Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siti Nadia

Fakultas/Jurusan/Semester : UAD/SPI/2

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Tema : Narkoba

Dosen Pengampu : Nurhannah Widianti, M. Pd.

Esai: WABAH TUNAS BANGSA

Dari tahun 1970, jumlah pemakai narkoba di Indonesia diperkirakan


130.000 jiwa dan pada akhir tahun 2000 pengguna narkoba makin bertambah
menjadi 2 juta jiwa1, hingga sekarang narkoba kian semakin menjadi-jadi tidak
pandang bulu bagi siapa yang menjadi korban penggunanya. Karena pada
kenyataannya, setiap tahun pengguna narkoba tidak semakin menurun. Baik
miskin maupun kaya, baik tua maupun muda, baik orang yang berkepentingan
maupun tidak, baik orang terpandang maupun bukan orang terpandang, dan
bahkan akhir-akhir ini yang makin menjadi sorotan banyak masyarakat bahwa
narkoba sekarang telah beredar di pesantren dan juga panti asuhan.

Seperti kabar yang telah beredar pada tahun 2017 silam, di salah satu
pesantren di Banyumas terindikasi ada peredaran obat-obatan terlarang atau
narkoba. Barang tersebut barasal dari seorang santri pecandu narkoba, dikabarkan
bahwa sebenarnya santri tersebut memang seorang pacandu bahkan sebelum
masuk ke pesantren. Hal ini masuk akal lantaran tidak semua anak yang masuk
pesantren karena memang diniatkan untuk belajar agama, akan tetapi ada pula
anak-anak ‘nakal’ yang dididik di pesantren supaya sembuh dan terputus
hubungannya dengan jaringan narkoba.

Namun, hal tersebut menjadi suatu permasalahan yang serius.


Bahwasannya, “bukan menyembuhkan”. Akan tetapi, bahkan menjadi “virus” di
pesantren lantaran pelaku tersebut menyabarkan narkoba kepada santri-santri yang
lain.

1
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya, (Jakarta: Erlangga,
2010), hal.2.
Seperti yang diungkapkan oleh Wicky Sri Airlangga beberapa waktu lalu, “ya,
awalnya memang seperti itu. Sebelum masuk pesantren, sudah mengonsumsi
obat-obatan”. Ucap beliau selaku Kepala Seksi Pencegahan dan pemberdayaan
Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Banyumas.2

Dinyatakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan hasil tes urine
terbukti beberapa anak diantaranya setingkat SMP di Purwokerto dinyatakan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Diketahui bahwa narkoba tersebut didapati
dari salah satu panti asuhan di Banyumas.3

Dari beberapa klaim diatas, permasalahan narkoba sudah semakin


memburuk. Demikian membawa malapetaka yang dapat membumihanguskan
tujuan proklamasi 17 Agustus 1945.

Narkoba yang menjadi musuh nomor satu bangsa Indonesia. Berikut


indikasi terhadap pemakainya dengan jumlah yang makin bertambah naik pesat
spektakuler dalam 30 tahun-150x lipat, kelompok pemakai yang makin bervariasi,
penyebaran yang semakin meluas, meningkatnya peranan pasar narkoba di
Indonesia, penyakit yang semakin berbahaya (seperti, HIV/AIDS, hepatitis, sifilis
dan lain sebagainya), jenis kualitas dan jumlah narkoba yang semakin meningkat,
sindikat yang semakin piawai dan profesional, dan dampak negatif yang semakin
meluas.

Terhadap indikasi di atas, memengaruhi dengan akibat yang begitu


mengecam seperti, kualitas SDM yang merosot, kriminalitas semakin meningkat,
Keamaan dan ketertiban masyarakat menjadi terganggu, serta kerawanan
ekonomi, sosial budaya dan politik. Dengan demikian hal tersebut dapat
mengancam keutuhan dan kehancuran negara.4

Segala upaya yang dilakukan pemerintah terhadap pengguna maupun


pengedar narkoba, nampaknya hal tersebut belum bisa mengurangi banyaknya

2
Waspada, Narkoba Menyeludup Ke Pesantren Dan Panti Asuhan dalam Liputan6, 20 Mei, 2018,
12:03 WIB.
3
Peredaran Narkoba Di Kalangan Remaja Di Banyumas Mengkhawatirkan dalam Tribun Jateng, 7
Mei, 2018, hal 1.
4
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya, (Jakarta: Erlangga,
2010), hal. 6.
korban yang berjatuhan setiap tahunnya. Pasalnya, hal ini terjadi karena narkoba
memiliki harga yang bervarian, dari yang harga tinggi bahkan sampai yang paling
rendah kebanyakan dikonsumsi oleh kelompok masyarakat ekonomi rendahpun
banyak. Sebab itulah, tidak sedikit anak-anak yang mengkonsumsi narkoba dan
sejenisnya.

Penyalahgunaan narkoba sangat berkaitan erat dengan peredaran gelap


tindak pidana internasional. Mafia perdagangan gelap memasok narkoba agar
orang memiliki ketergantungan sehingga jumlah pemasokkan meningkat.
Terjalinnya hubungan antara pengedar dengan korban membuat korban sulit
melepaskan diri, bahkan tidak jarang korban juga terlibat peredaran gelap karena
meningkatnya kebutuhan dan ketergantungan mereka akan narkoba.5

Disamping itu, adapun faktor penyebab sesorang dalam penyalahgunaan


narokoba seperti halnya dorongan dari dalam diri sendiri untuk mencoba, atau
sekedar mendapatkan kenikmatan atau juga sekedar ingin menghilangkan rasa
stress dan frustasi yang mendalam. Selain itu, ada juga faktor lainnya seperti
minimnya pendidikan agama, faktor keluarga dan lingkungan, budaya asing, dan
lain sebagainya.

Padahal, jika kita telusuri lebih lanjut, sebenarnya seseorang dalam


melakukan penyimpangan tersebut, mereka menyadari kesalahan yang mereka
lakukan dan mereka pun tahu bahaya yang akan mengancam dirinya dikemudian
hari, seperti yang dikatakan oleh Direktur Lembaga Psikologi Pusat
Pengembangan Kualitas Manusia (PPKM) “Cahaya Hati”, Idris Y. Min’un,
S.Psi.Psikologi (2 Desember 2008) bahwa: “Pada dasarnya anak-anak remaja
sudah mengetahui narkoba itu dilarang atau bertentangan dengan norma hukum,
norma agama dan norma sosial, namun rasa penasaran untuk mencoba-coba
narkoba dengan sensasi penuh risiko untuk mencari identitas dan kepribadian.
Disamping itu juga remaja yang masuk ke dunia narkoba sebagai pelarian dari
kenyataan. Anak remaja seperti ini tidak mampu mengatasi problemnya yang
dirasa rumit, kompleks dan berat; lalu larilah dia dari kenyataan menuju dunia

5
Lydia Harlina Martono & Satya Joewana, Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan
Keluarganya, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hal.1.
narkoba. Remaja ini, kepribadiannya sangat labil tidak mandiri, emosi sangat
tinggi, terkadang menjadi orang anti sosial, enggan bergaul dengan masyarakat,
cenderung hasrat untuk bunuh diri. Keterlibatan anak-anak remaja dalam dunia
narkoba tersebut tidak terlepas dari pola asuh dalam keluarga, karena dilihat dari
tahapan perkembangan usia remaja yang rentang dengan pengaruh-pengaruh
negatif dari luar yang berdampak pada gangguan kejiwaan mereka. Remaja yang
demikian tidak berkembang secara maksimal sehingga teraktualisasi setelah
dewasa”.6

Dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dapat kita


analisis lagi dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Selain
pemerintah, kita juga patut terjun berupaya mengatasi permasalahan narkoba yang
telah berakar di masyarakat dan bahkan menjadi budaya bagi mereka. Sebenarnya,
kebanyakan dari mereka yang memang cenderung frustasi akan lebih kita berikan
Seperti memberikan solusi dalam permasalahan yang ia alami, memberikannya
dukungan untuk tetap bersemangat dalam hidup, memberikannnya suatu
pendidikan baik umum maupun agama, selalu memberikan dukungan agar mau
berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan menjauhkannya dari lingkungan
yang membuat ia kembali lagi akan masa lalunya yang kelam.

Sebab, jika bukan kita, lalu siapa lagi?

6
Ahmad Syafii, dkk, Pengaruh Narkoba Terhadap Kenakalan Remaja Di Sulawesi Tengah,
(Sulawesi Tengah: 2009), hal. 89-90.
DAFTAR PUSTAKA

Partodiharjo, Subagyo. 2010. Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya.


Jakarta: Erlangga.
Sri Airlangga, Wicky. 2018. “Waspada, Narkoba Menyeludup Ke Pesantren Dan
Panti Asuhan”. Liputan6, pukul 12:03 WIB.

Muzakki, Khoirul. 2018. “Peredaran Narkoba Di Kalangan Remaja Di Banyumas


Mengkhawatirkan”. Tribun Jateng.

Harlina Martono, Lydia, Satya Joewana. 2006. Membantu Pemulihan Pecandu


Narkoba dan Keluarganya. Jakarta: Balai Pustaka.

Syafii, Ahmad, dkk. 2009. Pengaruh Narkoba Terhadap Kenakalan Remaja Di


Sulawesi Tengah. Media Litbang Sulawesi Tengah, vol. 2 no. 2.

Anda mungkin juga menyukai