Anda di halaman 1dari 19

PENENTUAN PERMANGANAT DAN KROMAT DALAM LARUTAN

CAMPURAN SECARA SPEKTROFOMETRI DENGAN SPEKTRONIK-20


(Laporan Praktikum Kimia Instrumen)

Oleh:
Acika Putri Yunianda
1713023056

LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Penentuan Permanganat dan Kromat dalam Larutan


Campuran secara Spektrofometri dangan Spektronik-20

Tempat Percobaan : Online dengan aplikasi Whatsapp

Tanggal Percobaan : 14 Juni 2020

Nama : Acika Putri Yunianda

NPM : 1713023056

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : Pendidikan Kimia

Kelompok : 4 (Empat)

Lampung Barat, 14 Juni 2020


Mengetahui,
Asisten

Haya Afiatni Harahap


NPM 1613023015
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spektrofotometer sesuai dengan namanya terdiri dari spektrometer dan


fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer alat pengukur intensitas cahaya yang di
transmisikan atau yang di absorpsi. Pada umumnya ada beberapa jenis
spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis secara kimiawi, antara
lain: spektrofotometri vis, spektrofotometri UV, sepektrofotometri Uv-Vis.
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak
adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita,
entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun. Selama ia dapat dilihat oleh mata,
maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak.

Penentuan konsentrasi komponen dengan matriks kalibrasi bukanlah suatu


matriks bujur sangkar, sehingga tidak akan terdapat matriks kebalikan dari K.
Akibatnya persamaan tidak dapat diterapkan. Penyelesaian terhadap matriks
kalibrasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis regresi linier
seperti halnya pada pembentukan kurva kalibrasi biasa.

Analisis sejumlah komponen didalam larutan dengan metode


spektrofotometri, dimungkinkan dengan adanya sifat aditif dari absorbansi
masing-masing komponen. Ketelitian kemampian cara ini tergantung pada
ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akan memberikan perbedaan
kontras pada masing-masing absorbansi dan pemilihan faktor koreksi terhadap
konsentrasi komponen asing yang tidak terukur. Berdasarkan uraian-uraian
tersebutlah, maka dilakukan percobaan mengenai pementuan permanganate
dan kromat dalam larutan campuraan secara sperktrofometri dengan
spektronik-20

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat


menentukan konsentrasi permanganate dan kromat dalam larutan campuran
secara sperktrofometri.
II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis kimia dengan metode spektrofotometri didasarkan pada interaksi radiasi


elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati
monokromatik dengan molekul dari suatu materi. Interaksi tersebut meliputi
proses adsorpsi, emisi, refleksi dan transmisi radiasi elektromagnetik oleh atom-
atom atau molekul dalam suatu materi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika frekuensi cahaya
tersebut sama dengan fekuensi getaran dari molekul tersebut. Alat yang digunakan
dalam pengukurannya disebut spektrofotometer (Henry 2002).

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran


serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).

Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan


absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut
“absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah
gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena
memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga
menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah.
Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan
sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010). Dalam
analisis secara spektrofotometri, terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible
(380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar, 1990).

Spektrofotometri ultraviolet sinar tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi


cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang yang mencakup daerah
ultraviolet dan sinar tampak. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang
gelombang antara 200-400 nm dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm serta memilki energi sebesar 299-149 KJ/mol.
Spektrofotometri UV-Vis menggunakan sistem berkas ganda atau double-beam
(Rialita 2013). Spektronik 20D+ adalah spektrofotometri sinar tampak (visible)
yang dalam penyusunannya menggunakan satu berkas tunggal (single beam).
Spektrofotometer ini memiliki susunan sederhana yang hanya terdiri atas sumber
sinar, monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaannya. Sistem pembacaan
yang digunakan adalah sistem pembacaan secara langsung. Cahaya putih lampu
lampu wolfram difokuskan oleh sebuah lensa ke celah masuk dan lensa lainnya
mengumpulkan cahaya tersebut dan memfokuskan ke celah keluar setelah
dipantulkan dan didispersikanoleh kisi difraksi. Hal ini bertujuan memperoleh
berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang menembus celah keluar
melewati sampel yang akan diukur. Cahaya ini akan jatuh ke tabung foto sehingga
nilai serapan, cahaya yang diteruskan, dan konsentrasi dapat ditentukan (Day
2002).

