Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
1. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Darai kata itu kemudian
para ahli juga menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata
re dan to search. Re berarti kembali dan to search berarti mencari. Dengan demikian arti
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang amat
Menurut Hillway, penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis. Selanjutnya
Whitney menjelaskan bahwa penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara
Menurut John, penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif
yang jelas untuk menemukan hubungan antarfakta dan menghasilkan dalil atau hukum.
Menurut Dewey, penelitian adalah tranformasi yang terkendalikan atau terarah dari
situasi yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya dan hubungannya,
seperti mengubah unsur dari situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu.
1
Menurut Woody, penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran
yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking), penelitian meliputi
pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan
hipotesa.
dalam berbagai definisi penelitian terkandung ciri tertentu yang lebih kurang sama. Adanya
suatu pencarian, penyelidikan atau investigasi terhadap pengetahuan baru, atau sekurang-
kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi (tafsiran) baru dari pengetahuan yang
timbul. Metode yang digunakan bisa saja ilmiah atau tidak, tetapi pandangan harus kritis
dan prosedur harus sempurna. Tenaga bisa signifikan atau tidak. Dalam masalah aplikasi,
maka nampaknya aktivitas lebih banyak tertuju kepada pencarian (search) daripada suatu
pencarian kembali (re-search). Jika proses yang terjadi adalah hal yang selalu diperlukan,
maka penelitian sebaiknya digunakan untuk menentukan ruang lingkup dari konsep dan
bukan kehendak untuk menambah definisi lain terhadap definisi-definisi yang telah begitu
banyak.
aplikasi baru dari dalil-dalil tersebut. Dengan demikian, penelitian dapat diartikan sebagai
pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu. Penelitian
juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru.
2
2. Jenis-Jenis Penelitian
Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari
pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu (a) penelitian kuantitaif
numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya, pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan
nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau
penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan
antarfenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti
bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif
akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipoteisis melainkan pada usaha menjawab
pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif. Banyak penelitian
Bila dilihat dari kedalaman analisisnya, jenis penelitian terbagi atas, (a) penelitian
Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis, sehingga dapat lebih mudah untuk
difahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya
3
sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Uraian
kesimpulan didasai oleh angka yang diolah tidak secara terlalu dalam. Kebanyakan
(trend).
hipotesis. Dengan demikian, kesimpulan penelitian jauh melampui sajian data kuantitatif
saja. Dalam penelitian inferensial kita dapat berbicara mengenai besarnya peluang
Isaac dan Michael (Azwar, 1997) yaitu, antara lain (a) penelitian deskriptif, (b) penelitian
perkembangan, (c) studi kasus atau penelitian lapangan, (d) penelitian korelasional, (e)
semieksperimental.
Penelitian Deskriptif
dan karakterisitik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha
prediksi, maupun mempelajari implikasi. Contoh penelitian deskriptif yang paling populer
4
Penelitian Perkembangan
dapat dilakukan secara longitudinal dan dapat pula dilakukan secara cross-sectional.
dalam periode bulan atau tahun, dalam usaha memperoleh jawaban atas pertanyaan seperti
“Bagaimanakah pola pertumbuhan yang terjadi, kecepatan perubahan, arah, urutan, dan
Tujuan studi kasus dan penelitian lapangan adalah mempelajari secara intensif latar
belakang, status terakhir, dan interkasi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial
dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Cakupan studi kasus dapat meliputi
siklus kehidupan atau dapat pula hanya meliputi segmen-segmen tertentu saja. Dapat
terpusat pada beberapa faktor yang spesifik dan dapat pula memperhatikan keseluruhan
pada sampel besar, studi kasus sebaliknya banyak variabel dan banyak kondisi pada sampel
yang kecil.
5
Penelitian Korelasional
berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi.
Penelitian ini sangat cocok bila variabel-variabel yang terlibat sangat kompleks dan tidak
dapat diteliti lewat metode eksperimentasi atau yang variasinya tidak dapat dikendalikan.
hubungan diantara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi
yang realistik.
Penelitian Kausal-Komperatif
lewat pengamatan terhadap konsekuensi yang sudah terjadi dan menegok ulang data yang
ada untuk menemukan faktor-faktor penyebab yang mungkin terdapat di sana. Cara ini
Pada hakikatnya penelitian kausal-komparatif adalah “ex post facto”, artinya data
dikumpulkan setelah semua peristiwa yang diperhatikan terjadi. Kemudian peneliti memilih
satu atau lebeih efek (variabel dependent) dan menguji data dengan kembali menelusuri
(hasil)nya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakukan.
6
Penelitian Eksperimental Semu
Penelitian ini meniru kondisi penelitian eksperimental murni semirip mungkin akan
tetapi tidak semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi. Peneliti
harus menyadari betul keterbatasan penelitian ini dan seberapa jauh validitas internal dan
peneliti, maka ciri unik penelitian ini adalah adanya metode kontrol parsial yang
berdasarkan pada identifikasi yang seksama terhadap faktor-faktor yang dicurigai akan
1. Masalah
suatu masalah (problem solving). Karena pemecahan masalah menjadi referensi dasar dari
suatu penelitian, maka segala kegiatan dalam penelitian akan selalu merujuk kepada
pemecahan masalah tersebut. Itu pula nalarnya mengapa dalam usulan penelitian atau
dalam laporan hasil penelitian selalu didahului oleh pernyataan mengenai latar belakang
masalah.
Masalah itu ada kalau terdapat kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya dan
apa yang ada dalam kenyataan, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah
7
salah satu masalah yaitu yang paling layak dan penting untuk diteliti. Hal ini sangat
tergantung pada disiplin ilmu si peneliti. Jika yang ditemukan hanya satu masalah, masalah
tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya serta penting dan tidaknya untuk
diteliti. Pertimbangan untuk memilih dan menentukan apakah sesuatu masalah layak dan
1) Apakah benar masalah yang ditentukan itu belum pernah dicari jawabannya
(orisinalitas masalah) ?
