Anda di halaman 1dari 5

BAB II 1) HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL Dalam masyarakat internasional dewasa ini, perjanjian

internasional memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan pergaulan
antar negara. Melalui perjanjian internasional, Anda dapat menggariskan landasan kerjasama mereka,
mengatur berbagai Regiatan, menyelesaikan berbagai masalah demi keberlanjutan hidup masyarakat itu
sendiri. negara yang tidak diatur oleh perjanjian dalam kehidupan internasionalnya. Perjanjian
internasional yang berkaitan dengan hakekatnya merupakan sumber hukum internasional yang utama
adalah instrumen-instrumen yuridik yang memenuhi persyaratan dan persetujuan negara atau subjek
hukum internasional lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Persahabatan bersama yang dirumuskan
dalam perjanjian ini merupakan dasar hukum internasional untuk rencana kerja negara-negara atau
subjek hukum internasional lainnya di dunia ini. Oleh karena itu pembuatan perjanijian merupakan
tindakan hukum maka ia akan mengikat pihak-pihak pada perjanjian tersebut. Dengan demikian,
umumnya dibuat sesuai dengan kesepakatan internasional yang dibuat oleh subjek hukum
internasional, pembuatannya diatur oleh hukum internasional dan kemudian mengikat subjek-subjek
yang menjadi pihak. Di samping itu, sambil mengumpulkan berbagai macam nama yang diberikan untuk
perjanjian mulai dari yang paling resmi sampai yang paling sederhana, semuanya sama-sama memiliki
kekuatan hukum

dan pihak terkait. Menurut Myers: ada 39 jenis istilah yang digunakan untuk perjanjian-perjanjian
internasional. Selanjutnya sesuai hukum intenasional, setiap negara memiliki hak untuk membuat
perjanjian internasional. Pada dasarnya bagi negara yang berbentuk. federal, negara-negara bagian
tidak memiliki wewenang untuk membuat perjanjian internasional karena wewenang tersebut
ditetapkan oleh pemerintah federal. Namun kadang-kadang berdasarkan konstitusi, negara bagian
untuk hal-hal tertentu dapat membuat perjanjian internasional. Sampai tahun 1969, pembuatan
perjanjian-perjanjian internasional hanya diatur oleh hukum kebiasaan. Berdasarkan rancangan pasal-
pasal yang disusun oleh Komisi Hukum Internasional, diselenggarakanlah Konferensi Konferensi
Internasional di Wina mulai tanggal 26 Maret s / d 24 Mei 1968 dan dari tanggal 9 April s / d 22 Mei
1969 untuk mengkodifikasikan hukum kebutuhan tersebut. Konferensi kemudian melahirkan Vienna
Konvensi Hukum Perjanjian yang ditandatangani tanggal 23 Mei 1969. Konvensi ini mulai berlaku sejak
tanggal 27 Januari 1980 dan telah menjadi hukum internasional positif. Sampai Desember 1999, sudah
90 negara menjadi pihak pada perjanjian tersebut. Namun demikian, Indonesia belum menjadi pihak
pada persetujuan tersebut, namun demikian, ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya juga dibuat
berdasarkan persyaratan dan ketentuan dalam membuat perjanjian-perjanjian internasional dengan
negara-negara lain. A. PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN Pembuatan perjanjian-perjanjian mengikuti
prosedur yang kompleks dan yang kadang-kadang memakan waktu yang cukup lama. Dikatakan rumit
karena penting harus ditentukan siapa yang anggota punya wewenang di suatu negara di bidang
pembuatan perjanjian (kekuatan pembuat perjanjian), yang lalu diturijuklah wakil atau wakil wakil
negara untuk berunding atas nama negara yang didukung dengan masing-masing surat penyajian yang
dinamakan surat kekuatan (kekuatan penuh). Pembuatan perjanjian internasional. Melalui
perundingan (negosiasi), penandatanganan (tanda tangan) dan pengesahan (ratifikasi). Ada perjanjian
yang dapat segera dilakukan hanya melalui dua gelas yaitu kertas perundingan dan penanda tangan, dan
ada perjanjian lain, biasanya perjanjian sifatnya, yang berlakuriya harus melalui tiga kai yaitu perun-
dingan, penandatanganan dan pengesahan (ratifikasi), tergantung dari jenis perjanjian itu sendiri. Untuk
persetujuan bilateral, suatu perjan- jian mulai berlaku setelah mengakses piagam pengesahan atau
setelah disetujui masing-masing pihak sebagaimana prosedur konstitusional untuk pengesahan telah
disetujui. Sementara untuk perjanjian multilateral, mulai berlakunya perjanjian untuk negara lalah
setelah penyimpanan piagam ratifikasinya pada pemerintah negara penyimpan atau Sekretaris Jenderal
Organisasi Internasional yang menyeleng-garakan konferensi. 1. Definisi dan Ruang Lingkup Perjanjian
internasional merupakan salah satu sumber hukum internasional. Terkait menentukan dalam pasal 38
Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum internasional terdiri dari: perjanjian
internasional, konvensi internasional yang baik; b. Sebuah. kebiasaan internasional; C. prinsip-prinsip
hukum umum (prinsip umum hukum) yang disetujui oleh negara-negara beradab3B d. keputusan
pengadilan (keputusan pengadilan) dan pendapat para ahli yang telah disetujui kepakarannya (ajaran
dari publisitas yang paling berkualitas) merupakan sumber tambahan hukum internasional. Sehubungan
dengan itu marilah dilihat dulu apa yang disetujui dengan perjanjian internasional. Dalam Pasal 2
Perjanjian Wina 1969, perjanjian internasional (perjanjian) ditetapkan sebagai: Persetujuan yang dibuat
antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh hukum internasional, apakah dalam instrumen
tunggal atau dua atau lebih instrumen yang memperhitungkan dan apa pun nama yang diberikan.
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh pasal 1 ayat 3 Undang-undang Republik Indonesia nomor 37
tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yaitu: Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam
bentuk dan bentuk apapun, yang diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara resmi oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional atau subjek
hukum

internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah Republik Indonesia yang
bersifat hukum publik. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perjanjian internasional
adalah semua perjanjian yang dibuat oleh negara sebagai salah satu subjek hukum internasional, yang
diatur oleh hukum inter- nasional dan berisikan ikatan-ikatan yang mempunyai akibat-akibat hukum.
Sehubungan dengan itu mari dilihat dua unsur pokok yang terdapat dalam definisi perjanjian
internasional tersebut: a. Adanya subjek hukum internasional Negara adalah subjek hukum
internasional, par excellence, yang mempunyai kapasitas penuh untuk membuat perjanjian-perjanjian
inter- nasional seperti yang tercantum dalam pasal 6 Konvensi Wina. Kesulitan mungkin timbul bila
menyangkut negara-negara federal, organisasi-organisasi internasional atau gerakan-gerakan
pembebasan nasional. Komisi Hukum Internasional memang mengajukan rancangan mengenai
kemungkinan negara-negara bagian dari suatu negara federal membuat perjanjian dengan negara-
negara lain bila konstitusi federal mengizinkannya dan dalam batas-batas yang ditentukan. Tetapi usul
tersebut ditolak oleh Konferensi yang menggarisbawahi bahwa permasalahannya lebih banyak bersifat
intern suatu pegara dan Konferensi kelihatannya tidak mau melibatkan diri pada masalah yang cukup
peka. Dalam prakteknya ada konstitusi yang melarang dan ada yang membiarkannya. Amerika Serikat,
Meksiko dan Venezuela misalnya melarang negara-negara bagian membuat perjanjian dengan negara-
negara lain. Kanada yang semula mempunyai sikap yang sama berang- sur-angsur melunakkan posisinya
dan memberikan kemungkinan kepada propinsi Quebec yang berbahasa Perancis untuk membuat
perjanjian kerjasama kebudayaan dengan negara-negara franco- phone. Di samping itu Konstitusi Uni
Soviet 7 Oktober 1977 (pasal 70). Konstitusi Jerman 28 Mei 1949 dan Konstitusi Swiss 29 Mei 1974 juga
memberikan wewenang tertentu kepada negara-negara bagian untuk membuat persetujuan dengan
negara-negara lain.

