Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba
telah berkembang sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banya
masalah-masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat dan telah menjadi
tradisi bangsa arab terhadap jual beli maupun pinjam-meminjam barang dan
jasa. Sehingga sudah mendarah daging. Bangsa arab memberikan pinjaman
kepada seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal yang
di berikan kepada peminjam. Akibatnya banyak orang lupa akan larangan
riba.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang
adanya riba. Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba
secara bertahap. Allah SWT melaknat hamba-hambanya bagi yang
melakukan perbuatan riba. Perlu adanya pemahaman yang luas, agar tidak
terjerumus dalam riba. Karena, riba menyebabkan tidak terwujudnya
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu riba ?
2. Apa saja jenis-jenis riba dalam islam?
3. Apa saja macam-macam riba ?
4. Sebutkan landasan hukum riba!
5. Faktor apa saja yang menyebabkan memakan dan di haramkannya
perbuatan riba ?
6. Apa saja larangan-larangan riba dalam Al Qur’an ?
7. Apakah dampak dan hikmah pelarangan riba ?
8. Apa saja hikmah di balik larangan riba ?
9. Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang sering muncul tentang riba ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian riba.

1
2. Untuk mengetahui jenis-jenis riba dalam islam.
3. Dapat mengetahui macam-macam riba.
4. Dapat mengetahui landasan hukum riba.
5. Dapat memahami larangan-larangan riba yang terdapat dalam Al Qur’an.
6. Mengetahui faktor penyebab memakan dan di haramkannya perbuatan
riba.
7. Mengetahui dampak dan hikmah pelarangan riba.
8. Untuk mengetahui hikmah di balik larangan riba.
9. Dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sering
muncul tentang riba.

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Riba

Secara etimologis, istilah riba berasal dari bahasa Arab yang memiliki
makna ziyadah atau tambahan. Dengan kata lain, arti riba adalah pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, baik dalam transaksi jual-beli
maupun pinjam meminjam.

Dalam agama Islam, Riba adalah praktik yang diharamkan. Bagi umat
Islam, pemberlakuan bunga dengan persentase tertentu pada pinjaman Bank
Konvensional atau lembaga keuangan lainnya dianggap sebagai praktik riba. Riba
adalah pemberlakuan bunga atau penambahan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang
dibebankan kepada peminjam.

Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba


pinjaman adalah haram.

 Riba Menurut Para Ahli Fiqih

Agar lebih memahami apa arti riba, maka kita dapat merujuk pada
pendapat beberapa ahli. Berikut ini adalah pengertian riba menurut para ahli fiqih:

1. Al-Mali

Menurut Al-Mali pengertian riba adalah akad yang terjadi atas pertukaran
barang atau komoditas tertentu yang tidak diketahui perimbangan menurut syara’,
ketika berakad atau mengakhiri penukaran kedua belah pihak atau salah satu dari
keduanya.

2. Rahman Al-Jaziri

Menurut Rahman Al-Jaziri arti riba adalah akad yang terjadi dengan
pertukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut syara’ atau terlambat
salah satunya.

3
3. Syeikh Muhammad Abduh

Menurut Syeikh Muhammad Abduh pengertian riba adalah penambahan-


penambahan yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang
meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh
peminjam dari waktu yang telah ditentukan.

2. Jenis jenis riba dalam Islam

Secara umum riba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu riba hutang-piutang
dan riba jual-beli. Berikut penjelasan mengenai kedua jenis riba tersebut:

 Riba hutang-piutang adalah riba yang mengambil keuntungan lebih dari


suatu hutang, contohnya riba qardh dan riba jahiliyah.
 Riba jual beli adalah penambahan nilai barang yang dibeli oleh konsumen,
contohnya riba fadhl dan riba nasi’ah.

3. Macam macam riba dalam Islam

a) Riba Fadhl 

Adalah pertukaran atau jual beli barang ribawi dengan kuantitas, kualitas,
atau kadar takaran yang berbeda. Barang ribawi itu sendiri disebutkan dalam
hadits sebagai emas, perak, gandum, gandum merah, garam, dan kurma. Dalam
hadits lain disebutkan sebagai emas, perak, dan bahan makanan. Sehingga dalam
Islam, untuk barang barang tersebut pertukaran yang dilakukan harus lah
memenuhi jumlah dan kualitas yang sama. 