2) Apakah masalah yang ditentukan itu benar-benar urgen dan penting untuk
3) Apakah masalah yang ditentukan itu memenuhi jawaban 5 macam kata ganti
penanya secara teoritis : apa (what), di mana (where), mengapa (why), bilamana
4) Apakah masalah yang dipilih itu mempunyai relevansi dengan gerak pembangunan
5) Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban masalah yang
(tersedianya dana) ?
merupakan masalah penelitian (research problem), atau dengan perkataan lain tidak semua
masalah memerlukan penelitian. Menurut Fisher et al. (Mantra, 2002) menjelaskan bahwa
suatu masalah merupakan masalah penelitian apabila dugaan penyebab masalah itu lebih
8
1) Bukan Masalah Penelitian (Non Research Problem)
Pada waktu bulan Juni penduduk Gunung Kidul bagian selatan kekurangan air
bersih. Timbul pertanyaan, kenapa mereka kekurangan air bersih pada bulan Juni.
Kemungkinan penyebabnya hanya satu yaitu pada bulan Juni adalah musim
kemarau. Pada waktu ini banyak kolam-kolam penampung air keadaannya kering.
Untuk mengatasi kekurangan air bersih pada musim kemarau, Pemda Kabupaten
Gunung Kidul mendrop air dengan mobil tangki. Timbul masalah kenapa tidak
seluruh rumah tangga yang kekurangan air bersih kebagian air. Ada beberapa
kemungkinan jawaban.
a. Jumlah mobil tangki tidak cukup untuk mendrop air sampai ke wilayah
terpencil.
b. Oleh petugas penduduk yang mendapat droping air bersih dimintai sekedar
imbalan uang jasa, dan tidak semua penduduk mampu untuk memberikan
c. Ada beberapa mobil tangki yang rusak dan sedang diperbaiki, sehingga
mobil yang ada tidak mampu untuk mendrop air ke seluruh penduduk.
4) Pengamatan sepintas.
5) Pengalaman pribadi.
9
6) Perasaan intuitif.
2. Perumusan Masalah
penting karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya, terutama
dalam mengkonstruksi suatu hipotesis. Menurut Sumadi (Mantra, 2002) tidak ada aturan
umum mengenai cara merumuskan masalah, namun dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut :
1) apakah mengajar dengan metode diskusi lebih berhasil daripada mengajar dengan
metode ceramah ?
dipengaruhi oleh perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara dua tempat tersebut ?
10
POKOK BAHASAN III. PENELAAHAN KEPUSTAKAAN DAN
PENYUSUNAN HIPOTESIS
1. Penelaahan Kepustakaan
dalam penelitian.
komparasi-komparasi.
3) Menelaah hasil-hasil penelitian yang lampau yang sangat erat kaitannya dengan
4) Menyusun suatu kerangka yang akan digunakan sebagai tumpuan semua kegiatan
berikutnya.
5) Menyusun dugaan-dugaan (hipotesis) yang dapat memberikan arah yang jelas bagi
Dari kajian pustaka dapat dihasilkan suatu kerangka berpikir baru yang dapat
maupun kegiatan-kegiatan penelitian lainnya. Untuk mencapai sasaran itu, perlu dilakukan
sejumlah komparasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain, antara hasil
penelitian yang satu dengan hasil penelitian yang lainnya. Konsep adalah istilah khusus
Menurut Sutrisno Hadi (Mantra, 2002) ada tiga pedoman untuk pemilihan daftar
pustaka, yaitu : relevansi, kemutakhiran, dan adekuasi. Yang dimaksud relevansi adalah
11
keterkaitan atau kegayutan yang erat dengan masalah penelitian. Kemutakhiran adalah
sumber-sumber pustaka yang terbaru untuk menghindari teori-teori atau bahasan yang
sudah kadaluwarsa (untuk penelitian historis, masih diperlukan sumber bacaan yang sudah
“lama”). Sumber yang telah “lama” mungkin memuat teori-teori atau konsep-konsep yang
sudah tidak berlaku lagi karena kebenarannya telah dibantah oleh teori yang lebih baru atau
hasil penelitian yang lebih baru. Di samping sumber itu harus mutakhir, juga harus relevan
bagi masalah yang sedang digarap. Jadi, hendaklah dipilih sumber-sumber yang berkaitan
langsung dengan masalah yang sedang diteliti, dan inilah yang dimaksud dengan adekuasi.
Secara garis besar sumber bacaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (a) sumber
acuan umum, dan (b) sumber acuan khusus. Kelompok (a) berwujud teori dan konsep,
Kelompok (b) yang merupakan sumber acuan khusus berupa hasil-hasil penelitian
terdahulu yang dapat ditemukan dalam jurnal ilmiah, buletin penelitian, tesis, dan disertasi.
adalah membaca, dan membaca itu hampir seluruhnya terjadi pada langkah penelaahan
kepustakaan ini. Menurut Sumadi (Mantra, 2002), membaca merupakan keterampilan yang
harus dikembangkan dan dipupuk. Untuk ini kegemaran membaca harus dibuat
2. Penyusunan Hipotesis
Untuk memecahkan suatu masalah, perlu diketahui terlebih dahulu penyebab dari
masalah tersebut. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masalah itu perlu diadakan
penelitian. Agar penelitian dapat terarah, dirumuskan pendugaan terlebih dahulu terhadap
12
penyebab terjadinya masalah itu yang disebut dengan hipotesis. Hipotesis terdiri dari dua
kata, yaitu hipo berarti keraguan, dan tesis berarti kebenaran. Jadi, hipotesis berarti
kebenaran yang masih diragukan. Dia akan ditolak jika salah, dan diterima jika fakta-fakta
dalam penelitian membenarkan. Jadi penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu kongklusi yang sifatnya sementara.
Sebagai suatu kongklusi sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan semena-mena, tetapi atas
dasar pengetahuan tertentu yang sebagian dapat diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu
dan teori-teori yang relevan. Hipotesis mempunyai fungsi pengarah yang memberikan
diciptakan dari gagasan-gagasan liar (wild guess) akan dianggap tidak sah.
2) Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) dan sama sekali
3) Hipotesis selalu dikaitkan dengan keadaan dalam populasi, bukan hanya keadaan
sampel (cuplikan) yang diteliti. Sampel penelitian hanya berfungsi sebagai ajang
13
4) Dalam hipotesis harus dilibatkan sedikitnya dua variabel (ubahan). Pernyataan
mengenai hanya satu variabel tidak merupakan hipotesis yang perlu diuji.
5) Suatu hipotesis penelitian harus dapat dites (testable). Agar suatu hipotesis dapat
indikatornya atau aspek-aspeknya dan untuk tiap indikator atau aspek itu ada
dan (b) hipotesis perbedaan. Hipotesis hubungan adalah hipotesis yang menyatakan tentang
saling hubungan antara dua variabel atau lebih, yang memerlukan pembuktian (testing)
secara empiris. Hipotesis tentang perbedaan menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu
tidak bebas (dependent variable) dapat langsung dapat pula tidak langsung. Hubungan
langsung adalah hubungan dimana variabel bebas langsung mempengaruhi variabel tidak
bebas. Sedangkan hubungan tidak langsung ialah variabel bebas mempengaruhi variabel
tidak bebas lewat varibel antara (intervening variables). Variabel antara ini dapat
Jika penelitian ini adalah penelitian survai yang sifatnya deduktif, maka penelitian ini
14
seyogyanya menggunakan hipotesis. Penelitian yang lain yang sifatnya induktif tidak perlu
1. Definisi Variabel
Variabel (ubahan) adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Misalnya, jenis
kelamin adalah variabel karena terdiri dari dua atribut, yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi,
variabel tiada lain adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut. Apabila
konsep tersebut hanya mempunyai satu nilai, ini bukan variabel. Sebagai contoh “mati”
bukanlah variabel, karena mati adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan secara permanen.
Atribut-atribut dalam suatu variabel harus mencakup semua kemungkinan yang ada
dalam suatu variabel (exhaustive). Sebagai contoh, variabel status perkawinan di Jawa tidak
hanya meliputi atribut belum kawin, kawin, dan janda/duda, tetapi juga beberapa
kemungkinan lain, seperti pisah kebo, kumpul kebo, dan kawin gantung.
Sering pula dinyatakan bahwa variabel penelitian itu merupakan faktor-faktor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Apa yang merupakan variabel dalam
suatu penelitian ditentukan oleh tujuan penelitian, landasan teori, dan hipotesis. Kalau
penelitian lain, tujuan penelitian dan landasan teorinya berbeda, maka variabel-variabel
15
2. Hubungan Antara Variabel
Semua cabang ilmu pengetahuan mencari hubungan yang sistematis antara variabel.
Hubungan tersebut bervariasi menurut tempat atau lokasi dan urutan waktu. Dalam ilmu
sosial, suatu korelasi yang erat antara dua variabel yang ditemukan di suatu daerah belum
tentu berlaku untuk daerah lain. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara dua
variable). Pembedaan ini didasarkan atas pola pemikiran hubungan sebab akibat.
terpengaruh itulah yang menjadi titik pusat persoalan atau disebut kriterium. Misalnya,
usaha pendidikan, pokok persoalannya adalah hasil belajar, usaha pertanian pokok
persoalannya adalah produksi pangan, usaha pengobatan pokok persoalannya adalah taraf
kesembuhan.
Variabel terpengaruh ini dipengaruhi oleh satu atau beberapa variabel bebas
lainnya. Sebagai contoh, prestasi belajar murid (variabel terpengaruh) dipengaruhi oleh
beberapa variabel bebas, seperti : metode mengajar, jenis kelamin, dan umur.
1) Hubungan Asimetris
Inti pokok analisis-analisis sosial terdapat dalam hubungan asimetris, satu variabel
mempengaruhi variabel lainnya. Berbagai hubungan asimetris dari beberapa variabel adalah
sebagai berikut.
16
Berbeda dengan ilmu eksakta, dalam ilmu sosial hubungan tunggal antara satu
variabel dengan variabel lainnya tidak pernah ada dalam realita, karena itu, kesimpulan
yang diperoleh dari hubungan antara dua variabel harus dianggap sebagai kesimpulan
sementara dan harsu diinterpretasikan dengan hati-hati. Penelitian survai dan penelitian
Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab
dan juga akibat dari variabel lainnya. Perlu diketahui bahwa tidak benar apabila dikatakan
bahwa hubungan timbal balik bukanlah hubungan, dimana tidak dapat ditentukan variabel
mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang menjadi akibat. Yang dimaksudkan
adalah apabila pada sesuatu waktu variabel X mempengaruhi variabel Y, dan pada waktu
penanaman modal. Dengan demikian, variabel terpengaruh dapat pula dijadikan variabel
3. Hubungan Simetris
17
POKOK BAHASAN V. PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN
ALAT PENGAMBIL DATA
dan alat seperti : wawancara (interview), pengamatan (observasi), kuisioner, dan skala
penilaian (rating scale). Tiap metode ada kelemahan dan kekuatannya sendiri-sendiri.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode dan alat dalam suatu
penelitian.
Keputusan mengenai alat pengambil data mana yang akan digunakan terutama
ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau data yang diambil. Dengan kata lain, alat
pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu dari taraf validitas dan reliabilitas.
Pada penelitian survai, penggunaan kuisioner terstruktur merupakan hal yang pokok
untuk pengumpulan data dari responden. Dari kuisioner tersebut akan didapat jawaban
berupa angka-angka dan pernyataan yang dapat diberi kode berupa angka-angka, sehingga
Kuisioner, setelah selesai disusun dan diulas, selanjutnya harsu diuji coba (try out)
di lapangan. Dalam melakukan uji coba, kuisioner itu diujicobakan kepada sekelompok
responden yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri-ciri responden pada siapa alat
18
Menurut Fisher, et al. (Mantra, 2002), jumlah responden untuk uji coba berkisar
antara 30-50 orang karena jumlah responden yang lebih dari 30 orang akan mendekati
distribusi normal. Tujuan utama dari pretest atau try out untuk meyakinkan kita bahwa
responden memahami pertanyaan yang diajukan. Di samping itu apakah perlu menambah
atau mengurangi pertanyaan dengan memperhatikan tujuan penelitian dan kerangka tulisan
(outline) yang akan dibuat. Setelah diperbaiki, maka diadakan pretest ulangan. Pelaksanaan
pretest juga dikandung maksud untuk mengetahui apakah alat ukur yang dibuat memiliki
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-
betul mengukur apa yang perlu diukur. Menurut Djamaludin Ancok (Mantra, 2002),
timbangan hanya valid untuk mengukur berat, tidak valid untuk mengukur panjang.
