Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan         

   Belerang adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom
16. Bentuknya adalah non-logam yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam
bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan
sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting
untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama
dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah
larut  dalam CS2 (karbon disulfida).  Dalam berbagai bentuk, baik gas, cair maupun padat,
unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang lebih dari satu atau campuran.  Dengan
bentuk yang berbeda-beda,  akibatnya sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat
dan bentuk alotropnya masih belum dapat dipahami. Zat ini memiliki sifat elektris dan optik yang
tidak biasa.
Pada percobaan kali ini hal yang dilakukan adalah modifikasi belerang dan menentukan sifat-
sifat asam sulfat:
1. Modifikasi belerang
Pada modifikasi belerang terdapat 2 percobaan yang dilakukan, pertama dengan menggunakan
serbuk belerang yang berwarna kuning sebanyak 0,5 gram. Serbuk belerang yang digunakan
merupakan alotropi belerang rombik yang memiliki rumus molekul S8, yang memiliki struktur
kristal berbentuk siklik. Kemudian serbuk belerang dipanaskan dalam cawan penguapan
sampai serbuk tersebut meleleh sempurna, dan didinginkan sampai terbentuk padatan kristal,
hal tersebut bertujuan untuk membuat serbuk sulfur yang telah meleleh agar membeku dan
membentuk kristal. Dimana pada saat pemanasan serbuk belerang terjadi perubahan wujud
dari padat menjadi cair, dan pada saat didinginkan cairan tersebut berubah membentuk kristal.
Hal ini jika ditinjau dari pendekatan secara mikroskopik dapat diketahui terjadi perubahan
secara struktural, dimana mula-mula berupa belerang rombik (sulfur-α). Namun ketika
dipanaskan hingga meleleh menghasilkan leburan berupa belerang monoklin (sulfur-β). Saat
pemanasan dihentikan dan berlerang didiamkan, secara mikroskopik belerang kembali pada
struktur semula, yaitu belerang rombik dan terbentuk garis-garis kristal.
Percobaan kedua, dengan menimbang 0,5 gram serbuk belerang kemudian memasukkannya
ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan sampai bubuk belerang meleleh dimana terjaid
perubahan dari padatan menjadi cair, pada saat belerang sudah berubah wujud menjadi cair,
belerang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air dengan waktu yang sangat singkat
dan cepat. Hal tersebut disebabkan karena pada saat serbuk belerang dipanaskan belerang
dengan alotropi rombik akan berubah menjadi alotropi monoklin, sehingga pada saat
memasukkan ke dalam air harus dilakukan dengan cepat, karena pada saat alotropi belerang
monoklin dimasukkan ke dalam air, maka akan terbentuk belerang plastis, dimana belerang
yang memiliki bentuk spiral dan elastis. Jika proses tersebut dilakukan dengan waktu yang alam
maka alotropi belerang monklin akan membentuk kembali belerang rombik, dengan membentuk
cincin kembali, sehingga akan menjadikan cairan belerang menjadi padat kembali.
2. Sifat Asam Sulfat
Pada sifat asam sulfat terdapat 4 percobaan yang akan dilakukan. Pertama yaitu reaksi antara
tembaga dengan asam sulfat. Sekeping tembaga murni yang berwarna merah bata dimasukkan
ke dlam tabung reaksi yang berisi 1 ml H2SO4, kemudian tabung reaksi tersebut dipanaskan
dengan menggunakan pembakar bunser, setelah 5 menit pemanasan terlihat perubahan warna
yang terjadi pada warna larutan, yang awalnya tidak berwarna, perlahan-lahan berubah menjadi
warna merah bata dan keping tembaga terlihat tidak mengalami perubahan dan masih tetap
berada pada dasar gelas tabung reaksi, selain terjadi perubahan warna, terbentuk pula
gelembung-gelembung gas dalam tabung reaksi selama proses pmenasan.