Contoh praktik riba fadhl misalnya seseorang menukar 10 gram emas  (20
karat) dengan 11 gram emas (19 karat). Contoh lainnya 2 kilo gandum berkualitas
baik ditukar dengan 3 kilo gandum berkualitas buruk.

b) Riba Qardh 

Adalah adanya persyaratan kelebihan pengembalian pinjaman yang


dilakukan di awal akad perjanjian hutang-piutang oleh pemberi pinjaman terhadap
yang berhutang tanpa tahu untuk apa kelebihan tersebut digunakan. 

4
Contohnya seperti rentenir yang meminjamkan uang 10 juta kepada
peminjam, kemudian peminjam harus mengembalikan 11 juta tanpa dijelaskan
kelebihan dana tersebut untuk apa. Tambahan 1 juta pada kasus inilah yang
disebut sebagai riba qardh dan hanya akan merugikan peminjam plus
menguntungkan si rentenir.

c) Riba Jahiliyah

Adalah adanya tambahan nilai hutang karena adanya tambahan tempo


pembayaran hutang disebabkan peminjam tidak mampu membayar hutang pada
waktunya. Praktik riba seperti ini banyak diterapkan pada masa jahiliyah.

Contohnya pemberi hutang berkata kepada pihak penerima hutang saat


jatuh tempo, “kamu lunasi hutang sekarang sesuai jumlah kamu berhutang atau
membayar dikemudian hari dengan syarat adanya tambahan jumlah hutang”.

Contoh lainnya adalah penggunaan kartu kredit. Saat pengguna kartu


kredit membeli barang senilai 1 juta dan tidak mampu membayar penuh saat jatuh
tempo, maka penguna diharuskan membayar bunga atas tunggakan kartu
kreditnya tersebut.

d) Riba Yad

Adalah transaksi yang tidak menegaskan berapa nominal harga


pembayaran atau ketika seseorang berpisah dari tempat akad jual beli sebelum
serah terima antara penjual dan pembeli. 

Contoh misalnya seorang penjual menawarkan mobil dengan harga 90 juta


jika membayar tunai dan 95 juta jika membayar dengan cicilan. Kemudian ada
seseorang yang ingin membeli, tetapi sampai akhir transaksi tidak ada
kesepakatan antara keduanya berapakah harga yang harus dibayarkan.

e) Riba Nasi’ah

5
Adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi
dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba ini mirip dengan riba fadhl hanya saja
ada perbedaan pada serah terima barang jual beli.

Contohnya dua orang saling bertukar emas. Satu orang memiliki emas 24
karat ingin ditukar dengan emas 24 karat dengan timbangan yang sama. Akan
tetapi emas 24 karat yang satunya baru diserahkan satu bulan setelah perjanjian
transaksi disetujui masing-masing pihak padahal harga emas bisa saja berubah
sewaktu-waktu

4. Landasan Hukum Riba

Seperti yang telah disebutkan pada paragraf awal, praktik riba diharamkan
dalam Islam. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Quran berikut ini:

1. Q.S. Al-Baqarah : 278

Cَ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمن‬
‫ين‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”
(Q.S. Al-Baqarah : 278).

Jika kita mencermati ayat di atas, Allah SWT menyandingkan perintah


takwa dengan perintah meninggalkan perbuatan riba. Dua redaksi perintah
tersebut mengindikasikan adanya korelasi antara makna yang terkandung dari dua
perintah tadi. Hubungan keduanya bisa dipahami sebagai konsekuensi logisnya
jika orang yang beriman, maka ia akan meninggalkan riba. Karena, orang yang
melakukan riba sama halnya ia mendustakan Allah SWT.

2. Q.S. Al-Baqarah: 275-276

َّ ُ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ ال ِّربَوا اَل يَقُ ُموْ نَ إِاّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبُّطُه‬
‫ ُع‬C‫ا ْالبَ ْي‬CC‫الُو اِنَّ َم‬CCَ‫أَنَّهُ ْم ق‬CCِ‫كَ ب‬CCِ‫ ْيطَنُ ِمنَ ْال َمسِّ َذل‬C‫الش‬
‫ِم ْثل ال ِّربَوا َواَ َح َّل هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَوا‬

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan

6
penyakit jiwa (gila). Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba . . . (Q.S. Al-Baqarah:
275).