Sekarang organisasi-organisasi internasional juga sudah diberkati untuk membuat perjanjian


internasional. Sebagai contoh perjanjian antara Unesco dengan Perancis, 2 Juli 1954 tentang perjanjian
gedung dan status Unesco di Perancis, antara PBB dengan Pemerintah AS, 26 Juni 1947 tentang
pendirian dan status hukum gedung PBB di kota New York. Semua antara organisasi internasional
dengan organisasi internasional lainnya adalah perjanjian yang ditandatangani tanggal 19 April dan 19
Juli 1946 di Jenewa antara LBB (Liga Bangsa-Bangsa) dan PBB tentang penyerahan inventaris dan gedung
dari organisasi yang pertama kali ke PBB. Namun demikian, kapasitas untuk membuat perjanjian
tersebut tidak asli dan parsial dalam arti kapasitas yang diperlukan oleh negara anggota yang
dirumuskan dalam konstitusi suatu organisasi dan organisasi tersebut hanya dapat melakukan
kegiatannya di bidang yang termasuk dalam wewenangnya. Pasal 6 Konvenei mengenal Perjanjian-
perjanjian yang dibuat antara negara dan organisasi internasional atau antar organisasi-organisasi
internasional berbunyi: Kapasitas organisasi internasional untuk membuet perjanjian-perjanjian
kerjasama dengan pengaturan-ketentuan yang relevan dengan organisasi ini. Berikut ini adalah contoh-
contoh perjanjian internasional yang dibuat oleh negara dengan organisasi internasional: Perjanjian
Antara Pemerintah Republik Indonesia dan ASEAN Terkait dengan Keistimewaan dan Kekebalan
Sekretariat ASEAN, tanggal 20 Januari 1979. Perjanjian Antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Organisasi Antar Parlemen ASEAN Yang Berkaitan dengan Keistimewaan dan Kekebalan Sekretariat
Tetap AIPO di Jakarta, tanggal 26 Oktober 1991. Perjanjian Antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pusat Penelitian Kehutanan Internasional Mengenai Kantor Pusat Kursi Pusat , tanggal 15 Mei 1993.
Perjanjian Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Sekretariat ASEAN Mengenai Penggunaan dan
Pemeliharaan pi dari Tempat Tinggal Sekretaris Jenderal ASEAN, tanggal 15 Maret 1996.

Selanjutnya praktik juga membenarkan gerakan-gerakan pembebasan nasional untuk membuat


persetujuan-persetu- juan internasional. Namun kapasitas ini hanya selektif dan terbatas. Yang
disetujui selektif tentang Gerakan-gerakan yang telah disetujui oleh kawasan di mana gerakan tersebut
berada. Terbatas karena keikutsertaan gerakan tersebut di dalam persetujuan hanya untuk melakukan
permintaan pada bangsa di dalam penentuan nasib sendiri dan mengatur negaranya yang merdeka.
Persetujuan antara gerakan pembebasan nasional dengan negara kolonial merupakan titik tolak
Persetujuan Evian tanggal 19 Maret 1962 antara Perancis dan Front de Libération Nationale (FLN)
Aljazair dan persetujuan-persetujuan Aljazair tahun 1974 antara Portugal dan gerakan-pembebasan
nasional diberbagai wilayah jajahan Portugal di Afrika dapat dipertukarkan sebagai internasional, sesuai
dengan harapan yang terkait dengan harapan. Persetujuan Deklarasi Přinciples (DOP) Israel-PLO tentang
otonomi Palestina di daerah pendudukan yang disetujui di Washington tanggal 13 September 1993 dan
penandatanganan disetujui Pemerintahan Otonomi Gaza-Jericho Tahap Pertama di Kairo tanggal 4 Mei
1994 yang terbatas dapatlah diakui perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh subjek-subjek hukum
internasional. Suatu perkembangan yang cukup menggembirakan adalah gerakan pembebasan nasional
dalam organisasi antarpemerintah. PLO mulai tahun 1974 diberikan status peninjau di PBB setelah
Majelis Umum meminta hak rakyat Palestina untuk menen-tukan nasib sendiri. Sebaliknya PLO adalah
anggota penuh yang membagikan organisasi internasional seperti Liga Arab, OKI dan GNB. Berdasarkan
Resolusi Majelis Umum PBB tahun 1977 (32/9 E), Namibia, lama sebelum merdeka, telah menjadi
anggota penuh pada badan-badan khusus PBB yang diwakili bukan oleh ŚWAPO tetapi oleh Dewan PBB
untuk Namibia, organ subsider Majelis Umum, yang didukung mengelola administrasi sementara
wilayah Namibia. Melalui Dewan ini pula, Namibia, Undang-Undang Dasar Laut 1982, sesuai pasal 305,
Pelaksanaan DOP Israel-PLO tentang Protokol selengkapnyalah, semenjak beberapa waktu bukan saja
negara, organisasi-organisasi regional yang memerlukan kapasitas untuk membuat perjanjian-perjanjian
internasional, juga gerakan-pembanguan nasional, sesuai dengan persyaratan-persyaratan tertentu.