Tembaga biasanya tidak akan larut dalam beberapa larutan asam, namun tembaga dapat larut
dalam larutan asam sulfat yang akan membentuk tembaga sulfat dan sulfur dioksida dengan
persamaan reaksi:
Cu(s) + H2SO4(aq) →CuSO4(aq) + SO2 + 2H2O(l)
Asam sulfat digunakan pada percobaan kali ini, akrena asam sulfat merupakan zat
pengoksidasi kuat. Asam sulfat akan bereaksi dengan tembaga jika direaksikan dengan
konsentrasi yang pekat dan pada suhu yang tinggi, gas ghasil reaksi yakni sulfur dioksida
(SO2), hal ini disebabkan karena asam sulfat pekat berperan sebagai oksidator.
Setelah proses pemanasan, mulut tabung reaksi yang berisi larutan hasil reaksi ditutup dengan
menggunakan kertas saring yang telah dtetetesi Kalium kromat (K2CrO4), hal ini bertujuan
untuk melihat adanya gas sulfur dioksida yang terbentuk pada reaksi sebelumnya. Setelah
beberapa menit kertas saring yang menutupi mulut tabung reaksi, awalnya berwarna kuning
kemudian perlahan-lahan berubah menjadi berwarna hijau muda, hal tersebut disebabkan
karena pada produk hasil reaksi akan menghasilkan ion Cr3+ yang dihasilkan dari tereduksinya
ion Kromat, dengan persamaan reaksinya adalah:
Cr2O72- + SO2- + 10H+ → 2Cr3+ + SO42- +5H2O
Percobaan kedua adalah dengan menggunakan sukrosa sebanyak 0,5 gram yang kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 3 tetes asam sulfat. Sehingga terjadi
perubahan pada sukrosa. Sukrosa yang awalnya berwarna putih dan berbentuk kristal, ketika
diteteskan asam sulfat pekat perlahan-lahan terjadi perubahan dengan berubah warna menjadi
merah kecoklatan, dan terbentuknya sedikit endapan hitam serta kristal sukrosa perlaha-lahan
melarut dalam asam tersebut. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
C12H22O11 + H2SO4 → 12C + 11H2O + H2SO4
Pada percobaan kali ini H2SO4 berfungsi sebagai pengurai sukrosa atau memisahkan
Hidrogen dan oksigen dari gula tersebut atau sering sebut sebagai hidrat. Asam sulfat pekat
merupakan zat dehidrasi yang kuat , dimana dehidrasi adalah keluarnya molekul air dari suatu
sampel yang dikeluarkan oleh zat pengdehidrasi. Adanya karbon yang dihasilkan dari reaksi
tersebut dapat dilihat dengan terbentukanya sedikit endapan hitam pada dasar tabung reaksi.
Maka pada percobaan ini didapatkan sifat asam sulfat sebagai zat pengdehidrasi.
Pada percobaan ketiga, yaitu sifat asam sulfat sebagai katalis pada reaksi pembentukan ester
yaitu dengan mereaksikan 2 ml asam asetat dan 2 ml etanol dalam tabung reaksi, kemudian
menambahakn 2 ml asam sulfat ke dalam tabung reaksi, sehingga terlihat perubahan warna
larutan dari bening menjadi keruh. Reaksi antara asam asetat dan alkohol merupakan reaksi
pembentukan ester dan air, namun pada saat pembentuka, dibutuhkan katalisator yang
nantinya akan mempercepat reaksi namu tidak akan ikut bereaksi. H2SO4 memiliki
kemampuan dalam mengkatalis suatu reaksi diman H2SO4 akan mempercepat suatu reaksi
tapi tidak akan terlibat dalam suatu reaski tersebut. Adapun persamaan reaksi yang terjadi
adalah:
CH3COOH(aq) + CH3CH2OH → CH3COOCH2CH3 + H2O
Percobaan terakhir yaitu melarutkan 0,5 gram Na2SO3 dalam 3 ml air, perlahan-lahan Na2SO3
larut dalam air, kemudian ditambahkan 3 tetes BaCl2, pada saat penambahan BaCl2 terjadi
perubahan pada larutan dimana larutan berubah menjadi putih keruh, kemudian dilakukan
penambahan 3 tetes HCl. Setelah penambahan HCl perlahan-lahan terbentuk endapan pada
dasar tabung reaksi. Endapan yang terbentuk disaring san endapan yang dihasilkan merupakan
endapan yang berwarna putih. Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini:
Na2SO3 + BaCl2 → BaSO3 + 2NaCl

Anda mungkin juga menyukai