ٍ َّ‫ت وهللاُ الَيُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬


‫ار اَثِيْم‬ ِ َ‫ق هللاُ ال ِّربَوا َويُرْ بِى الصَّدق‬
ُ ‫يَ ْم َح‬

Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah


SWT tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat
dosa. ” (Q.S. Al-Baqarah: 276).

3. Q.S Ali ‘Imran : 130

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا ال ِّربَا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba”


(Ali ‘Imran/3: 130)”.

4. Q.S Ar-Ruum 39

ِ َّ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ ب َُو فِي أَ ْم َوا ِل الن‬
ِ ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا‬

Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah”
(Ar-Ruum/30: 39).

5. Dan di antara hadits yang terkait dengan riba adalah :

‫ا ِه َد ْي ِه‬C ‫ َو َش‬، ُ‫ َو َكاتِبَه‬، ُ‫ َو ُمو ِكلَه‬، ‫ آ ِك َل الرِّ بَا‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن َجابِ ٍر َر‬
‫ هُ ْم َس َوا ٌء‬: ‫َوقَا َل‬

Artinya : Dari Jabir r.a Rasulullah SAW telah melaknat (mengutuk) orang
yang makan riba, wakilnya, penulisnya dan dua saksinya. HR. Muslim.

5. Faktor Penyebab Memakan dan Di Haramkannya Perbuatan Riba


 Faktor Penyebab Memakan Riba :

1.    Nafsu dunia kepada harta benda

2.    Serakah harta

7
3.    Tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT berikan

4.    Imannya lemah

5.    Selalu Ingin menambah harta dengan berbagai cara termasuk riba

 Faktor Penyebab di haramkan Riba :

1.    Merugikan orang lain

2.    Sama dengan mengambil hak orang lain

3.    Mendapat laknat dari Allah SWT.

4.    Neraka ancamannya

5.    Termasuk perbuatan syetan yang keji

6.    Memperoleh harta dengan cara yang tidak adil

 Contoh Lain dari Riba


1. Bunga Bank Konvensional

Bunga yang diterapkan oleh Bank konvensional ternyata termasuk dalam


praktik riba. Ketika kita meminjam dana dari Bank, maka kita akan dikenakan
bunga setiap kali membayar angsuran pinjaman tersebut. Hal ini (riba) juga terjadi
pada lembaga keuangan lainnya, misalnya lembaga pembiayaan seperti ketika kita
membeli kendaraan bermotor atau properti secara mencicil maka kita akan
dikenakan bunga, dan ini termasuk praktik riba. pengelolaan bisnis

Kata kunci utama yang membedakan antara bank syariah dan


konvensional adalah pengelolaan bisnisnya yang berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah harus mematuhi prinsip syariah sedangkan konvensional pasti tidak
harus. Yang dimaksud dengan prinsip syariah di sini adalah mematuhi seluruh
aturan dalam peraturan perundang-undangan dan fatwa DSN-MUI. Secara umum
prinsip yang harus dipenuhi dalam kegiatan bank syariah adalah tidak riba,
tidak gharar, tidak  maysir, tidak zalim, dan tidak haram.

8
Kesemua prinsip tersebut harus terlaksana dalam setiap kegiatan bank
syariah. Untuk itu bank syariah tidak boleh membiayai perusahaan minuman
keras. Contoh lain terkait larangan maysir atau judi adalah tidak boleh bank
syariah memberikan pembiayaan yang menguntungkan pada satu kondisi lain.

Ada anggapan bahwa bank syariah sama saja dengan bank konvensional.
Kami katakan pendapat itu tidak benar sepenuhnya. Betul, keduanya sama-sama
mencari untung, karena kedua lembaga ini adalah lembaga bisnis. Salah kaprah
jika dikatakan bank syariah adalah lembaga sosial yang harus memberikan
kemudahan dan bantuan kepada semua orang.

Bank syariah dalam memberikan pembiayaan harus hati-hati, sebagaimana


halnya bank konvensional. Ketika kita ingin mengajukan pembiayaan ke bank
syariah, mereka akan meminta beberapa syarat dan jaminan agar mereka tidak
mengalami kerugian. Hal lain yang harus dipahami adalah bank syariah
membutuhkan biaya untuk pengelolaan perusahaan, itulah alasan mengapa ada
biaya-biaya administrasi yang dibebankan bank syariah.