Sebaliknya meteran hanya valid untuk mengukur panjang. Apakah alat pengukur yang telah
disusun memiliki validitas, yakni mampu mengukur apa yang ingin diukur, perlu diadakan
pengujian.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil pengukuran konsisten bila pengukuran
diulang dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat pengukur yang sama.
Apabila hasilnya tetap konsisten setelah hal yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur
yang sama, reliabilitas alat ukur itu tinggi. Suatu alat pengukur yang baik harus meiliki
mengajukan pertanyaan yang kedua, yaitu bulan dan tahun berapa bapak lahir ? lalu
19
dijawab oleh responden bahwa ia lahir bulan September 1941. Apabila hari ini adalah bulan
berumur 49 tahun.
Dalam contoh di atas, dua pertanyaan telah diajukan yang berhubungan dengan
Jawaban konsisten dan stabil, maka dapat disimpulkan bahwa kedua-duanya meiliki
reliabilitas. Apabila (setelah beberapa lama berselang) peneliti mendapatkan akte kelahiran
responden yang memuat bahwa kelahirannya pada bulan September 1938, maka peneliti
2. Observasi
Di muka telah disebutkan bahwa tugas peneliti tidak hanya mencari data dari
responden dengan mengisikan jawaban-jawaban pada kuisioner yang telah disiapkan, tetapi
lebih dari itu mereka harus mencocokan jawaban-jawaban responden dengan keadaan
observasi. Sekali lagi, sebelum ke lapangan peneliti harus memahami benar tujuan dan
sasaran penelitian sehingga dapat direncanakan hal-hal apa yang perlu direkam dalam
observasi ini.
fenomena yang diteliti. Menurut Jehoda (Mantra, 2002), observasi menjadi alat penelitian
ilmiah apabila :
20
2) Direncanakan secara sistematik.
umum.
Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku
penduduk, seperti : perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu, dan keadaan tertentu.
Meskipun demikian metode ini ada pula kelemahannya yaitu tidak dapat mengungkapka
(pedoman observasi) mengenai hal-hal yang perlu diamati sesuai dengan tujuan penelitian
yang sedang dilaksanakan. Secara singkat pedoman observasi itu berisi hal-hal sebagai
berikut : Pertama, apa atau apa saja yang harus diobservasi. Kedua, bilamana dan
orang yang mengadakan observasi tersebut tidak ikut mengambil bagian dalam aktivitas
partisipasi orang yang mengadakan observasi (observer) turut mengambil bagian dalam
perikehidupan orang atau orang-orang yang diobservasi (observed). Menurut Sutrisno Hadi
(Mantra, 2002), kata partisipasi mempunyai arti bahwa observers betul-betul turut
21
Dalam penelitian yang mengadakan metode survai, umumnya petugas lapangan
tidak lama bertempat tinggal di daerah penelitian. Jadi, tidak mungkin menerapkan metode
antara realitas dengan jawaban responden. Metode ini sering lebih berhasil mendapatkan
formal. Dalam metode formal misalnya wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar
Menurut Hsin Pao Yang (Mantra, 2002), ada lima alat perlengkapan untuk
observasi, yaitu buku harian (diaries), buku catatan (notebooks), pedoman wawancara, alat
Buku harian merupakan perlengkapan penting dalam observasi, semua kejadian dan
fenomena yang ada dapat dicatat. Di samping itu bagaimana kesan dan evaluasi
observer terhadap fenomena segera dapat dicatat dalam buku harian. Di samping
peneliti utama, asisten peneliti yang bertugas untuk mewancarai responden perlu
Di samping buku harian, observer perlu pula membawa buku catatan. Buku catatan
ini digunakan untuk mencatat proses penelitian, hambatan yang dialami dalam
selama melaksanakan penelitian. Catatan hasil penelitian (field notes) ini sangat
22
3) Pedoman wawancara
pada waktu melaksanakan observasi. Butir-butir pertanyaan ini sudah tentu disusun
melaksanakan observasi.
Agar pembaca mendapat gambaran yang maksimal tentang fenomena yang ditulis
dalam laporan perlu dibuat beberapa foto. Misalnya foto kerusakan lingkungan
karena erosi, permukiman kumuh dan sebagainya. Foto dapat merupakan fakta yang
autentik.
5) Peta
samping itu, juga fenomena lingkungan, sosial budaya, dan lain-lain dapat juga
diplot dalam peta itu. Dari bermacam fenomena yang diletakkan dalam peta,
penduduk yang tinggi terdapat pada wilayah yang mempunyai potensi pertanian
yang tinggi, sebagai contoh wilayah lembah Sungai Berantas di Jawa Timur, di
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, dan seterusnya. Para penelti yang
23
mengetahui alasan yang sebenarnya dari responden mengambil keputusan seperti itu.
Sebagai contoh, TKI yang berasal dari Kabupaten Lombok Tengah yang bekerja di
malaysia kebanyakan memilih jalur tidak resmi (ilegal) daripada jalur legal yang jauh lebih
aman. Lewat wawancara terstruktur dengan banuan kuisioner hal ini tidak terungkap.
mereka lebih memilih jalur ilegal dibandingkan dengan jalur resmi (legal) yang ada.
Informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai
masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai nara sumber selama proses
penelitian.
1) Informan kunci (key informant), misalnya isteri migran TKI ilegal dari Lombok ke
malaysia.