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang


gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa
harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu yang pertama, pada
panjang gelombang maksimal kepekaannya juga maksimal karena pada panjang
gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar. Kedua, disekitar panjang gelombang
maksimal bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum
Lambert-Beer akan terpenuhi. Ketiga, jika dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil
sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman,
2007).
III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu spektronik-20, labu
ukur 100 mL, pipet gondok 1 mL.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan


standard KMnO4 10-3 M, larutan Standar K2CrO4 10-3 M, larutan NaOH, dan
aquades.

3.2 Diagram Alir

Adapun diagram alir pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Menentukan absorbativitas molar larutan KMnO4
Spektronik-20

➢ Dihidupkan
➢ Dibiarkan sleama ± 20 menit
➢ Setting % T pada angka 0 dan panjang gelombang 450 nm

kuvet

➢ Isi dengan akuades


➢ Masukkan ke dalam spektronik-20
➢ Atur hingga jarum petunjuk skala menunjukkan serapan (A) =
0 atau % T = 100%
➢ Ganti kuvet kuvet tersebut dengan kuvet lain yang berisi
larutan KMnO4 10-4 M (dibuat dengan mengencerkan 1 mL
larutan K2CrO4 10-3 M menjadu 10 mL)
➢ Amati serapannya
➢ Amati serapan dari larutan KMnO4 dan K2CrO4 (seperti kerja
sebelumnya) pada panjang gelombang 520 nm

Hasil

2. Menentukan konsentrasi MnO4- dan CrO42- dalam laruan campuran


Labu ukur 100 mL

➢ masukkan 1 mL larutan cuplikan yang mengandung campuran


KMnO4 dan K2CrO4
➢ tambahkan beberapa tetes NaOH encer
➢ encerkan dengan akuades hingga tanda batas

Kuvet

➢ Masukkan larutan encer tersebut


➢ Amati serapannya baik pada panjang gelombang 450 nm
maupun 520 nm

Hasil
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


adsorbansi
Larutan 𝜀 450 𝜀 520
λ 450 λ 520
KMnO4 10-4 M 0,02 0,086 200 860
K2CrO4 10-3 M 0,18 0,005 180 5
Campuran 0,008 0,001

4.2 Perhitungan

1. Perhitungan absorbtivitas pada λ 450 nm


𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
𝜀 450 KMnO4 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,02
= 1×10−4

= 200
𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
𝜀 450 K2CrO4 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,18
= 1×10−3

= 180

2. Perhitungan absortivitas pada λ 520 nm


𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
𝜀 520 KMnO4 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,086
= 1×10−4

= 860
𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
𝜀 520 K2CrO4 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,005
= 1×10−3

=5

3. Menghitung komsemtrasi KMnO4 dan K2CrO4 dalam campuran


a. Pada λ 450 nm
A total = A KMnO4 + A K2CrO4
0,08 = 𝜀 1 × B × C1 + 𝜀 2 × B × C2
0,08 = 200 × 1 × C1 + 180 × 1 × C2
0,08 = 200 C1 + 180 C2 (persamaan 1)

b. Pada λ 520 nm
A total = A KMnO4 + A K2CrO4
0,001 = 𝜀 1 × B × C1 + 𝜀 2 × B × C2
0,001 = 860 × 1 × C1 + 5× 1 × C2
0,001 = 860 C1 + 5 C2 (persamaan 2)

Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2


0,08 = 200 C1 + 180 C2 ×1
0,001 = 860 C1 + 5 C2 × 36

0,08 = 200 C1 + 180 C2


0,036 = 30960 C1 + 180 C2
-0,028 = -30760C1

−0,028
C1 = −30760

= 9,10 × 10-7
C2 = 4,34 × 10-5
4.3 Pembahasan

Metode pada praktikum ini didasarkan pada interaksi antara cahaya dengan
meateri. Apabila sebuah materi dikenal sinar akan empunyai kemungkinan
diserap dan dipancarkan kembali dengan panjang gelombang yang sama atau
berbeda. Cahay yang diserap inilah yang disebut absorbansi (A).