Lantas apa bedanya dengan bank konvensional jika demikian? Menurut


kami perbedaan yang paling mendasar dari bank syariah dan bank konvensional
adalah risiko yang dihadapi. Jika bank konvensional seluruh resiko pembiayaan
akan dibebankan kepada nasabah. Itulah mengapa riba diharamkan. Karena
sejatinya bank tidak akan menghadapi risiko yang berarti kecuali hanya gagal
bayar. Sedangkan bank syariah risiko akan ditanggung bank syariah saja, nasabah
saja, atau bersama-sama, bergantung kepada akad yang digunakan.

2. Pinjaman Dengan Syarat

Ketika kita ingin meminjam uang dari pihak lain, seringkali pinjaman
tersebut disertai dengan syarat. Misalnya, bunga atau hal lainnya sebagai syarat
agar pemilik uang mau meminjamkannya pada orang lain.

Contoh lain, misalnya seorang kerabat ingin meminjam uang dari kamu,
lalu kamu memberikan syarat memberikan pinjaman yaitu harus bersedia

9
menjemput dan mengantar kamu setiap hari. Hal-hal seperti ini ternyata sudah
termasuk dalam praktik riba yang dilarang.

6. Dampak Riba Pada Ekonomi

Riba (bunga) menahan pertumbuhan ekonomi dan membahayakan


kemakmuran nasional serta kesejahteraan individual dengan cara menyebabkan
banyak terjadinya distrosi di dalam perekonomian nasional seperti inflasi,
pengangguran, distribusi kekayaan yang tidak merata, dan resersi.

Bunga menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi. Ia mendorong orang


melakukan penimbunan (hoarding) uang, sehingga memengaruhi peredaranya
diantara sebagian besar anggota masyarakat. Ia juga menyebabkan timbulnya
monopoli, kertel serta konsentrasi kekayaan di tangan sedikit orang. Dengan
demikian, distribusi kekayaan di dalam masyarakat menjadi tidak merata dan
celah antara si miskin dengan si kaya pun melebar. Masyarakat pun dengan tajam
terbagi menjadi dua kelompok kaya dan miskin yang pertentangankepentingan
mereka memengaruhi kedamaian dan harmoni di dalam masyarakat. Lebih lagi
karna bunga pula maka distorsi ekonomi seperti resesi, depresi, inflasi dan
pengangguran terjadi.

Investasi modal terhalang dari perusahaan-perusahaan yang tidak mampu


menghasilkan laba yang sama atau lebih tinggi dari suku bunga yang sedang
berjalan, sekalipun proyek yang ditangani oleh perusahaan itu amat penting bagi
negara dan bangsa. Semua aliran sumber-sumber finansial di dalam negara
berbelok ke arah perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek laba yang sama
atau lebih tinggi dari suku bunga yang sedang berjalan, sekaliun perusahaan
tersebut tidak atau sedikit saja memiliki nilai sosial.·

Riba (bunga) yang dipungut pada utang internasional akan menjadi lebih
buruk lagi karena memperparah DSR (debt-service ratio) negara-negara debitur.
Riba (bunga) itu tidak hanya menghalangi pembangunan ekonomi negara-negara
miskin, melainkan juga menimbulkan transfer sumber daya dari negara miskin ke

10
negara kaya. Lebih dari itu, ia juga memengaruhi hubungan antara negara miskin
dan kaya sehingga membahayakan keamanan dan perdamaian internasional.

7. Cara Menghindari Riba dalam Ekonomi Islam

Pandangan tentang riba dalam era kemajuan zaman kini juga mendorong
maraknya perbankan Syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung didapat
dari sistem bagi hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional pada
umumnya. Karena, menurut sebagian pendapat bunga bank termasuk riba. Hal
yang sangat mencolok dapat diketahui bahwa bunga bank itu termasuk riba adalah
ditetapkannya akad di awal jadi ketika nasabah sudah menginventasikan uangnya
pada bank dengan tingkat suku bunga tertentu, maka akan dapat diketahui
hasilnya dengan pasti. Berbeda dengan prinsip bagi hasil yang hanya memberikan
nisbah bagi hasil untuk deposannya.

Hal diatas membuktikan bahwa praktek pembungaan uang dalam berbagai


bentuk transaksi saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman
Rasulullah saw yakni riba nasi’at. Sehingga praktek pembungaan uang adalah
haram.

Sebagai pengganti bunga bank, Bank Islam menggunakan berbagai cara


yang bersih dari unsur riba antara lain:

a.    Wadiah atau titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito.

b.    Mudarabah adalah kerja sama antara pemlik modal dengan pelaksanaan atas
dasar perjanjian profit and loss sharing.

c.    Syirkah (perseroan) adalah diamana pihak Bank dan pihak pengusaha sama-
sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan (jom ventura).

d.    Murabahan adalah jual beli barang dengan tambahan harga ataaan.u cost plus
atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur.

11
e.    Qard hasan (pinjaman yag baik atau benevolent loan), memberikan pinjaman
tanpa bunga kepada para nasabah yang baik sebagai salah satu bentuk pelayanan
dan penghargaan.

f.     Menerapkan prinsip bagi hasil, hanya memberikan nisbah tertentu pada


deposannya, maka yang dibagi adalah keuntungan dari yang di dapat kemudian
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya,
nisbahnya dalah 60% : 40%, maka bagian deposan 60% dari total keuntungan
yang di dapat oleh pihak bank.

g.   Berpuasa. Karena seseorang yang berpuasa secara benar pasti terpanggil untuk
hijrah dari sistem ekonomi yang penuh dengan riba ke sistem ekonomi syariah
yang penuh ridho Allah. Puasa bertujuan untuk mewujudkan manusia yang
bertaqwa kepada Allah swt dimana mereka yang bertaqwa bukan hanya mereka
yang rajin shalat, zakat, atau haji, tapi juga mereka yang meninggalkan larangan
Allah swt.

Puasa bukan saja membina dan mendidik kita agar semakin taat beribadah,
namun juga agar aklhak kita semakin baik. Seperti dalam muamalah akhlak dalam
muamalah mengajarkan agar kita dalam kegiatan bisnis menghindari judi,
penipuan, dan riba. Sangat aneh bila ada orang yang berpuasa dengan taat dan
bersungguh-sungguh namun masih mempraktekan riba. Sebagai orang yang
beriman yang telah melaksanakan puasa, tentunya orang itu akan meyakini
dengan sesungguhnya bahwa Islam adalah agama yang mengatur segala aspek
kehidupan (komprehensif) manusia, termasuk masalah perekonomian. Umat Islam
harus masuk ke dalam Islam ssecara utuh dan menyeluruh dan tidak sepotong-
potong. Inilah yang dititahkan Allah pada surah al-Baaqarah : 208, “ Hai orang-
orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (utuh dan
totalitas) dan jangan kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu
adalah musuh nyata bagimu”.

Ayat  ini mewajibkan orang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara


totalitas baik dalam ibadah maupun ekonomi, politik, social, budanya, dan

12
sebgainya. Pada masalah ekonomi, masih banyak kaum muslim yang melanggar
prinsip islam yaitu ajaran ekonomi Islam. Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip
sayariah yang digali dari Al-Qur’an dan sunnah. Dalam kitab fiqih pun sangat
banyak ditemukan ajaran-ajaran mu’amalah Islam. Antara lain mudharabah,
murabahah, wadi’ah, dan sebagainya.

8. Hikmah di balik larangan riba


Adapun hikmah di balik larangan riba adalah :
 Allah SWT tidak mengharamkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi
manusia, tetapi hanya mengharamkan apa yang sekiranya dapat membawa
kerusakan baik individu maupun masyarakat.
 Cara riba merupakan jalan usaha yang tidak sehat, karena keuntungan yang di
peroleh si pemilik dana bukan merupakan hasil pekerjaan atau jerih
payahnya. Keuntungannya diperoleh dengan cara memeras tenaga orang lain
yang pada dasarnya lebih lemah dari padanya.
 Riba dapat menyebabkan krisis akhlak dan rohani. Orang yang meribakan
uang atau barang akan kehilangan rasa sosialnya, egois.
 Riba dapat menimbulkan kemalasan bekerja, hidup dari mengambil harta
orang lain yang lemah. Cukup duduk di atas meja, orang lain yang memeras
keringatnya.
 Riba dapat mengakibatkan kehancuran, banyak orang-orang yang kehilangan
harta benda dan akhirnya menjadi fakir miskin.
9. Pertanyaan-pertanyaan yang sering kita jumpai tentang riba dalam
kehidupan sehari-hari

Apakah setiap riba dalam bentuk apapun pasti diharamkan secara mutlak
atas kedua belah pihak (pemberi piutang/rentenir dan yang berhutang)? Ataukah
hanya diharamkan atas rentenir saja, sedangkan yang berhutang terbebas? Dan
bila yang berhutang tidak berdosa, apakah hal ini hanya bila sedang membutuhkan
kepada piutang saja, terjepit dan kemiskinan, ataukah kebutuhan tidak menjadi
persyaratan bagi bolehnya berhutang dengan membayar riba? Bila dibolehkan
bagi orang yang membutuhkan/terjepit, apakah bagi orang yang kebutuhannya

13
tidak terlalu mendesak boleh untuk berhutang dari bank yang bertransaksi dengan
bunga/riba 15 % setiap tahun miisalnya. Dengan demikian, ia dapat berusaha
dengan modal uang hutang tersebut, dan menghasilkan keuntungan yang lebih
besar dari bunga/riba yang ditetapkan, misalnya keuntungannya sebesar 50 %
setiap tahun. Dengan cara ini, berarti ia berhasil memperoleh hasil dari piutang
tersebut sebesar 35 % yang merupakan sisa keuntungan dikurangi bunga yang
ditetapkan, sebagaimana pada kasus yang dicontohkan, ataukah riba tetap tidak
boleh dengan cara apapun?

Jawaban:

Pertama: 

Riba diharamkan dalam keadaan apapun dan dalam bentuk apapun.


Diharamkan atas pemberi piutang dan juga atas orang yang berhutang darinya
dengan memberikan bunga, baik yang berhutang itu adalah orang miskin atau
orang kaya. Masing-masing dari keduanya menanggung dosa, bahkan keduanya
dilaknati (dikutuk). Dan setiap orang yang ikut membantu keduanya, dari
penulisnya, saksinya juga dilaknati. Berdasarkan keumuman ayat-ayat dan hadits-
hadits shahih yang-nyata mengharamkan riba seperti di dalam Qs. al-Baqarah:
275-276.

Sahabat Ubadah bin Shamit radhiallahu ‘anhu meriwayatkan dari


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫واء‬CC‫ س‬،‫ل‬CC‫الملح مثال بمث‬CC‫التمر والملح ب‬CC‫ر ب‬CC‫الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتم‬
‫ رواه مسلم‬.‫ فمن زاد أو استزاد فقد أربى‬،‫ يدا بيد‬،‫بسواء‬

Artinya : “Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual
dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma
dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, (takaran / timbangannya)
harus sama dan kontan. Barangsiapa yang menambah atau meminta tambahan,
maka ia telah berbuat riba.” (HR. Muslim dalam kitabnya as-Shahih).

14
Sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwasannya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫الورق إال مثال‬CC‫ورق ب‬CC‫بيعوا ال‬CC‫ وال ت‬،‫ها على بعض‬CC‫فوا بعض‬CC‫ وال تش‬،‫ل‬CC‫ذهب إال مثال بمث‬CC‫ذهب بال‬CC‫ال تبيعوا ال‬
‫ رواه البخاري ومسلم‬.‫ وال تبيعوا منها غائبا بناجز‬،‫ وال تشفوا بعضها على بعض‬،‫بمثل‬

Artinya : “Janganlah engkau jual emas ditukar dengan emas melainkan sama
dengan sama, dan janganlah engkau lebihkan sebagiannya di atas sebagian
lainnya. Janganlah engkau jual perak ditukar dengan perak melainkan sama
dengan sama, dan janganlah engkau lebihkan sebagiannya di atas sebagian
lainnya. Dan janganlah engkau jual sebagiannya yang diserahkan dengan kontan
ditukar dengan lainnya yang tidak diserahkan dengan kontan.” (HR. al-Bukhary
dan Muslim).

