Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR

A.    Pengertian

berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah (split), dan “

frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia

adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian

( Hawari, 2003).

Schizofrenia merupakan gangguan  psikotik yang merusak yang dapat

melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi),

pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional tentang dirinya atau isi pikiran

yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain

bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya (Raboch, 2007).\

B.     Etiologi

1.      Teori somatogenik

a.       Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri

0,9-1,8 %,  bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang

tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar

satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).

b.      Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada


2

waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium.,

tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

c.       Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,

ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan

menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam

menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat

halusinogenik.

d.      Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon

atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin

disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu

membuat sediaan.

2.       Teori Psikogenik

a.       Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang

tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas

pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior

atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut

Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi,

sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut

menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

b.      Teori Sigmund Freud


3

Skizofrenia terdapat

1)      kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik

ataupun somatik

2)      superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id

yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme

3)      kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference)

sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

c.       Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu

jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses

berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi

2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi,

gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan

gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

d.      Teori lain

Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-

macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi,

tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan

penyakit lain yang belum diketahui.

C. Pembagian Skizofrenia

Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama

antara lain :

a. Skizofrenia Simplek

Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
4

kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar

ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-

lahan.

b. Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses

berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double

personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau

perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak

sekali.

c. Skizofrenia Katatonia

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering

didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau

stupor katatonik.

d. Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham

sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya

gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.

e. Episode Skizofrenia akut

Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan

mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan

seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-

akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.


5

f. Skizofrenia Residual

Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas

adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali

serangan Skizofrenia.

g. Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga

gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini

cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul

serangan lagi.

D.    Patofisiologi

Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 % dan biasanya

timbul pada usia sekitar 18 - 45 tahun. Schizophrenia disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor keluarga.

Schizophrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan  bagi individu penderitanya

tetapi juga bagi orang-orang terdekat ( Arif, 2006). Penderita schizophrenia sering

kali mengalami gejala positif dan negatif yang memerlukan penanganan serius.

Penderita schizophrenia juga mengalami penurunan motivasi dalam berhubungan

sosial, perilaku ini sering tampak dalam bentuk perilaku autistic dan mutisme.

Akibat adanya penurunan motivasi ini sering tampak timbulnya masalah

keperawatan isolasi sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat menimbulkan

perubahan persepsi sensoris halusinasi. Halusinasi yang terjadi pada penderita

schizophrenia tidak saja disebabkan oleh perilaku isolasi sosial tetapi juga dapat

disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah. Dampak dari halusinasi
6

yang timbul akibat schizophrenia ini sangat tergantung dari isi halusinasi. Jika isi

halusinasi mengganggu, maka penderita schizophrenia akan cenderung melakukan

perilaku kekeeraan sedangkan halusinasi yang isinya menyenagkan dapat

mengganggu dalam berhubungan sosial dan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari

termasuk aktivitas perwatan diri ( Stuart, 2007).

Schizophrenia sering dimanifestasikan dalam bentuk waham, perilaku

katatonik, adanya penurunan motivasi dalam melakukan hubungan sosial serta

penurunan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Waham yang dialami pasien

schizophrenia dapat berakibat pada kecemasan yang berlebihan jika isi wahamnya

tidak mendapatkan perlakuan dari lingkungan sehingga berisiko menimbulkan

perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Adanya perilaku katatonik, menyebabkan perasaan tidak nyaman pada diri penderita,

hal ini karena kondisi katatonik ini berdampak pada hambatan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari.

Hambatan dalam aktivitas sehari-hari menyebabkan koping individu menjadi

tidak efektif yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga diri rendah dan

bila tidak diatasi berisiko menimbulkan perilaku kekerasan ( Ingram, 1996).

Penderita dapat mengalami ambivalensi, kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya

penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas perawatan diri dan kemampuan

dalam berhubungan sosial dengan orang lain. Adanya ambivalensi membuat

penderita menjadi kesulitan dalam pengambilan keputusan sehingga dapat

berdampak pada penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penderita schizophrenia yang menunjukkkan adanya gejala negatif ambivalensi ini,

sering kali dijumpai cara berpakaian dan berpenampilan yang tidak sesuai dengan

realita seperti rambut tidak rapi, kuku panjang, badan kotor dan bau ( Rasmun,

2007). Prognosis untuk schizophrenia pada umumnya kurang begitu


7

menggembirakan sekitar 25 % pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya

dapat kembali pada tingkat sebelum munculnya gangguan tersebut. Sekitar 25% tidak

pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, dan sekitar 50 %

berada diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan

berfungsi dengan efektif kecuali akan waktu singkat ( Arif, 2006)