Suatu perjanjian internasional yang disetujui oleh Perjan- tan tersebut diatur oleh rejim hukum
internasional. Perjanjian yang mengatur dan diatur oleh rejim hukum nasional suatu negara tidak sesuai
dengan resolusi perianijan internasional (perjanjian). Sebagai contoh, transaksi pembelian tanah dan
pembangunan transaksi-transaksi lain yang dibuat dengan persetujuan pada hukum lokal, dilakukan
oleh negara-negara dan organisasi internasional, bukan merupakan perjanjian internasional. Di samping
itu, suatu perjanjian juga bukan merupakan perjanjian internasional yang diajukan subjekniya bukan
merupakan subjek-subjek hukum internasional. Sebagai contoh: b. Rejim Hukum Internasional
Perjanjian-perjanjian yang dibuat suatu negara dengan penduduk asli yang belum memiliki
pemerintahan, jadi belum memenuhi persyaratan sebagai subjek hukum internasional. Kontrak-kontrak
perkawinan antara putera puteri raja-raja yang mengatur, karena mereka bukan merupakan wakil-wakil
atau organ dari negara. Perkawinan ini hanya merupakan per-buatan pribadi. Persetujuan-persetujuan
yang dibuat antara negara-perusahaan dan perusahaan-perusahaan asing, seperti persetujuan antara
Pemerintah Iran dan Perusahaan Minyak Anglo-Iran, 29 April 1933, atau antara perusahaan-perusahaan
asing. Perjanjian Jalur Merah atau Perjanjian Grup yang ditandatangani tanggal 31 Juli 1928 antara
perusahaan-perusahaan perminyakan asing, yang didukung Profesor Jessup sebagai salah satu persetu-
juan yang disetujui pada permulaan abad ke-20 untuk membandingkan daerah-daerah di Timur Tengah.
Perjanjian demikian tidak dapat dinamakan karena hanya dibuat oleh perusahaan-perusahaan swasta.
Demikian pula dengan kontrak-kontrak yang dibuat oleh Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara (PERTAMINA) dengan perusahaan-perusahaan Minyak Asing yang bukan merupakan
perjanjian. 2. Nama-nama dan Ketentuan Perjanjian pembuatan perjanjian di antara ngarai-negara
selama ini telah mengadakan perjanjian terminologi internasional, kadang-kadang kala berbeda
penggunaannya menurut negara, wilayah

b Rejim Hukum Internasional Suatu penanjian merupakan perjanjian internasional yang disetujui perjan-
jlan yang diatur oleh rejim hukum intenasional. Perjanjian yang mengatur dan diatur oleh rejim hukum
nasional suatu negara tidak memiliki resolusi peranjian intemasional (perjanjian). Sebagai contoh,
transaksi pembelian tanah dan pembanguran gedung atau transaksi- transaksi laininya vang dibuat
detgan mierigacu pada hakum lokal. Meskipun dilakukan oleh negara-negara dari organisast bukan
merupakan perjanjian internasional. Di samping itu, suatu perjanjian juga bukan merupakan perjudian
intenasionial membahas subjeknya bukan merupakari subjek-subjek hukum internasional, Sebagai
contoh: Perjanjian perjanjian yang dibuat berdasarkan negara dengan penduduk asli yang tidak memiliki
pemerintahan, sehingga belum sesuai dengan subjek hukum internasional. Kontrak-kontrak perkawinan
antara putera puteri raja yang mengatur, karena mereka tidak mewakili wakil atau organ dan negara.
Perkawinan ini hanya merupakan per-buatan pribadi, juga jenis perangkat intemasionalnya Teminolog
yang digunakan atas perangkat Intemasional ini tidak merigureng hak dan kewaiban yarg terkandung di
dalamnya. Semua orang setuju dengan orang lain yang menggunakan bahasa lain yang terkait dan lebih
menyukai para pitak parda perjanijian ini dan juga politisnya temadap mereka Wälaupun (udul sesuai
dengan kebutuhan yang terkait, tetapi ditelaah lebih lanjut, sesuai penanyajar Materi Terkait Selain itu,
Penggunaan Judul Perjanjian pada Perjanjian Internasional juga dilakukan untuk Materi Perjanjian
Tersebut memilikl bobot kerjasama yang bertieda tingkatannya dengan perjanjjan internasional lain,
atau untuk menghubungkan hubungan antara perjanjian internasional dan perjanjian internasional.
Konvonsi Wina tähun 1900 mengenal Hukum Pejanjian dan Wina Wina 1986 mengakui Hukum
Perjanjian antara Negara dan Orgarisasi Internasional atau antara Organisasi-organisasi iriter nasional
tidak melakukan pembedaan atas bentuk perjanjian internasional. Selain itu, Pasal 102 Plagam PBB
hanya membahas perjanjian berdasarkan perjanjian termiriologi dan perjanjian internasional, dan sesuai
dengan ketentuan yang ada pada resolusi yang ditegaskan bahwa ini adalah leminologi kedua dalam hal
ini yang terkait dengan Sekretanal Jenideral PBB, perjanjian terranologi dan perjanjian internasional.
perangkat intemasional, komitmen komitmen yang diberikan oleh negara secara unilateral dalam
pelaksanaan perjanjian internasional. Persetujuan-persetujuan yang dibuat antara negara-perusahaan
dan perusahaan-perusahaan asing, seperti persetujuan antara Pemerintah Iran dan Perusahaan Minyak
Anglo-iraniari, 29 April 1933, atau antara perusahaan-perusahaan asing. Red Line Line Agreement atau
Group Agreement yang ditandatangani tanggal 31 Jull 1928 antara perusahaan-perusahaan
perminyakan asing, yang dikatakari Profesor Jessup sebagal salah satu persetu- juan-persetujuan yang
diminta pada permulaan abad ke 20 untuk membandingkan daerah-daerah di Timur Tengah. Perjanjian
demikian tidak dapat dinamakan karena hanya dibuat oleh perusahaan swasta Treaties (Penanjian
intemasionaltraktat) a. Terminologi perjanjian dapat digunakan sesuai dengan pengertian umum atau
menurut pengertian khusus. Yang berbicara dengan pangertian umum Sementara dalam arti khusus
perjanjian merupakan perjan- lan yang paling penting dan sangat penting dalam urutan perjanjian.
Menurut pengertian umum, istilah perjanjian dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah
peremajaan intemasiorhal. Kontrak-kontrak yang dibuat oleh. Perusahaan Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi Negara (PERTAMINA) dengan perusahaan-perusahaan Minyak Asing yarg bukan merupakan
perjanjian 2. Nama-nama dan istilah Praktek permbuatan kontrak di antara negara-negara selama ini
telah disetujui. riegara, wilayah 4 TO Elas Thi Modam Law of Traides 19 Qna Pcatn NC Dutes Fay NY.
E14 89 88

Anda mungkin juga menyukai