2) Informan ahli (expert informant), yaitu para ahli yang sangat memahami dan dapat
memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian dan tidak
3) Informan insidental (man on the street), yaitu siapa saja yang ditemukan di wilayah
penelitian yang diduga dapat memberikan informasi tentang masalah yang kita
teliti.
Pengiriman TKI melalui jalur resmi yang dikoordinasikan oleh Departemen Tenaga
Kerja masih dirasakan oleh para TKI sangat birokratis. Proses pengurusannya sangat
24
berbelit-belit, menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit, serta masa tunggu yang
lama (rata-rata satu tahun sejak pendaftaran hingga pemberangkatan). Hal ini menyebabkan
para calon TKI lebih memilih jalur ilegal. Jadi, tanpa mengadakan wawancara mendalam
pewawancara. Menurut Irawati Singarimbun (Mantra, 2002), sikap yang simpatik atau
kesan yang baik yang diberikan oleh pewawancara sangat penting. Untuk mencapai hal ini,
kesan yang positif tersebut lebih penting daripada keterangan ilmiah dari tujuan penelitian
ini terlebih dahulu perlu dipersiapkan pedoman wawancara, sesuai dengan tujuan
penelitian. Tanpa pedoman wawancara ini, wawancara mendalam tidak akan terarah.
informan dalam suatu diskusi kelompok yang dipandu oleh peneliti. Seperti juga halnya
mempunyai perhatian yang sama terhadap suatu masalah. Misalnya, bagaimana sebaiknya
pelaksanaan program transmigrasi pada era otonomi daerah. Maka mereka yang diundang
25
Pemerintah Daerah, LSM, dan Perguruan Tinggi. Supaya diskusinya dapat hidup, maka
pula dipelajari melalui analisis isi (content analysis) dari beberapa materi tertulis. Sebagai
setelah kursus itu berakhir. Untuk itu dikumpulkan beberapa buku-buku yang memuat cara-
cara mengevaluasi hal tersebut. Materi tertulis juga didapatkan dari beberapa majalah dan
surat kabar. Dari analisis isi ini peneliti merencanakan membuat cara-cara yang efisien
ajaran pendidikan kependudukan untuk murid-murid Sekolah Dasar. Untuk itu analisis isi
26
POKOK BAHASAN VI. PENYUSUNAN RANCANGAN PENELITIAN
Seperti halnya alat pengambilan data, rancangan penelitian ditentukan oleh jenis
penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Babbie (Mantra, 2002), ada tiga jenis
pengetahuan peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu sedikit. Penelitian
bukan lagi dinamakan penelitian deskriptif, melainkan penelitian pengujian hipotesis atau
deskriptif dan penelitian penjelasan tidak terletak pada sifat datanya, tetapi pada sifat
analisisnya.
Ada beberapa jenis penelitian sosial, tetapi yang banyak dilakukan adalah penelitian
eksperimen yang paling mudah dilaksanakan adalah di laboratorium karena alat-alat yang
27
khusus dapat tersedia di sini dan pengaruh luar mudah untuk dicegah selama ekperimen
berlangsung.
group). Sebagai contoh, dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-
tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu,
kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya. (pretest (T1) – treatment (X) –
posttest (T2)).
1) Kenakan T1, yaitu pretest, mengukur rata-rata (mean) prestasi belajar sebelum
2) Kenakan subjek dengan X, yaitu metode mengajar dengan diskusi untuk jangka
waktu tertentu.
3) Berikan T2, yaitu posttest, untuk mengukur rata-rata prestasi belajar setelah subjek
5) Terapkan test statistik yang sesuai apakah perbedaan itu signifikan atau tidak.
Beberapa kelemahan dari metode eksperimen ini adalah tidak ada jaminan bahwa X
adalah satu-satunya faktor yang menimbulkan perbedaan antara T1 dan T2. meskipun
demikian, menurut Sumadi (Mantra, 2002), penelitian eksperimen pada umumnya dianggap
Di samping rancangan penelitian mana yang perlu digunakan sesuai dengan jenis-
28
yang telah diidentifikasi seta oleh hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam
menentukan rancangan penelitian yang mana yang perlu digunakan, perlu selalu diingat
bahwa seluruh komponen penelitian ini harus terjalur secara serasi dan tertib.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan rancangan analisis, yaitu (1)
rancangan itu harus dapat menembak tepat hipotesis yang diuji, (2) rancangan itu harus
mampu mengendalikan sumber kesalahan secara maksimal, dan (3) rancangan itu harus
Penentuan rancangan penelitian memang merupakan suatu tahap yang agak sulit
dan rawan. Untuk berapa rancangan yang tidak terlalu canggih dapat diberikan pedoman
secara singkat seperti diuraikan pada pembicaraan variabel. Tampak dari pembicaraan
tersebut bahwa salah satu parameter penting untuk menentukan pemilihan rancangan adalah
skala variabel yang diteliti : nominal, ordinal, atau interval (termasuk rasio) pada variabel
Apakah dalam rancangan analisis perlu atau tidak dicantumkan rumus-rumus yang
sangat rutin seperti rerata, median, simpang baku, korelasi produk momen, analisis variansi
dan regresi umum. Pada umumnya pencantumannya kurang diperlukan. Mungkin ada
beberapa rumus yang sama sekali baru atau jarang dipakai, rumus-rumus yang demikian
untuk memecahkan masalah yang sama. Metode chek dan rechek ini disebut dengan
metode “triangulasi”.
29
POKOK BAHASAN VII. PENENTUAN SAMPEL (CUPLIKAN)
Dalam suatu penelitian yang menggunakan metode survai tidaklah terlalu perlu
untuk meneliti semua individu dalam populasi karena disamping memakan biaya yang
sangat besar, juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi
kita mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi
yang bersangkutan.
Peristiwa ini dapat kita analogikan sebagai sepanci sayur yang sedang dimasak oleh
seorang ibu di dapaur. Untuk mengetahui apakah sayur tersebut kurang garam atau tidak,
ibu tersebut mengambil satu sendok the sayur tersebut untuk dicicipinya. Ternyata hasilnya
masih kurang garam, ini berarti satu panci sayur yang diambil contohnya tadi kekurangan
garam. Satu sendok teh sayur yang dicicipi merupakan bagian dari seluruh sayur itu kita
Agar sampel tersebut dapat mewakili seluruh sayur tersebut harus memenuhi
beberapa syarat :
1) Ibu tersebut harus tahu berapa volume dari sayur tersebut misalnya ¾ panci, 5 liter
atau sepuluh liter. Kalau dikaitkan dengan penelitian, kita harus tahu jumlah objek
yang akan diteliti. Misalnya penelitian tentang rata-rata pendapatan tukang becak di
Kota Yogyakarta, kita harus mendaftar seluruh tukang becak yang beroperasi di
Kota Yogyakarta. Seluruh tukang becak itu disebut “populasi” atau kerangka
2) Biasanya sayur itu baru dicicipi setelah masak dan diaduk dengan sendok pengaduk.
Ini berarti bahwa sayur tersebut sudah homogen yang berarti setiap unsur dari sayur
tersebut berhak diambil sebagai sampel atau cuplikan. Dalam lingkup penelitian
30
seluruh poplasi harus homogen dan tiap unsur dari populasi tersebut mempunyai
3) Di muka telah disebut sampel adalah bagian dari populasi asal memenuhi
persyaratan tertentu. Misalnya dari 300 tukang becak yang ada di Kota Yogyakarta
akan diambil sampel sebesar 75 orang. Besarnya sampel sering ditulis dengan
simbol n (n kecil). Karena seluruh unit populasi mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan sampel, maka pengambilan 75 orang tukang becak harus dengan
Dari analogi di atas dapat disimpulkan bahwa populasi haruslah homogen, sehingga
setiap satuan elemen mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih menjadi
sampel dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Kesimpulan-
demikian, generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandung resiko bahwa tidak akan
mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Makin tidak sama hasil dari sampel itu
dengan hasil populasinya, makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu.
Ada tiga hal ang sangat menentukan tingkat representativitas sampel, yaitu (1)
kecermatan kerangka sampel, (2) besarnya sampel, dan (3) teknik pengambilan sampel.
Kerangka sampel harus berisi semua ciri yang relevan dengan masalah-masalah
relevan untuk diisikan pada kerangka sampel, perlu dipersoalkan apakah kesediaan
bertransmigrasi itu akan dipengaruhi oleh tingkat kepadatan penduduk daerah asal,
31
tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, jumlah keluarga yang ditanggung, luas
lahan yang dimiliki, kualitas lahan, akses komunikasi masyarakat, dan sebagainya.
Sampel yang terlalu kecil kurang mewakili populasinya, sedang sampel yang terlalu
yang paling pas untuk menentukan besar sampel ini. Semua rumus matematik untuk
Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel
(seragam) populasi itu, makin kecil sampel yang diambil. Apabila populasi itu
b) Presisi yang dikehendaki dalam penelitian. Presisi adalah tingkat ketetapan yang
ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dibandingkan hasil
kualitas pencacah dan sebagainya adalah sama. Oleh sebab itu, makin tinggi
32
tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus
diambil. Jadi, sampel yang besar cenderung memberikan penduga yang lebih
mendekati nilai sesungguhnya (true value). Pada sensus lengkap, presisi ini
pemakaian alat kontrasepsi menjadi dua yaitu memakai dan tidak memakai.
Kalau digambarkan dalam sebuah tabel, tabel tersebut mempunyai enam sel.
Tiap-tiap sel itu harus berisi minimal 5. disamping itu tiap-tiap sub variabel dari
d) Tergantung pada besarnya biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Apabila ketiga
hal tersebut di atas terbatas, tidaklah mungkin mengambil sampel yang besar
Krejcie dan Morgan (Mantra, 2002) menentukan jumlah sampel yang perlu diambil
X NP (1-P)
S = _______________
d (N-1) + X P(1-)
33
dalam hal ini :
1) Probability Sampling
Probability sample mengandung pengertian bahwa tiap unsur (elemen) dari populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (contoh, cuplikan).
kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai kalau
Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besarnya sampel
yang diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan
sedang unsur dalam sampel (sample size) adalah n, maka besar kesempatan bagi
34
Jelaslah, sampel acak sederhana itu merupakan sampel kesempatan (probability
lain.
Terlebih dahulu semua unit penelitian (unit elementer) disusun dalam daftar
sampel beberapa unsur atau satuan yang akan diteliti. Dalam hal ini
pengambilannya harus dengan cara undian sehingga setiap unit punya peluang
yang sama untuk dapat dipilih. Misalnya setiap nomor unit penelitian dalam daftar
gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah sampel yang direncanakan. Nomor-
nomor yang terambil, menjadi unit elementer yang terpilih sebagai sampel.
Penggunaan cara ini tidak praktis apabila populasinya besar, karena (a)
hampir tidak mungkin untuk mengocok dengan seksama seluruh gulungan kertas
35
(2) Dengan mengundi tabel angka acak (random)
jaminan yang jauh lebih besar bahwa setiap unit elementer mempunyai
misalnya, dari satuan-satuan elementer dalam populasi (N) yang besarnya 500
orang, akan dipilih 50 satuan elementer sebagai sampel (n). Bilangan 500 ini
terdiri dari tiga dijit (digit). Untuk pemilihan sampel ini terlebih dahulu disediakan
kerangka sampling. Tiap satuan elementer pertama diberi nomor 001 sampai 500.
kemudian kita lihat tabel angka random. Karena angka-angka dalam tabel itu
disusun secara kebetulan (randomly assorted), maka pemakai tabel tersebut dapat
mulai melihatnya dari baris dan kolom mana saja. Setelah memilih angka yang
pertama, maka dalam pemilihan angka selanjutnya kita dapat berjalan ke atas
(a) Harus tersedia daftar kerangka sampling (sampling frame). Kalau kerangka
(b) Sifat populasi harus homogen, kalau tidak kemungkinan akan terjadi bias.
36
b) Pengambilan Sampel Sistematis (Syatematic Sampling)
Apabila banyaknya satuan elementer yang akan dipilih cukup besar, maka
metode lain.
dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan
(1) Apabila nama atau identifikasi dari satuan-satuan elementer dalam populasi
(2) Apabila populasi itu mempunyai pola beraturan, seperti blok-blok dalam
kota, atau rumah-rumah pada suatu jalan. Blok-blok atau rumah-rumah itu
yang lebih kecil disebabkan anggota sampel memencar secara merata di seluruh
populasi.
Cara penggunaan metode ini adalah sebagai berikut : misalkan jumlah satuan-
satuan elementer dalam populasi adalah N, dan besar sampel yang akan diambil
adalah n, maka hasil bagi itu dinamakan interval sampel dan biasanya diberi
kode k. unsur pertama dalam sampel lalu dipilih secara acak (random) diantara
satuan elementer bernomor urut 1 dan satuan bernomor urut k dari populasi.
37
Andaikan yang terpilih itu adalah satuan elementer bernomor urut s, maka
Unsur pertama = s
Unsur ketiga = s + 2k
Dalam praktek sering dijumpai populasi yang tidak homogen. Makin heterogen
suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-lapisan tersebut.
Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan penggunaan suatu metode
yang bersangkutan.
antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda.
Data mengenai jumlah petani, rata-rata luas pemilikan lahan dan penyimpangan
berikut.
38
Desa I II III IV
Jumlah petani (orang) 1378 753 597 348
Rata-rata pemilikan
Lahan (ha) 0,45 0,41 0,80 0,60
Penyimpangan baku
(standard deviation) 0,20 0,30 0,60 0,30
Makin homogen populasi tersebut makin kecil proporsi sampel yang diambil.
Dari soal di atas, besarnya sampel petani yang diambil dari tiap-tiap desa adalah
baku adalah 1,4. jadi jumlah sampel yang diambil dari masing-masing desa
0,20
Desa I = __________ x 580 orang = 83 orang
1,4
0,30
Desa II = ___________ x 580 orang = 124 orang
1,4
0,60
Desa III = __________ x 580 orang = 249 orang
1,4
0,30
Desa IV = __________ x 580 orang = 124 orang
1,4
39
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan metode
a) Harus ada kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk
lapisan (stratum) dalam populasi itu. Misalnya, kalau populasi itu dibagi
dalam tiga strata, yakni stratum I, II, dan III, haruslah diketahui dengan tepat
sampai saat ini pembahasan yang dilakukan adalah mengenai metode sampling
dimana unit analisa atau satuan penelitian (misalnya orang, bidang tanah,
perusahaan dan sebagainya) sudah tersusun dalam daftar. Dalam praktek kita
40
seringkali dihadapkan pada kenyataan dimana kerangka sampel (sampling
frame) yang digunakan untuk dasar pemilihan sampel tidak tersedia atau tidak
lengkap dan biaya untuk membuat kerangka sampel tersebut terlalu tinggi.
merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan diambil. Jumlah gugus yang
Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti besarnya pendapatan per bulan dari
tiap-tiap keluarga petani di suatu desa. Penggunaan lahan di desa ini kurang
lebih sama (homogen). Karena tidak terdapat data mengenai jumlah keluarga
Dukuh-dukuh itu dijadikan gugus (clusters) atau unsur sampling. Dukuh yang
ada diberi nomor dan dipilih secara acak sebuah dukuh atau lebih sebagai
sampel. Karena unsur penelitian adalah keluarga petani atau rumah tangga
petani, maka semua rumah tangga yang ada dalam gugus yang terpilihlah
diteliti.
41
e. Pengambilan Sampel Wilayah (Area Sampling)
Cara lain dalam pengambilan sampel bagi populasi yang tidak dapat dibuat
sampling). Untuk ini dibutuhkan peta atau potret udara yang cukup jelas dan
Seluruh wilayah penelitian yang terdapat dalam peta atau potret udara dibagi
jumlah unit penelitian dalam setiap segmen wilayah tidak dapat diketahui atau
wilayah itu harus tegas. Gunakanlah sebanyak mungkin batas yang nampak di
peta, seperti sungai, jalan raya, dan rel kereta api. Setiap segmen wilayah diberi
nomor, kemudian dari sejumlah nomor yang ada diambil sejumlah sampel
secara acak. Dari cara pengambilan sampel seperti tersebut di atas, tampaklah
bahwa metode sampling wilayah itu serupa dengan metode sampling gugus.
Non probability sampling juga dikenal dengan nama convenience sampling, dimana
pemilihan sampel tidak didasarkan pada peluang yang sama dari unsur populasi
42
a) Purposive Sampling
Pada suatu tahun tertentu di suatu kecamaan di jawa ada beberapa puluh
Peneliti ingin meneliti mengapa mereka kembali ke Jawa. Untuk tujuan ini
diambilah satu desa dan dipilih secara acak (random). Ternyata di desa yang terpilih
tidak ada transmigran yang kembali. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan, maka
diambilah satu desa dengan sengaja dimana terdapat banyak transmigran yang
kembali. Pemilihan desa penelitian dengan cara ini disebut cara “purposive”. Desa
yang dipilih secara purposive ini mempunyai sifat yang sesuai dengan sifat-sifat
populasi atau desa-desa lain di kecamatan tersebut. Jadi sifat-sifat populasi secara
keseluruhan harus diketahui terlebih dahulu sebelum memilih satu desa secara
purposive.
selebihnya di pedesaan, maka sampel dapat pula diambil secara purposive dan
pedesaan. Cara pengambilan sampel seperti ini dikenal dengan nama sampel jatah
Contoh lain, misalnya di suatu wilayah agama yang dianut penduduknya bervariasi
1. Islam = 50 persen
2. Kristen = 20 persen
43
3. Katolik = 12 persen
4. Hindu = 10 persen
5. Budha = 8 persen
sampling) dan besarnya yang diambil dari masing-masing agama sebanding dengan
Dalam hal-hal tertentu, misalnya kita ingin meneliti tingkat ekonomi rumah tangga
tangga Ambon yang ada di Kota Yogyakarta beserta alamatnya tidak diketahui.
Dalam situasi seperti ini pemilihan responden dilaksanakan dengan sampel bola
salju. Mula-mula dipilih sebuah rumah tangga dari Ambon yang sudah kita kenal
baik untuk diwawancarai. Pada akhir dari wawancara responden diminta untuk
responden. Dengan cara ini jumlah sampel yang diambil makin besar sehingga
Kelemahan metode ini adalah orang yang ditunjuk sebagai responden sudah tentu
akan menunjuk teman yang sealiran dengan dia. Untuk mengatasi hal ini responden
yang diwawancarai pertama terdiri dari lebih dari seseorang dengan aktivitas
bervariasi. Sesudah itu masing-masing dari mereka disuruh menunjuk berapa teman
untuk diwawancarai.
44
POKOK BAHASAN VIII. PENGUMPULAN DATA
Data adalah sesuatu yang dapat dianalisis. Jadi data tersebut tidak hanya berbentuk
angka-angka, tetapi juga perilaku, sikap, dan lain sebagainya. Tugas asisten peneliti tidak
hanya mengisi kuisioner berdasarkan jawaban responden, tetapi juga melihat, mendengar
dari hal-hal yang relevan dengan topik penelitian. Dapat pula dikatakan bahwa data adalah
Data dapat dibagi menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Ada
pihak lain ada pula tujuan penelitiannya untuk mendapatkan informasi yang bersifat
1. Data Kuantitatif
a) Data primer yang bersumber pada hasil wawancara terstruktur terhadap responden
b) Data sekunder yang bersumber pada hasil sensus penduduk, registrasi vital, atau data
statistik yang dikumpulkan oleh beberapa instansi atau lembaga, seperti Lembaga
2) Data Kualitatif
45
b) Kelompok diskusi terfokus (focus group discussion)
Seperti telah disebut di atas, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil
data atau alat pengukurannya. Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas
si pengambil data. Di damping hal tersebut di atas, prosedur yang dituntut oleh setiap
metode pengambilan data yang digunakan harus dipenuhi secara tertib. Pada umumnya
setiap alat atau metode pengambilan data mempunyai panduan pelaksanaan. Panduan ini
harus memberikan penjelasan tentang arti dari tiap-tiap pertanyaan di dalam daftar
pertanyaan, begitu pula cara-cara pendekatan pada responden dan metode wawancaranya.
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data itu perlu diolah atau dianalisis setelah
itu baru menjadi informasi. Hal ini dapat dianalogikan sebagai seorang pembantu rumah
tangga yang pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang akan dimasak hari itu. Setelah
datang dari pasar, apabila bahan-bahan itu tidak dimasak (diolah), tidak akan menjadi
Sebelum diolah, data yang terkumpul perlu diseleksi terlebih dahulu atas dasar
reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah validitas dan reliabilitasnya digugurkan atau
dilengkapi dengan substitusi. Data yang telah lulus dalam seleksi lalu diolah atau dianalisis
46
merupakan suatu informasi yang siap untuk dievaluasi dan diinterpretasi. Data setelah
c) Grafik.
d) Peta.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.
Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakannya. Apakah analisis
statistik atau nonstatistik. Pemilihan ini tergantung pada henis data yang kuantitatif,
Untuk analisis statistik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analisis statistik
nonparametik dan analisis parametik. Bila data dianalisis dengan statistik nonparametik,
misalnya test statistik Kai Kuadrat yang tidak memerlukan distribusi normal, maka sampel
yang dibutuhkan tidak besar. Namun demikian setiap sel dari tabel silang Kai Kuadrat
harus terisi semua dan paling sedikit isi 5 kasus untuk setiap sel.
Bila data dianalisis dengan statistik parametik, maka jumlah sampel harus besar,
karena nilai-nilai atau skor yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal.
Sampel yang tergolong sampel besar yang distribusinya normal adalah sampel yang
jumlahnya lebih dari 30 kasus, yang diambil secara random. Bilamana analisis yang dipakai
adalah teknik korelasi, maka sampel yang harus diambil minimal 30 kasus. Tetapi bilamana
teknik analisis yang digunakan adalah untuk membandingkan antarkelompok seperti t-test
dan analisis varian, maka jumlah sampel untuk setiap sel dalam rancangan analisis harus 30
kasus.
47
POKOK BAHASAN X. PENYUSUNAN LAPORAN
pekerjaan yang mudah karena laporan penelitian selain ditentukan oleh bagaimana
penelitian dilakukan di lapangan, juga ditentukan oleh kejelasan cara berpikir si peneliti.
Masalah alur berpikir merupakan masalah penting di dalam penulisan laporan. Seringkali
laporan ditulis dengan alur berpikir yang tidak jelas sehingga menghasilkan laporan yang
tidak sistematis. Jarang diperhatikan bahwa di dalam menulis laporan, seorang peneliti
harus terlebih dahulu mengetahui dengan jelas dan rinci apa yang ingin ditulis.
Format laporan penelitian pada dasarnya tidak berbeda dengan format usulan
penelitian, dengan tambahan dua bagian yang disisipkan diantara metode penelitian dan
daftar pustaka, yaitu : hasil penelitian dan kesimpulan bersta saran-saran, sebagai berikut :
A. Pendahuluan
B. Kajian Pustaka
C. Metode Penelitian
D. Hasil Penelitian
E. Kesimpulan
F. Daftar Pustaka
48
DAFTAR PUSTAKA
Babbie, Earl R. 1979. The Practice of Social Research. Wadsworth Publishing Company,
Inc. California.
Leedy, Paul. 1974. Pratical Research : Planing and Design. Mac Milan Publishing Co. Inc,
New York.
Mantra, Ida Bagoes. 2002. Langkah-Langkah Penelitian Survai : Usulan Penelitian dan
Laporan Penelitian. Badan Penerbit Fakultas geografi-UGM. Yogyakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES.
Yogyakarta.
Sumardjono, Maria S.W. 1997. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian : Sebuah Panduan
Dasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
49
DAFTAR ISI
Halaman
50
DAFTAR ISI
Halaman
51