E.    Manifestasi Klinis

Menurut Keltner et al (1995), gejala-gejala ini dapat dikelompokkan menjadi

4 kategori :

1.      Gangguan Persepsi

a.    Halusinasi

Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas. Menurut

Moller dan Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997) tingkatan halusinasi dibagi

menjadi 4 tingkatan yaitu :

1)      Tahap 1  Comforting

Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah sesuatu yang

menyenangkan.Pengalaman halusinasi karena emosi yang meningkat seperti

cemas, kesepian, rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus pada

pikiran yang nyaman untuk melepaskan cemas. Individu mengenal bahwa

pikiran dan pengalaman sensori dalam kontrol kesadaran jika cemas dapat

dikelola. Tingkah laku yang dapat diobservasi :

a)      Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.

b)      Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.


8

c)      Pergerakan mata yang cepat.

d)     Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.

e)      Diam dan tampak asyik.

2)      Tahap II

Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal yang

menjijikkan dan menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control dan ada

usaha untuk menjauhkan diri dari sumber stimulus yang diterima . Individu

mungkin merasa malu dengan adanya pengalaman sensori dan menarik diri

dari orang lain. Tingkah laku yang dapat diobservasi :

a)      Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari

cemas seperti meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan darah.

b)      Lapang perhatian menjadi sempit

c)      Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan halusinasi atau realitas.

3)      Tahap III

Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori menjadi hal yang

menguasai. Halusinator mencoba memberi perintah , isi halusinasi mungkin

menjadi sangat menarik bagi individu. Individu mungkin mengalami kesepian

, jika sensori yang diberikan berhenti. Psychotic. Tingkah laku yang dapat

diobservasi :

a.       Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.

b.      Kesulitan berhubungan dengan orang lain.


9

c.       Lapang perhatian hanya beberapa detik aau menit.

d.      Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan mengikuti perintah.

4)      Tahap IV

Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi terperinci

dan khayalan tampak seperti kenyataan. Pengalaman sensori mungkin

mengancam jika individu tidak mengikuti perintah. Halusinasi mungkin

memburuk dalam 4 jam atau sehari atau sehari jika tidak ada intervensi

terapeutik. Tingkah laku yang dapat diobservasi :

a. Teror keras pada tingkah laku seperti panic.

b)      Potensial kuat untuk bunuh diri.

c)      Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dai halusinasi seperti

kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia.

d)     Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.

e)      Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.

b.     Delusi

Adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa

stimulus luar yang cukup dan mempunyai cirri-ciri realistic, tidak logis,

menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh pasien sebagai hal yang

nyata, pasien hidup dalam wahamnya, keadaan atau hal yang diyakini itu

bukan merupakan bagian dari sosiokultural setempat. Maam-macam waham :

1)      Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya,


10

perasaannya, ingkah lakunya dikendalikan dari luar.

2)      Waham kebesaran, suatu kepercayaan bahwa penderita adalah

orang yang penting dan berpengaruh dan mungkin mempunyai

kelebihan kekuatan yan terpendam atau benar-benar merakanfiur

orang kuat sepanjang sejarah.

3)      Waham diancam, suatu keyakinan bahwa dirinya selalu

diancam, diikti atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.

4)      Waham tersangkut, adana kepercayaan bahwa seala sesatu yang

terjadi di sekelilngnya mempai hubungan pribadi seperti perinah atau

pesan khusus.

5)      Waham bizarre, pasien sering memperlihakan adanya waham

soatik msalnya pasien percaya adanya benda ang begerak-gerak di

dalam ususnya. Yang termasuk waham ini adalah waham sedot pikir,

waham sisip pikir, waham siar pikir, waham kendali pikir.

c.    Paranoid dimanifestasikan dengan interpretasi yang menetap

bahwa tindakan orang lain sebagai suatu ancaman atau ejekan.

d.    Ilusi adalah kesalahan dalam menginterpretasikan stimulus dari

luar yang nyata.

2.      Gangguan Proses Pikir

a.       Flight of idea, serangkaian pikiran yang diucapkan secara cepat disertai

perpindahan materi pembicaraan yang menddak tanpa alas an logic yang

nyata.
11

b.      Retardation, adalah lambatnya aktifitas mental sebagai contoh pasien

mengatakan saya tidak dapat berpikir apa-apa.

c.       Blocking, putusnya pikiran ang ditandai dengan putusnya secara

sementara atau terhentinya pembicaraan.

d.      Autisme, pikiran yang timbul dari fantasi.

e.       Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda

pada waktu yang sama dan orang yang sama.

f.       Kehilangan asosiasiidak adanya hubungan pola pikir, ide dan topik

yang normal, tiba-tiba beralih tanpa menunjukkan hubungan dengan topic

sebelumnya.

