Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH REMEDIAL PRAKTIKUM

IMUNOHEMATOLOGI SEMESTER 5

Nama: Nabilla Sheva Pinandita


NIM: 1010171019
Kelas: A
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasien transfusi darah harus dilakukan pemeriksaan pre-transfusi

untuk menjamin kompatibilitas ABO antara darah donor dan darah pasien

serta mendeteksi adanya antibodi ireguler yang dapat bereaksi dengan

antigen sel darah merah donor . Terbentuknya antibodi ireguler dapat

menyulitkan terapi transfusi dan mengakibatkan kesulitan pada uji

kompatibilitas.

Skrining antibodi dan Identifikasi antibodi merupakan metode

pemeriksaan untuk mendeteksi adanya antibodi irreguler terhadap sel

darah merah di dalam plasma pasien. Pasien yang sering melakukan

transfusi darah dapat beresiko membentuk antibodi irreguler terhadap

antigen sel darah menyebabkan reaksi transfusi tipe lambat berupa

lisisnya sel darah merah pada transfusi selanjutnya dengan ditandai

penurunan hemoglobin dan peningkatan kadar bilirubin.

Sel darah merah mempunyai banyak antigen. Saat ini, diketahui sudah

ada 35 sistem golongan darah yang mewakili lebih dari 300 antigen pada

permukaan sel darah merah yang terdaftar oleh International Society of

Blood Transfusion (ISBT). Antibodi A dan antibodi B dari sistem golongan

darah ABO merupakan antibodi alamiah. Sedangkan antibodi irreguler


yang sering terbentuk adalah dari sistem golongan darah Duffy, Kell, Kidd,

MNS, P dan tipe Rh tertentu yang memiliki arti secara klinis.

Antibodi irreguler yang ditemukan pada pasien dapat berupa

autoantibodi maupun aloantibodi yang terbentuk akibat paparan terhadap

antigen yang tidak dimiliki oleh pasien ketika mendapatkan transfusi darah

atau riwayat kehamilan sebelumnya. Pasien yang sudah terdeteksi

adanya antibodi irreguler pada transfusi selanjutnya jika diberikan darah

donor yang mengandung antigen yang sama dapat bereaksi dengan sel

darah merah donor. Reaksi antigen-antibodi sel darah merah

menyebabkan terjadinya reaksi transfusi yang merugikan pasien.

Meningkatkan keamanan pasien transfusi darah dan mengurangi

resiko reaksi transfusi sebaiknya dilakukan pemeriksaan skrining antibodi

terutama pada pasien yang mendapatkan transfusi berulang karena

beresiko terbentuknya antibodi irreguler. Skrining antibodi tidak hanya

meminimalisir terjadinya reaksi transfusi pada pasien dan juga dapat

mempercepat proses penyediaan darah bagi pasien.

B. Indikasi Klinis

Skrining antibodi secara rutin dilakukan bersamaan dengan tes

golongan darah dan crossmatch sebelum pemberian komponen darah,

terutama sel darah merah untuk menghindari reaksi transfusi.

Pemeriksaan ini juga dilakukan dalam skrining antenatal untuk mendeteksi


adanya antibodi dalam serum wanita hamil yang dapat menyebabkan

Hemolytic Dissease of Newborn (HDN).

Skrining antibodi dapat dilakukan sebagai lanjutan dari pemeriksaan

crossmatch untuk memungkinkan pengenalan dini dan identifikasi antibodi

dan dengan demikian dapat memungkinkan pemilihan prosedur

crossmatch dan sel darah merah yang tepat.

C. Tujuan Pemeriksaan Skrining dan Identifikasi Antibodi

Untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan irreguler alloantibody

dalam serum atau plasma pasien maupun donor.

D. Prinsip Pemeriksaan Skrining dan Identifikasi Antibodi

Reaksi antara serum atau plasma dengan reagen sel darah merah

yang mengandung beberapa antigen yang sudah diketahui jenisnya

(Reagen sel panel). Jika di dalam plasma atau serum tersebut terdapat

Antibodi irregular yang sesuai dengan antigen yg terdapat pada reagen

sel panel maka akan terjadi aglutinasi.

E. Metode Pemeriksaan

Tes skrining antibodi meliputi pengujian serum resipien terhadap 2

atau 3 set sel skrining. Sel skrining merupakan golongan darah O yang

telah diketahui profil antigen atau fenotip sel darah merahnya; D, C, E, c,

e, K, k, Fya, Fyb, Jka, Jkb, M, N, S, s, P1, Lea, Leb. Sel skrining merupakan
sampel suspensi sel golongan darah O yang telah diketahui antigen dan

fenotipnya. Golongan darah O digunakan karena secara alami tidak

mengandung anti-A dan anti-B yang dapat mengganggu deteksi

“Unexpected antibodies”.

Gambar 1. Profil Antigen

F. Alat dan Bahan

1. Peralatan :
a. Centrifuge
b. Inkubator
c. Working table ( ID card holder & tube holder )
d. Pipetor
e. Tip
f. Dispenser ( ukuran 0.5 ml )
g. Rider M ( Equepment for automated prosedures )
2. Bahan-bahan :
A. Card : Liss / Coombs
B. Larutan ID diluent 2 ( modified LISS )
C. Sel pasien suspensi 1% dalam diluent 2
D. Sel panel kecil (abtectcell ) suspensi 1% dalam diluent 2
E. Standar sel A 5% atau 1% dan standar sel B 5% atau 1%
dalam diluent 2.

G. Spesimen

Spesimen yang digunakan pada pemeriksaan skrining dan


identifikasi antibodi adalah:

1. Eluate: Suatu cairan yang mengandung lapisan antibodi yang


diperoleh dari pemerasan sel darah merah.
2. Serum
3. Plasma

H. Metode Pemeriksaan
1. Metode Tabung
2. Metode Gel
Uji gel dikembangkan di Swiss pada akhir 1980-an sebagai
cara untuk membakukan metode memperoleh aglutinasi dan
untuk menyediakan cara sederhana dan dapat diandalkan untuk
membacanya. Tidak seperti tes tabung dalam metode gel,
aglutinasi tidak terjadi dalam fasa cair melainkan dalam gel
terkandung dalam microtube khusus.

Tes gel hanya berlisensi tersedia di Kanada adalah teknik


gel MTS didistribusikan secara eksklusif oleh Ortho Clinical
Diagnostics. Satu-satunya fase gel-IAT (Indirect Antihuman
Test) yang tidak memerlukan pencucian specimen sebelum
menambahkan antihuman globulin serum. Digunakan
mikrotubes sebagai pengganti tabung reaksi kaca.

a. Prinsip
Plasma atau serum pasien diinkubasi pada suhu 37C
dengan sel panel. jika antibodi hadir dalam plasma atau serum
dan antigen yang sesuai hadir pada sel darah merah, sel-sel
menjadi peka (oleh antibodi terhadap antigen yang menyerap
pada permukaan sel darah merah). Kemudian kartu gel
disentrifugasi. Sel darah merah agglutinated terjebak pada atau
di atas gel. Sel Unagglutinated melewati gel dan membentuk
pelet di bagian bawah microtube tersebut.
I. Prosedur Pemeriksaan

1.Pembuatan Spesimen

a. Eluate (Metode Landsteiner-Muller):

1) Alat ddan bahan disiapkan dan diberi label

2) Eritrosit pekat (PRC) sebanyak 1 mL dicuci dengan saline


sebanyak 6 kali. Supernatan pencucian terakhir ditampung dalam
tabung sebagai kontrol negatif.

3) Kedalam eritrosit yang sudah dicuci, ditambahkan Bovine Albumin


6 % sama banyak.

4) Tabung tersebut ditutup denganparafilum kemudian dipanaskan


dalam waterbath suhu 56 C selama 10 menit sambil dikocok kuat.
Bersamaan dengan itu, cup sentrifuge dihangatkan untuk
pemutaran.

5) Kemudian dengan segera tabung yang berisi eritrosit tadi diputar


dengan kecepatan 3000 rmp selama 10 menit.

6) Setelah itu, supernatan segera dipisahkan kedalam tabung lainnya.

7) Eluate yang dihasilkan segera digunakan untuk pemerikasaan.

b. Eluate (Metode Rubbin):

1) Alat dan bahan disiapkan dan diberi label


2) Eritrosit pekat (PRC) sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung
reaksi kemudian dicuci dengan saline sebanyak 6 kali.
3) Saline ditambahkan kedalam tabung tersebut sama banyak.
4) Ether ditambahkan juga kedalam tabung tersebut ( 2 kali volume
eritrosit yang telah dicuci).
5) Kemudian tabung ditutup dengan oarafilum, dan dihomogenkan
selama 1 menit.
6) Tutup tabung dibuka lalu diinkubasi dengan suhu 37°C selama 30
menit
7) Setelah itu tabung tersebut diputar dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit. Hasil pemutaran akan tampak 3 lapisan yaitu :
- Atas= sisa ether
- Tengah= stroma sel ( kulit sel eritrosit)
- Bawah= Eluate
8) Lapisan ether dibuang dengan pipet tetes, kemudian ujung pipet
ditembuskan kedasar tabung, dan eluate diambil lalu ditampung
kedalam tabung lain.
9) Tabung yang berisi eluate dihangatkan pasa waterbath suhu 37°C
selama 15 menit ( untuk menghilangkan sisa ether).
10) Eluate dapat segera digunakan untuk pemeriksaan.

c. Serum:

1) Alat dan bahan disiapkan dan diberi label


2) Darah vena diambil kemudian ditampung kedalam tabung
sentrifuge dan didiamkan pada suhu kamar selama 15-30 menit
3) Kemudian tabung tersebut diputar dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit
4) Serum segera dipisahkan kedalam tabung lain untuk digunakan
sebagai sampel pemeriksaan.

d. Plasma:

1) Alat dan bahan disiapkan dan diberi label


2) Darah vena diambil kemudian dimasukkan kedalam tabung
sentrifuge yang berisikan antikoagulan (sesuai perbandingan) dan
dihomogenkan
3) Kemudian tabung tersebut diputar dengan kecepan 300 rmpm
selama 5 menit
4) Plasma segera dipisahkan kedalam tabung lain untuk digunakan
sebagai sampel pemeriksaan.

2. Pemeriksaan skrining antibodi

a. Metode Tabung ( Sel Panel Kecil )

1) Alat dan bahan disiapkan


2) Pada rak tabung diisiapkan 12 buah tabung lalu dibuat 3 deret yang
masing-masing terdiri dari 4 tabung dan diberi label.
3) Kedalam masing-masing tabung ditetesi 2 tetes serum pasien
4) Kedalam masing-masing deret tabung diteteskan sebagai berikut :
- Pada tabung 1 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 1
- Pada tabung 2 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 2
- Pada tabung 3 (deret I,II,III) ditambahkan 1tetes sel pasien 5%
- Pada tabung 4(deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel donor atau
segolongan 5%
5) Setelah itu, masing-masing tabung dihomogenkan dan diinkubasi di
waterbath pada suhu sebagai berikut :
- Deret I diinkubasi pada suhu 20°C selama 60 menit
- Deret II diambahkan 2 tetes BA22% dan diinkubasi pada suhu
37°C selama 15-30 menit
- Deret III diinkubasi pada suhu37°C selama 60 menit

6) Pembacaan hasil dengan pemutaran dan disesuaikan dengan tabel


panel kecil
# Anaglutinasi : tidak ada irregullar alloantibodi
# Aglutinas : adanya irregular alloantibodi dalam serum pasien
atau plasma donor.
7) Selanjutnya untuk deret ke-3, jika hasil negatif maka dilakukan
:
- Pencucian dengan saline sebanyak 3 kali
- Ditambahkan 2 tetes AHG
-Dihomogenkan dan di centrifugasi selama 15-20" dengan
kecepatan 3000 rpm
- Pembacaan hasil disesuaikan dengan tabel panel

b. Metode Gel

1) Alat dan bahan disiapkan dan diberi label


2) Card Liss/Coombs juga disiapkan
3) Buka penutup card (alumunium foil) yang terdiri dari :
 S1 (Microtube I) : 50 ul sel S1(abtectcell) suspensi 1%
 S2 (Microtube II) : 50 ul sel S2 (abtectcell ) suspensi 1%
 Auto kontrol (Microtube III) : 50 ul sel pasien suspensi 1%
4) Masing-masing microtube tadi ditambahkan 25 ul serum pasien
5) Kemudian diiInkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit dalam
Inkubator
6) Setelah itu, microtube tadi disentrigufe dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit
7) Hasil dibaca dan disesuaikan dengan tabel sel panel serta dicatat.
Interpretasi Hasil:
Positif : Bentuk aglutinasi sel pada permukaan gel atau
bentuk aglutinasi
sel menyebar pada gel.

Negatif : sel padat didasar microtube


3. Prosedur Pemeriksaan Identifikasi antibodi

a. Metode Tabung ( sel panel besar ):

1) Alat dan bahan disiapkan serta diberi label


2) Pada rak tabung disiapkan 33 tabung.dan dibuat 3 deret dengan
masing-masing deret terdiri dari 11 tabung
3) Serum pasien diteteskan kedalam masing-masing tabung sebanyak
2 tetes
4) Kedalam masing-masing tabung diisikan sebagai berikut:
- Pada tabung 1 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 1
- Pada tabung 2 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 2
- Pada tabung 3 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 3
- Pada tabung 4 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 4
- Pada tabung 5 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 5
- Pada tabung 6 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 6
- Pada tabung 7 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 7
- Pada tabung 8 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 8
- Pada tabung 9 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 9
- Pada tabung 10 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 10
- Pada tabung 11 (deret I,II,III) ditambahkan 1 tetes sel panel 11

5) Setelah itu masing-masing deret tabung diinkubasi pada suhu


sebagai berikut :
- Deret I diinkubasi pada suhu 20°C selama 60 menit
- Deret II ditambahkan BA22% kemudian diinnkubasi suhu 37°C
15-60 menit
- Deret III diinkubasi pada suhu 37°C selama 60 menit
6) Pembacaan hasil dengan pemutaran dan disesuaikan dengan tabel
panel kecil:
# Anaglutinasi : tidak ada irregullar alloantibodi
# Aglutinasi : adanya irregular alloantibodi dalam serum pasien
atau plasma donor.
7) Selanjutnya untuk deret ke-3, jika hasil negatif maka dilakukan:
- Pencucian dengan saline sebanyak 3 kali
- Ditambahkan 2 tetes AHG
- Dihomogenkan dan di centrifugasi selama 15-20" dengan
kecepatan 3000 rpm
- Pembacaan hasil disesuaikan dengan tabel panel

b. Metode Gel Test

1) Alat dan bahan disiapkan dan diberi label


2) Card Liss/Coombs juga disiapkan
3) Buka penutup card (alumunium foil) yang terdiri dari :
 Microtube 1 : 50 ul sel panel no.1 suspensi 1%
 Microtube 2 : 50 ul sel panel no.2 suspensi 1%
 Microtube 3 : 50 ul sel panel no.3 suspensi 1%
 Microtube 4 : 50 ul sel panel no.4 suspensi 1%
 Microtube 5 : 50 ul sel panel no.5 suspensi 1%
 Microtube 6 : 50 ul sel panel no.6 suspensi 1%
 Microtube 7 : 50 ul sel panel no.7 suspensi 1%
 Microtube 8 : 50 ul sel panel no.8 suspensi 1%
 Microtube 9 : 50 ul sel panel no.9 suspensi 1%
 Microtube 10 : 50 ul sel panel no.10 suspensi 1%
 Microtube 11 : 50 ul sel panel no.11 suspensi 1%
 Microtube 12 : 50 ul sel segolongan dengan pasien
( A/ B suspensi 1% )
4) Masing-masing mikrotube ditambahkan 25 ul serum pasien
5) Kemudian mikrotube diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit
6) Setelah itu, mikrotube diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama
10 menit
7) Hasil dibaca dan disesuaikan dengan tabel sel panel serta dicatat

Interpretasi hasil :

J. Kesimpulan

Skrinning dan identifikasi antibodi merupakan salah satu

pemeriksaan pra-transfusi yang rutin dilakukan untuk melengkapi tes

golongan darah dan crossmatch. Pemeriksaan ini sangat penting dalam

menentukan darah yang tepat untuk ditransfusikan kepada resipien dan


mencegah terjadinya Hemolytic Transfusion Reaction (HTR) dan

Hemolytic Dissease of the Newborn(HDN).

Tujuan pemeriksaan skrining antibodi adalah untuk mendeteksi antibodi

sel darah merah selain anti-A atau anti-B. Antibodi ini disebut sebagai

“Unexpected antibodies”.

Tes skrining antibodi meliputi pengujian serum pasien


terhadap dua atau tiga setsel skrining. Sedangkan identifikasi antibodi
dilakukan menggunakan minimal 10 set sel skrining. Sel yang digunakan
diseleksi sehingga antigen yang dimaksud (D, C, E, c, e, M N, S, s, P, Lea,
Leb, K, k, Fya, Fyb, dan Jkb)bisa terdapat paling tidak pada salah satu
sampel sel.
Daftar Pustaka

Wilkins, R., Antibody Identification, School of Health Related Professions,


University of Mississippi Medical Center,2011.

Ken Ritchie, N., Inkompabilitas dalam Pemeriksaan Crossmatch, Ikatan


Teknisi Transfusi Darah Indonesia, Jakarta, 2014.

Depkes & Kesos, WHO, UNFPA. (2001). Serologi golongan darah. Dalam:
Bukupedoman pelayanan transfusi darah. Modul 3.

Tehnik Gel Test, oleh DR. Med Ellyani Sindu pada pelatihan dokter kepala
UTD PMI Jakarta 2001.

Tehnik Gel Test, oleh DR. Med Ellyani Sindu pada pelatihan dokter kepala
UTD PMI Jakarta 2002.

Anda mungkin juga menyukai