Imam Ahmad dan al-Bukhary meriwayatkan, bahwasannya


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫واء‬CC‫ س‬،‫ل‬CC‫الملح مثال بمث‬CC‫التمر والملح ب‬CC‫ر ب‬CC‫الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتم‬
‫ رواه مسلم‬.‫ اآلخذ والمعطي فيه سواء‬،‫ فمن زاد أو استزاد فقد أربى‬،‫ يدا بيد‬،‫بسواء‬

Artinya : “Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual
dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma
dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, harus sama dan sama dan
kontan. Barangsiapa yang menambah atau meminta tambahan, maka ia telah
berbuat riba, pemungut dan yang memberikannya dalam hal ini sama.” (HR.
Muslim).

Dan telah tetap dari sahabat Jabir bin Abdillah  radhiallahu


‘anhu bahwasannya ia menuturkan,

‫ رواه مسلم‬.)‫ (هم سواء‬:‫ وقال‬،‫لعن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم آكل الربا وموكله وكاتبه وشاهديه‬

Artinya : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknati pemakan riba


(rentenir), orang yang memberikan / membayar riba (nasabah), penulisnya
(sekretarisnya), dan juga dua orang saksinya. Dan beliau juga bersabda,
‘Mereka itu sama dalam hal dosanya’.” (HR. Muslim).

15
Dan uang kertas yang berlaku pada zaman sekarang ini kedudukannya
sama dengan emas dan perak yang berfungsi sebagai alat jual beli, oleh karena itu
hukumnya adalah sama dengan hukum emas dan perak. Dengan sebab itulah,
hendaknya setiap orang muslim untuk mencukupkan diri dengan hal-hal yang
dihalalkan dan menjauhkan dirinya dari segala yang diharamkan Allah ‘Azza wa
Jalla. Dan Allah sungguh telah memberikan kelapangan kepada umat Islam dalam
hal pekerjaan di dunia ini guna mengais rezeki. Sehingga, bisa saja orang yang
fakir bekerja sebagai tenaga kerja (kuli) atau pelaku usaha dengan menggunakan
modal orang lain dengan sistem mudharabah dengan perjanjian bagi hasil,
misalnya fifty-fifty atau yang semisalnya dari keuntungan, dan bukan dari modal,
tidak juga dengan jumlah / nominal uang tertentu dari keuntungan. Dan barang
siapa yang tidak mampu berusaha padahal ia fakir, maka halal baginya untuk
meminta-minta, menerima zakat, dan juga jaminan sosial.

Kedua: 

Tidak boleh bagi seorang muslim, baik kaya atau fakir untuk berhutang
kepada bank atau lainnya dengan bunga 5 % atau 15 % atau lebih atau kurang dari
itu. Karena itu adalah riba, dan termasuk dosa besar. Dan Allah telah
mencukupkan baginya dengan jalan-jalan mengais rezeki yang dihalalkan
sebagaimana disebutkan di atas, baik menjadi tenaga kerja di tempat orang yang
memiliki pekerjaan atau mendaftarkan diri menjadi pegawai negeri pada jabatan
yang halal, atau berdagang dengan modal orang lain dengan sistem mudharabah
dengan bagi hasil dalam persentase tertentu, sebagaimana dijelaskan di atas.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang
dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan).

16
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara bathil. Macam-macam riba yaitu: Riba
Yad, Riba Jahiliyah, Riba Qardhi, Riba Fadli, dan Riba Nasi’ah.

Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di bank konvensional.


Faktor-faktor yang melatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu : Nafsu
dunia kepada harta benda, serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur dengan
apa yang telah Allah SWT berikan, imannya lemah, serta selalu ingin menambah
harta dengan berbagai cara termasuk riba.

Dampak Riba pada ekonomi: Riba (bunga) menahan pertumbunhan


ekonomi dan membahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan
individual. Riba (bunga) menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi
ekonomi) seperti resesi, depresi, inflasi dan pengangguran. Salah satu cara
menghindari riba yaitu dengan berpuasa.

B. SARAN
Sebagai umat muslim yang bertaqwa, sudah sepatutnya kita menghidari
segala jenis perbuatan yang berhubungan dengan riba. Sudah jelas firman
Allah dan hadist Rasulullah tentang riba ini, jadi tidak sepatutnya kita berani
menentang apalagi menjalankan pekerjaan yang berkaitan dengan riba.
banyak sumber-sumber lain sebagai jalan kita mendapat rezeki yang
semuanya telah diatur Allah SWT. Kita sebagai umatnya hanya perlu berdoa,
berusaha dan bertawakkal terhdap kehendakn-Nya.

17

Anda mungkin juga menyukai