Percobaan dilakukan dengan pengujian pada absorbansi 450 nm dan 520 nm,
yang mana masih termasuk dalam rentang panjang gelombang yang dapat
diukur oleh spektrofotometer. Dalam hukum Lambert Beer yang "Jumlah
radiasi cahaya tampak (ultraviolet, Inframerah, dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi suatu zat dan tebal larutan" yang dapat
dirumuskan :
A=𝜀×b×c
Dimana, A = absorban (serapan), ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1),
b= tebal kuvet (cm), c= konsentrasi (M). yang menyatakan bahwa absorbansi
berbanding lurus dengan tebal larutan dan konsentrasi. Sehingga besarnya
konsentrasi dari ion permanganate (MnO4-) dan ion kromat (CrO42-) dapat
dihitung.

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan


yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal
kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya
larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan
cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam
larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.

Dari data yang diperoleh selama praktikum dan dihitung berdasarkan hokum
lambert beer pada panjang gelombang 450 nm untuk KMnO4 dan K2CrO4
absorbtifitas molarnya masing-masing 200 L/mol cm-1dan 180 L/mol cm-1,
sedangkan pada panjang gelombang 520 nm untuk KMnO4 dan K2CrO4
absorbtifitas molarnya masing-masing 860 L/mol cm-1 dan 5 L/mol cm-1.
Sedangkan cuplikan larutan yang mengandung ino MnO4- dan CrO42- pada
panjang gelombang 450 nm dan 520 nm masing-masing menunjukkan
absorbansi sebesar 0,008 A dan 0,001 A. Selain itu, menghitung besarnya
konsemtrasi K2CrO4 4,34 x 10-5 M dan konsentrasi KMnO4 sebesar 9, 10 x
10-7 M.

Pada percobaan ini kita menentukan konsentrasi permanganate dan kromat


dalam larutan campuran secara sperktrofometri dengan spektronik-20 (antara
400-600 nm), karena kita menggunakan instrumen, maka kita akan
menghitung konsentrasi dengan berdasarkan interaksi antara energi dan
materi. Energi dalam hal ini adalah energi dari sinar UV visible yang
kemudian dilewatkan pada suatu larutan sampel yang mengandung
permanganate dan kromat dengan konsentrasi tertentu.

Spektrofotometri adalah salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan
adalah elektron valensi. Alat yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometri adalah “berdasarkan adanya
interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan
cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan
dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya
spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.

Spektrofotometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menganalisa


suatu senyawa baik dari segi kualitatif dan kuantitatif, dengan cara mengukur
absorban suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pengukuran secara
kualitatif didasarkan pada puncak-puncak yang dihasilkan spektrum suatu
unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan pengukuran
secara kuantitatif didasarkan pada nilai absorbansi yang dihasilkan dari
spektrum senyawa kompleks unsur yang dianalisa dengan kompleks unsur
yang dianalisa dengan pengompleks yang sesuai. Secara sederhana,
spektrofotometer merupakan metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga
daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV
(200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), dan daerah Inframerah (700-
3000 nm).

Pembagian spektrofotometer dibagi menjadi empat jenis jika dilihat dari segi
sumber cahaya yang digunakan, yaitu Visible Spektrofotometer atau
Spektrofotometer Vis, Ultra Violet Spektrofotometer atau Spektrofotometer
UV, Spektrofotometer UV-Vis, dan Infra Red Spektrofotometer atau
Spektrofotometer IR. Sedangkan apabila dilihat dari segi perlakukan sumber
cahaya dan jumlah detektor yang digunakan juga terbagi menjadi 4 jenis,
yaitu Single Beam Spektrofotometer, Double Beam Spektrofotometer, Dual
Beam Spektrofotometer, Ratio Beam Spektrofotometer. Secara garis besar
spektrofometer juga mempunya bagian-bagian pernting yang terdiri atas
Sumber Cahaya, Monokromator, Sample Kompartemen, Detektor, Amplifier,
Indicator.

Pada percobaan ini spektrofometrer menggunakan alat spektronik-20.


Spektronik-20 merupakan spektrometer visible yang susunannya
menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Spektrofotometer jenis ini
memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar,
monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya
putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk; lensa B
mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah
keluar setelah dipantulkan dan didespersikan oleh kisi difraksi untuk
memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang
menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke
tabung foto.