3.      Gangguan Kesadaran

Manifestasi dari ganguan kesadaran antara lain bingung, inkoherensi

pembicaraan, pembicaraan ang tidak dapat dimengerti, terdapat distrsi tata bahasa

atau susunan kalimat, sering memakai istilah aneh, inkherensi timbul karena pikiran

kacau sehingga beberapa pikiran dikeluarkan dalam satu kalimat, clouding atau

kesadaran berkabut, kesadaran menurun disertai gangguan persepsi dan sikap.

4.      Gangguan Afek

a.    Afek yang tidak tepat, suatu keadaan disharmoni afek yang tidak sesuai

dengan tingkah laku pasien.

b.    Afek tumpul, ketidakmampuan membangkitkan emosi dan berespon

terhadap berita duka.

c.    Afek datar, ketidakmampuan membangkitkan respon terhadap berbagai


12

respon.

d.    Afek labil, kondisi emosi yang cepat berubah.

e.    Apatis, warna emosi yang tumpul disertai keacuhan atau ketidakpedulian.

f.     Euforia, gembira berlebihan, aa peningkatan perasaan dari biasanya

selalu merasa optimis, senang dan percaya diri, bersikap meyakinkan

F.     KOMPLIKASI

Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :

1.      Aktifitas hidup sehari-hari

Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya

kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.

2.      Hubungan interpersonal

Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari

teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien

terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.

3.      Sumber koping

Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi

pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk

menghadapi stress.

4.      Harga diri rendah

Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya,

tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan
13

tidak berani mencapai sukses.

5.      Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan

pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.

6.      Motivasi

 Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

7.      Kebutuhan terapi yang lama

Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu periode

selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di rumah

sakit dalam 1 tahun.

G.     Penatalaksanaan

1.      Medis

Obat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya perubahan

perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker kacau). Obat-

obatan untuk pasien skizophrenia yang umum diunakan adalah sebaga berikut :

a.       Pengobatan pada fase akut

1)      Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan injeksi :

a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.

b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam sampai

keadaan akut teratasi.


14

c) Kombinsi haloperidol 5 mg intra muscular kemudian diazepam 10 mg intra

muscular dengan interval waktu 1-2 menit.

2)      Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet :

a)      Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.

b)      Klorpromazin 2x100 mg per hari

c)      Triheksifenidil 2x2 mg per hari

b.      Pengobaan fase kronis

Diberikan dalam bentuk tablet :

1)      Haloperidol 2x  0,5 – 1 mg perhari

2)      Klorpromazin 1 x 50 mg sehari (malam)

3)      Triheksifenidil 1- 2x 2 mg sehari

a)      Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk bekerja, disamping itu

melakukan tindakan perawatan dan pendidikan kesehatan.

b)      Dosis maksimal

Haloperidol : 40 mg sehari (tablet) dan klorpromazin 600 mg sehari (tablet).

c.       Efek dan efek samping terapi

1)      Klorpromazine

Efek : mengurangi hiperaktif, agresif, agitasi

Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi

ortostatik.
15

2)      Haloperidol

Efek : mengurangi halusinasi

Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi

ortostatik.

2.      Tindakan keperawatan efek samping obat

a.       Klorpromazine

1)      Mulut kering  : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan

membersihkan mulut secara teratur.

2)      Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman

penglihatan.

3)      Konstipasi : makan makanan tinggi serat

4)      Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.

5)      Hipoensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk.

b.      Haloperidol

1)      Mulut kering  : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan

membersihkan mulut secara teratur.

2)      Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman

penglihatan.

3)      Konstipasi : makan makanan tinggi serat

4)      Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.


16

5)      Hipotensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk


ANALISA DATA
POHON MASALAH

Resiko tinggi
mencederai diri
& Orang lain

Perubahan
perilaku
Kerusakan Komunikasi Verbal kekerasan

Gangguan pola tidur

Perubahan persepsi sensori : Perubahan


Halusinasi pendengaran proses fikir

Sidroma defisit
Isolasi sosial : menarik diri
perawatan diri

Koping keluarga Harga diri rendah Koping individu


tak efektif tak efektif

Stressor
18

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai