penerimaan imbalan tersebut dimasukkan sebagai pendapatan operasi
lainnya.
6. Jika pada akhir periode, peminjam dana qardh tidak dapat mengembalikan
dana, maka pinjaman qardh dapat diperpanjang atau dihapusbukukan.
7. Bank dapat meminta jaminan atas pemberian qardh.
8. Jika giro bersaldo negatif maka saldo giro negatif tersebut dicatat dineraca bank
sebagai pinjaman qardh.9
E.Aplikasinya dalam bank syariah
Qardh adalah pinjaman uang. Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank
kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah
mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari satu paket
pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi. Aplikasi qardh dalam
9
Wiroso, Produk perbankan syariah (LPFE Usakti:Jakarta), h. 359
10
perbankan biasanya dalam empat hal:
1. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
2. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced).
3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil.
4. Sebagai pinjaman kepada pengurus Bank.10
F.MANFAAT AL-QARDH
Manfaat akad al-qardh sebagai berikut :
Qardh memberikan manfaat bagi masyarakat dan bank syariah sendiri. Manfaat qardh
antara lain:
2. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan
jangka pendek.
3. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank
konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial, dan komersial.
4. Adanya misi sosial-kemasyrakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan
loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. 11
10
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dan Teori Praktik , (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.
135
11
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalat Kontemporer, h. 152.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13