Adapun gambar spektronik-20 adalah sebagai berikut:

1. Power switch / Zero Control, berfungsi untuk menghidupkan alat (yang


ditunjukkan oleh nyala lampu Pilot Lamp) dan pengatur posisi jarum
penunjuk (meter) pada angka 0,00% T pada saat Sample Compartement
kosong dan ditutup
2. Sample Compartement berfungsi untuk menempatkan larutan dalam kuvet
pada saat pengukuran. Selama pembacaan, Sample Compartement harus
dalam keadaan tertutup.
3. Pilot Lamp (nyala) berfungsi untuk mengetahui kesiapan instrumen.
4. Wavelength Control berfungsi untuk mengatur panjang gelombang (l)
yang dikehendaki yang terbaca melalui jendela sebelahnya.
5. Transmittance / Absorbance Control, berfungsi untuk mengatur posisi
jarum meter pada angka 100% T pada saat kuvet yang berisi larutan
blanko berada dalam Sample Compartement dan ditutup
6. Meter berfungsi untuk membaca posisi jarum penunjuk absorbansi dan
atau transmitansi.

Kalium permanganat merupakan indikator kuat yang mampu mengoksidasi


sebagian besar reduktor secara kualitatif, selain bahwa larutan berwarna ungu
menjadikan sekaligus indikator titik ekuivalen. Untuk kelarutan yang lebih
encer, pada titik akhir perubahan warna ion permanganat kurang terang dan
disarankan untuk membumbujinya dengan indikator ortofenointrolin. Larutan
KMnO₄ dapat dilakukan terhadap larutan beku primer Na₂C₂O₄ atau larutan
beku sekunder H₂C₂O₄. Kalium permanganat (KMnO₄) dapat mengoksidasi
alkena menghasilkan reaksi cis-hidroksilasi. Sementara 1,2 diol dapat
dihasilkan dari reaksi transhidroksilasi suatu alkena dengan produk antara
epoksida dengan menggunakan klorofom atau diklorometana sebagai pelarut.

Potasium kromat adalah senyawa anorganik dari formula K2CrO4, yang


dicirikan sebagai zat pengoksidasi kuat. Sebagai senyawa dengan profil yang
relatif unik, kalium kromat memiliki sejumlah kegunaan dalam konteks
industri dan ilmiah. Namun, karena toksisitasnya, paparannya harus dibatasi.
Potasium kromat adalah kristal ortorombik dengan warna kekuningan yang
tidak memiliki aroma yang khas dan memiliki rasa pahit yang tidak
menyenangkan. Berat molekulnya 194,19 g / mol dan densitasnya 2,7320 g /
ml. Ia memiliki titik leleh 968°C dan titik didih 1000°C. Senyawa ini tidak
larut dalam alkohol dan sangat larut dalam air, mampu melarutkan 62,9 gram
per 100 ml pelarut pada 20°C. Zat pengoksidasi, seperti potasium kromat,
dapat bereaksi dengan zat pereduksi untuk menghasilkan panas dan produk
yang bisa berupa gas (menyebabkan tekanan pada wadah tertutup).
V KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Pada λ 450 nm absorbansi KMnO4 dan K2CrO4 masing-masing 0,02 A dan
0,08 A dan pada λ 520 nm absorbansi KMnO4 dan K2CrO4 masing-masing
0,086 A dan 0,005 A.
2. Pada campuran diperoleh konsntrasi KMnO4 sebesar 9,10 x 10-7 M dan
K2CrO4 4,34 x 10-5 M.
3. Semakin tinggi konsentrasi KMnO4 maka semakin besar adsorban yang
dihasilkan.
4. Metode pada praktikum ini didasarkan pada interaksi antara cahaya dengan
materi.
5. Bagian-bagian dari spektronik-20 terdiri dari Power switch / Zero Control,
Sample Compartement, Pilot Lamp (nyala), Wavelength Control,
Transmittance / Absorbance Control, Meter.
DAFTAR PUSTAKA

Day RA dan Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta:
Erlangga.

Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.

Henry, Arthur et al. 2002. Analisa spektrofotometri uv-vis pada obatinfluenza


dengan menggunakan aplikasi sistem persamaan linear. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Khopkar, S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai