PARAMETER PERENCANAAN
12
13
2. Impor
Volume arus barang impor tahun 2021 = 950.000 ton/tahun
Pertumbuhan impor = 2,1% / tahun
F impor=Pimpor ×(1+i)n
F impor=950.000×(1+1,8 %)1
F impor=969.950ton
Hasil perhitungan untuk 19 tahun setelahnya akan ditabelkan.
Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya juga
berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh
pada tipe pelabuhan yang akan direncanakan. Sesuai dengan fungsinya,
kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Kapal Penumpang
Di Indonesia, kapal penumpang masih mempunyai peran yang
cukup besar. Jarak antara pulau yang relatif dekat masih bisa
dilayani oleh kapal-kapal penumpang. Selain itu, dengan semakin
16
dua cara, yaitu secara vertikal dan horizontal. Bongkar muat secara
Gambar II.3 Kapal Barang
vertikal yang biasa disebut Lift On atau Lift Off (Lo/Lo) dilakukan
dengan keran kapal, keran mobil, dan/atau keran tetap yang ada di
dermaga. Pada bongkar muat secara horizontal yang juga disebut
17
53,313
JKB=
6
JKB=8,886 kapal
d) Jumlah kapal per 1 hari:
JKB
JK 1 H=
30
8.886
JK 1 H=
30
JK 1 H=0,296 kapal/hari
JK 1 H ≈ 1kapal /hari
Impor
Jumlah barang yang keluar pada tahun 2020 adalah 980.000 ton.
Untuk rencana 20 tahun mendatang dengan tingkat pertumbuhan 1,80%
/ tahun, maka:
20
1,80
S2 0=95 0.000× 1+ ( 100 )
S2 0=1 . 439 .588 ,760 ton
Sehingga:
a) Jumlah kapal / tahun, setelah pelabuhan dibuka:
Jumlah barang pada tahun rencana
JKT =
( 80 % × DWT )
1 . 439.588 , 760
JKT=
80
(100
×20000 )
JKT=89,974 kapal /tahun
b) Jumlah kapal pada 6 bulan sibuk:
JK 6 B=JKT × 60 %
60
JK 6 B=89,974 ×
100
JK 6 B=53 , 985 kapal
c) Jumlah kapal pada 1 bulan sibuk:
JK 6 B
JKB=
6
27
53,985
JKB=
6
JKB=8,997 kapal
d) Jumlah kapal per 1 hari:
JKB
JK 1 H=
30
8,997
JK 1 H=
30
JK 1 H=0,300 kapal/hari
JK 1 H ≈ 1kapal /hari
1. Muka Air Tinggi (High Water Level) adalah muka air tertinggi
yang dicapai pada saat pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka Air Rendah (Low Water Level) adalah kedudukan air
terendah yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang
surut.
3. Muka Air Tinggi Rerata (Mean High Water Level atau MHWL)
adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 39 tahun.
4. Muka Air Rendah Rerata (Mean Low Water Level atau MLWL)
adalah rerata dari muka air rendah selama periode 39 tahun.
5. Muka Air Laut Rerata (Mean Sea Level atau MSL) adalah muka air
rerata antara muka air tertinggi rerata dan muka air rendah rerata.
Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka Air Tinggi Tertinggi (Highest High Water Level atau
HHWL) adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau
bulan mati.
7. Muka Air Rendah Terendah (Lowest Low Water Level atau LLWL)
adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan
mati.
8. Higher High Water Level adalah air tertinggi dari dua air tinggi
dalam satu hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower Low Water Level adalah air terendah dari dua air terendah
dalam satu hari.
Beberapa definisi muka air tersebut banyak digunakan dalam
perencanaan bangunan pelabuhan, misalnya MHWL atau HHWL
digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah gelombang,
dermaga, panjang rantai pelambung penambat, dan sebagainya. Sedangkan
LLWL diperlukan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan kolam
pelabuhan.
Di dalam perencanaan pelabuhan, diperlukan data pengamatan
pasang surut minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan
elevasi muka air rencana. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut,
telah tercakup satu siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan
30
perbani. Pengamatan lebih lama (30 hari atau lebih) akan memberikan data
yang lebih lengkap. Pengamatan muka air dapat dengan menggunakan alat
otomatis (automatic water level recorder) atau secara manual dengan
menggunakan bak ukur dengan interval pengamatan setiap jam, siang, dan
malam. Untuk dapat melakukan pembacaan dengan baik tanpa terpengaruh
gelombang, biasanya pengamatan dilakukan di tempat terlindung, seperti
muara sungai atau teluk.
malam, atau perbedaan suhu pada belahan bumi bagian utara dan selatan
karena adanya perbedaan musim dingin dan panas. Daratan lebih cepat
menerima panas dari pada air laut dan sebaliknya daratan juga lebih cepat
melepaskan panas. Oleh karena itu, pada waktu siang hari, daratan lebih
panas daripada laut. Udara di atas daratan akan naik dan digantikan oleh
udara dari laut, sehngga terjadi angin laut. Sebaliknya, pada waktu malam
hari daratan lebih dingin daripada laut, udara di atas laut akan naik dan
diganti oleh udara dari daratan sehingga terjadi angin darat.
33