Anda di halaman 1dari 21

KONSEP BERMAIN PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia
rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan
dan anak mendapatkan kepuasan dalambermain, yang berarti mengemabngkan dirinya sendiri.
Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan
memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Dalam kenyataan sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah
terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci
pembuka bagi gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak
berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha
mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini
dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakn dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat
maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif
pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan bermain?
2.      Bagaimana fungsi bermain bagi perkembangan anak?
3.      Apa saja kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak?
4.      Bagaimana terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan bermain
2.      Mengetahui fungsi bermain bagi perkembangan anak
3.      Mengetahui kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak
4.      Mengetahui terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi

D.    Manfaat
1.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang yang dimaksud dengan bermain
2.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang fungsi bermain bagi perkembangan anak
3.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak
4.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata,
belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya.  (Miller dan Keong,
1983).Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan.  (Foster, 1989).  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah :
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi
dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B.     Fungsi Bermain Pada Anak 


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa
jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan
sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya
mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui
perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal
dan sensitif.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya :
1.      Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang
dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2.      Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat
anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan
kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.

3.      Meningkatkan Sosialisasi Anak


Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.

4.      Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5.      Meningkatkan Kesadaran Diri


Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

6.      Mempunyai Nilai Terapeutik


Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

7.      Mempunyai Nilai Moral Pada Anak


Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai
anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

C.    Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1.      Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama
anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2.      Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang telah di uraikan
diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.
3.      Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada
dalam pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah
dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.
4.      Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit. Stress
yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang
dialami orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua
untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara efeAKTORktif.
Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan
rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

D.    Kecenderungan Umum Selama Anak – Anak           


Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif
dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan
bermain aktif  jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan
dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan
memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang memberikan
respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam dari permainan
diantaranya:
1.      Berdasarkan isinya :
a.      Bermain Afektif Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang lain hal
ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara, bersandung kemudian
anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain.
Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons
terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.

b.      Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga anak
merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah
tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini hanya
memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain
boneka-bonekaan, binatang-binatangan,  dan lain-lain.

c.       Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah
sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam
meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.

d.      Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura dalam
berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan
sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan
mengenal kehidupan social.

e.       Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui
isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari
orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.

f.       Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah aktif di
mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan akan dapat
membangun kecerdasan pada anak.

2.      Berdasarkan jenis permainan :


a.      Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan menggunakan
beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan
memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan berfungsi
memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.

b.      Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)


Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran
ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.

3.      Berdasarkan karakteristik sosial :


a.      Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau independent
walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan
kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan
sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan
kemandirian pada anak.

b.      Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan tetapi
tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi
masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan
tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.

c.       Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan
dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok
dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.

d.      Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada
memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan
remaja.

e.       Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain, walaupun
anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.

f.       Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini,
2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk
pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus
diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain
seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang
infus dan sebagainya.

E.     Pedoman Untuk Keamanan Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
1.      Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk
melakukan permainan.

2.      Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan
dapat optimal.

3.      Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak
serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
4.      Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.

5.      Pengetahuan cara bermain


Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih
berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.

6.      Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak
dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka
hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab. Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan
Edukatif (APE). APE Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan
secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat
mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi
sosialnya.Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus
aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah
rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang
memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa memperdulikan
jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya
mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang dapat
mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan
yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau
motorik kasar,kemudian alat permainan gunting, pensil, bola, balok, lilin jenis alat ini dapat
digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan
bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti
kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan
tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan
kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.

F.     Karakteristik Bermain (Usia Bayi – Prasekolah)           

Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan
berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-
tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas
masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh
kembang anak:

1.      Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja
sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi,  melatih mencari objek yang
ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan,  keterampilan
dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki
pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda (permainan)
aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang  dan binatang,
alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian  berupa selimut,
boneka, dan lai-lain. 

2.      Usia 1-2 tahun


Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk melatih
anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak
melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu
membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di
tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-
lain.

3.      Usia 3-6 tahun


Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi
sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan
dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan
sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan mengontrol emosi,
motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan
memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat
dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-
anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

G.    Alat Permainan Edukatif


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk
perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar orang tua
dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat – syarat berikut ini yang
perlu diperhatikan adalah :
1.      Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil, cat tidak
beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang
– kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
2.      Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak. Apabila mainan terlalu
besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu
kecil, mainan akan mudah tertelan.
3.      Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan, ukuran dan warna
serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk
menghindari kebingungan anak.
4.      Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak.
5.      Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang), namun tidak terlalu
sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
6.      Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi, dalam
menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang.
7.      Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap lapisan
masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat
menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal memenuhi persyaratan.

H.    Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan
secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah
terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan
perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman
yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan
respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga
anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi
anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu
sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah
sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan
maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas
kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak
menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak
 Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan
mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling
efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan
bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan
tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan
dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan
bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan,
1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan hubungan antara klien (anak keluaarga) dan perawat karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan
yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat
komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
2.      Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain
yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3.      Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi
juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang,
dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara
verbal dan/ atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar,
mewarnai, atau melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
4.      Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah
laku yang positif.
5.      Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara sehat,
akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.

Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :


1.      Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan pada
anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan ditempat
tidur dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya ditempat bermain khusus yang
ada diruang rawat.
Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik anak-
anak, mobil-mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang
dapat dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.
2.      Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang
tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia
diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak
melelahkan anak (misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan membaca buku
cerita).
3.      Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak
tajam, tidak merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak secara berlebihan.
4.      Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan dilakukan khusus di kamar
bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang
sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
5.      Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya
stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam
aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila
permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak
dari awal permainan sampai mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan orang
tua anak lainnya.
Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak yang di rawat di rumah sakit :
1.      Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain mengacu
pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan
prinsip bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus
relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
2.      Proses kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apabila permainan yang akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap
anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
3.      Alat permainan yang diperlukan
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan
diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan haga yang terjangkau.
4.      Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi catatan
penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya
5.      Evaluasi atau penilaian

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah
sakit, antara lain :
1.      Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
2.      Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3.      Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4.      Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5.      Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur
medis
6.      Memberi peralihan dan relaksasi
7.      Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8.      Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
9.      Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang
lain
10.  Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11.  Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang
dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan
mental serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat
bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan
jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif  jika anak berperan secara aktif dalam
permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain
tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan
orang lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Bermain juga menyediakan kebebasan
untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain
membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan
prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani
perawatan di rumah sakit.

B.     Saran
Setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa memahami tentang definisi
bermain, fungsi bermain bagi perkembangan anak, kecenderungan umum yang terjadi pada
anak-anak dan terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi. Berharap dengan adanya makalah
ini kami serta teman – teman semua menjadi lebih paham dan mendapat ilmu dari membaca
makalah ini. 

DAFTAR PUSTAKA

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.
Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai

KONSEP BERMAIN PADA ANAK

Pendahuluan 
Bermain merupakan kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan anak, Perlu mendapat
perhatian dari keluarga, Merangsang perkembangan motorik, kognitif dan bahasa.
Bermain adalah : cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari olehnya (Muller & Keane, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada dewasa, merupakan cara efektif menurunkan stress
pada anak, meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional anak (Chambell & Glase,
1995)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri/sukarela
untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989). 

Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, inteketual, emosional, dan sosial. Bermain
juga merupakan media belajar bagi anak karena dengan bermain, anak akan
berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).   
Dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan keinginan anak dalam mengatasi konflik
yang tidak disadarinya serta untuk memperoleh kepuasan.

Hubungan Bermain Dengan Stimulasi Dalam Tumbuh Kembang Anak


Stimulasi (rangsangan) : perangsangan yang  yang datangnya dari lingkungan diluar
individu anak. Bermain/alat bermaian merupakan media stimulasi tumbuh kembang anak.
Anak dengan stimulasi optimal dan tepat akan lebih  berkembang. Stimulasi dapat juga
sebagai  penguat (reinforcement). Stimulasi efektif jika sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
• Tahap perkembangan
• Perkembangan motorik
• Status kesehatan
• Jenis kelamin
• Lingkungan
• Intelegensi
• Status sosio-ekonomi
• Waktu
• Alat permainan

Variasi Dan Keseimbangan Dalam Bermain 


• Harus seimbang antara bermain aktif dan pasif
• Bermain aktif : anak melakukan aktifitas bermain, dimana kesenangan diperoleh dari
aktifitasnya sendiri.
• Bermain pasif : anak melakukan aktifitas bermain, dimana kesenangan diperoleh dari
objek/orang lain.

Klasifikasi Bermain
Berdasarkan Variasi Keaktifan Anak :
1. Bermain Aktif
• Bermain mengamati / menyelidiki (explolatory play)
Perhatian pada alat, memperhatikan, mengocok, mencium,  meraba, menekan, dll.
• Bermain konstruksi (Construction Play)
Menyusun balok, pasir, dll.
• Bermain Drama (Dramatic Play)
Main sandiwara boneka, rumah-rumahan dengan saudara atau teman-temannya. 
2. Bermain fasip
• Anak berperan  pasif (melihat – mendengar)
• Ideal, bila dilakukan saat anak lelah bermain aktif.
Contoh :
Melihat gambar di buku/majalah
Mendengar cerita
Mendengar musik

Klasifikasi Bermain Menurut Isi :


1. Social Affective Play : dalam aktivitas bermain ini, anak belajar menerima respon dari
luar dan lingkungannya. Misal dengan memanggil anak dengan nama kesayangan (sayang,
manis, sholeh dll).
2. Sense of Pleasure Play : aktivitas bermain dimana anak mendapat keenangan dari objek
yang ada disekitarnya. Misal : main air, main pasir dll.
3. Skill Play: aktivitas bermain dimana anak memperoleh pengalaman dalam
mengembangkan keterampilannya. Misal : main sepeda, sepak bola, berenang, pake
sepatu, naik turun tangga, dll.
4. Dramatic Play/Role Play : aktivitas bermain dengan melakukan bermain peran. Misal :
meniru jadi seorang dokter, jadi guru atau jadi Perawat dll.
5. Games atau Permainan : Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu  yang
menggunakan perhitungan/skor.  Bisa dilakukan anak sendiri atau dengan temannya,
misalnya :  congklak,

Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial :


1. Solitary Play : anak asyik bermain sendiri, walaupun didekatnya banyak anak lain dalam
kelompok.
2. Paralel Play : anak bermain dalam satu kelompok dengan jenis mainan yang sama tetapi
tidak terjadi interaksi satu sama lain.
3. Assosiative Play : bermain dalam satu kelompok dengan aktivitas sama tetapi belum
terkoordinir secara baik.
4. Cooperative Play : anak bermain bersama dengan jenis aktivitas atau mainan yang sama
dan terorganisasi dengan baik, biasanya terjadi pada kelompok usia adolescent.

Karakteristik Bermain Pada Tiap Tingkatan Usia


1. Bayi : Affective dan sense of pleasure play
2. Toddler : Paralel & solitary play
3. Preschooler  Assosiative Play
4. Sekolah dan Adolescencecence : kooperatif play

Fungsi Bermain
Aktivitas bermain pada anak mempunyai berbagai fungsi yang mengarah kepada
rangsangan yang berkaitan perkembangan fungsi tubuhnya, diantaranya :
1. Perkembangan sensori motorik :
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan objek tertentu. Misal : mengambil dan
memegang pensil, memegang sendok dll.
2. Perkembangan kognitif :
Membantu mengenal benda-benda disekitar lingkungan anak beserta mengenal
kegunaannya (misal : mengenal bentuk, warna dll), dan membantu perkembangan
kemampuan berbahasa .
3. Mengembangkan kreativitas:
Membantu mengembangkan dan mencoba ide-ide baru. (misal : menyusun balok,
mengelompokkan warna dan jenis benda yang sama).
4. Perkembangan Sosial :
Dapat diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran
dalam kelompok, mendapat pengalaman yang berkaitan dengan perasaan. (misal:
mendapat peran ketua kelompok dll).
5. Kesadaran diri (Self awarenes) :
Bermaian dapat memberi pengalaman pada anak untuk belajar memahami kemapuan diri,
mengetahui kelemahan dan tingkah laku dirinya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral :
Dalam bermain terjadi interaksi dengan orang lain dimana anak belajar untuk bertingkah
laku agar diterima dan disenangi sesuai harapan teman, berusaha untuk menyesuaikan
dengan aturan kelompok dan belajar bertingkah laku sesuai harapan orang disekitarnya.
7. Pengobatan (terapi):
Dengan bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak (misal: perasaan marah, benci dll).
8. Komunikasi:
Bermain sebagai alat untuk mengembangkan komunikasi terutama bagi anak yang belum
dapat menyatakan secara verbal (misal dengan menggambar, bermain peran dll).

Keuntungan Bermain
• Membuang ekstra energi
• Mengoptimalkan pertumbuhan
• Meningkatkan napsu makan
• Belajar kontrol diri
• Perkembangan keterampilan
• Meningkatkan kreatifitas
• Menemukan arti benda sekitar
• Mengatasi kemarahan, kecemasan, iri dan duka
• Bergaul dengan anak lain
• Belajar menang – kalah
• Belajar aturan
• Mengembangkan intelektual

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Aktifitas Bermain Anak


• Ekstra energi
• Waktu
• Alat permainan
• Ruangan untuk bermain
• Pengetahuan cara bermain
• Teman bermain

Keseimbangan dalam bermain tidak dapat tercapai, bila :


• Kesehatan anak menurun
• Tidak ada variasi alat permainan.
• Tidak ada kesempatan belajar alat permainan.
• Tidak punya teman bermain
Bermain Untuk Anak Yang Dirawat Di Rumah Sakit
Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh stress, untuk itu anak
memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan. Media yang paling efektif
adalah melalui kegiatan permainan yang teurapeutik yang didasari oleh pandangan bahwa
bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan
tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan dan pikiran anak, mengalihkan rasa nyeri dan relaksasi. Dengan demikian
kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit (Breman, 1994).  Aktivitas bermain yang perlu dilakukan perawat pada anak di rumah
sakit :
1. Meningkatkan hubungan antara klien, keluarga dan perawat,
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan untuk mandiri. Aktivitas bermain
yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang, tetapi
juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan, pikiran cemas dan takut, sedih,
tegang, dan nyeri. 
4. Permainan yang teutapetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
melakukan tingkah laku yang positif.

Prinsip Permainan Pada Anak Di Rumah Sakit


1. Tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan
2. Tidak membutuhkan energi yang banyak
3. Harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua

Ciri Alat Permainan Anak Dibawah Usia 5 Tahun 


1. Ciri alat bermain kelompok usia 0 – 12 bulan
Tujuan
• Melatih reflek : menghisap, menggenggam
• Melatih kerjasama mata dan tangan
• Melatih kerjasama mata dan telinga
• Melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan
• Melatih mengenal sumber asal suara
• Melatih kepekaan perabaan
• Melatih keterampilan dengan gerakan berulang

Alat permainan yang dianjurkan :


• Benda yang aman untuk dimasukan mulut atau dipegang.
• Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka
• Alat permainan lunak : boneka, binatang, dll
• Alat yang digoyangkan dan kelura suara
• Selimut dan boneka

2. Ciri alat bermain kelompok usia 12 – 24 bulan


Tujuan 
• Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
• Memperkenalkan sumber suara
• Melatih mendorong dan menarik
• Melatih imajinasi
• Melatih melakukan kegiatan sehari-hari
• Kegiatannya harus menarik

Alat permainan yang dianjurkan : 


• Genderang, bola dengan pasir didalamnya.
• Alat yang dapat didorong dan ditarik
• Alat rumah tangga, balok, kardus, buku bergambar, kertas kosong, pensil, krayon, dll

3. Ciri alat bermain kelompok usia 24 – 32 bulan


Tujuan 
• Menyalurkan emosi / perasaan anak
• Mengembangkan keterampilan berbahasa
• Melatih motorik halus dan kasar
• Mengembangkan kecerdasan

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat
yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun pengembangan imajinasi pada anak. Bermain merupakan hak asasi bagi anak
usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain
bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan
kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media
bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak pra sekolah
mempunyai nilai positif terhadap perkembangan kepribadiannya.
Di bawah ini merupaka pengertian bermain menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
• Menurut Piaget (Mayesty, 1990: 42)
Piaget menyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang diulang-ulang yang
menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri sendiri.
• Buhler dan Danziger (Roger dan Sawyers, 1995: 95)
Berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan.
• Hurlock (Rita Kurnia: 2011: 2)
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau
tekanan dari pihak luar.
• Dockett dan Fleer (2000: 41-43)
Bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak akan
memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain
merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti
belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

• Brooks & Elliot (1971)


Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
• Forberg dalam Dockett dan Fleer
Forberg menyatakan bahwa “Play is direct and spontaneous activity by which children
engage with people and things arpund them pleasantly,voluntarily,imaginatively, with all
their senses, with their hands or with their whole bodies”. Berdasarkan pendapat
tersebut, Forberg mengungkapkan bahwa bermain adalah aktivitas spontan dan
langsung yang dilakukan oleh anak. Ketika anak-anak bermain anak akan berinteraksi
dengan anak lainnya dan benda-benda yang berada disekitarnya. Anak menggunakan
inderanya, tangannya bahkan seluruh tubuhnya untuk bermain dengan rasa bahagia,
sukarela atau tanpa paksaan dan dengan imajinasinya sendiri.
• Anggani Sudono
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi pada anak
• Mayke S. Tedjasaputra
Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya
saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman,
menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan – perasaan tertekan, dll

Berdasarkan beberapa pengertian bermain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela dengan ataupun tanpa
mempergunakan alat, sebagai pengalaman belajar untuk memperoleh pengetahuan
dan mengembangkan kemampuan dalam diri (anak) yang dapat menimbulkan
kesenangan/kepuasan.

B. Teori Bermain
Secara umum teori-teori tentang bermain dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Teori Klasik (abad ke-19 sampai perang Dunia I)
a. Teori Kelebihan Energi (Herbert Spencer), menyebutkan bahwa manusia mempunyai
energi lebih (energi surplus) yang digunakan untuk bermain.
b. Teori Relaksasi/Rekreasi (Schaller dan lazarus), Menyebutkan bahwa bermain
mengisi kembali energi yang telah terpakai dalam bekerja.
c. Teori Insting (Karl Groos), merupakan semacam latihan awal dimana bermain
mempersiapkan anak-anak untuk peran-peran yang akan dilakukan dikemudian hari.
d. Teori Rekapitulasi (G.Stanley Hall), mengatakan bahwa anak-anak mengulangi
aktivitas leluhurnya, karena itu pegalaman-pengalaman nenek moyang/ leluhur akan
tertampil di dalam kegiatan bermain pada anak.
2. Teori Modern (setelah perang Dunia I)
a. Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, memandang bermain sama seperti fantasi
atau lamunan. Melalui bermain ataupun fantasi seseorang dapat memproyeksikan
harapan-harapan maupun konflik serta pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal
tersebut dilakukan sebagai upaya bagi seseorang dalam memenuhi harapan yang tidak
dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata, mengatasi konflik dan pengalaman yang
tidak menyenangkan. Selain itu bermain anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan
emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga diri ketika anak dapat menguasai
tubuhnya, benda-benda serta sejumlah ketrampilan sosial.
b. Teori Perkembangan Kognitif dari Jean Piage (1963), berpendapat bahwa anak
menciptakan sendiri penengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi mereka
ketika bermain. Karena perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan
kognitif maka perkembangan kognitif anak juga mempengaruhi kegiatan bermainnya.
c. Teori dari Lev Vygotsky (1967), yang menekankan pemusatan hubungan sosial
sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Menuruta Vigotsky
bermain akan membantu perkembangan bahasa dan berpikir. Struktur mental terbentuk
melalui penggunaan tanda-tanda (signs) serta alat-alat dan bermain dapat membaarntu
pembentukan struktur tersebut. bermain juga membebaskan anak dari ikatan atau
hambatan yang didapat dari lingkungannya. Dalam hal ini bermain memberi
kesempatan pada anak untuk melakukan kontrol yang lebih besar terhadap situasi yang
dihadapi pada situasi real (sesuai realita yang ada). Anak-anak bermain menggunakan
arti-arti (meanings) tertentu karenanya anak dapat mencapai proses berpikir yang lebih
tinggi.
d. Teori dari Jerome Singer (1973) memandang bermain khayal merupakan usaha anak
untuk menggunakan kemampuan fisik dan mental guna mengatur atau mengorganisasi
pengalaman-pengalamnya. Bermain digunakan anak untuk menjelajahi dunianya,
mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan
kreativitasnya.
e. Teori dari Michael Ellis (1973) memandang bahwa bermain sebagai bentuk
pemrosesan informasi. Makhluk hidup secara menta selalu aktif, mereka terus menerus
berusaha membuat informasi yang sudah diperoleh menjadi berarti. Anak-anak
menggunakan bermain sebagai cara untuk menciptakan informasi dari dalam dirinya
sendiri melalui bermain khayal.

C. Fungsi dan Manfaat Bermain


Bagi seorang anak bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari,
karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permaianan. Melaui kegiatan
bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan
lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi,
dan mencipta sesuatu.
Papalia seorang ahli perkembangan manusia, dalam bukunya Human Development,
menyatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Banyak alasan yang
membuat anak suka bermain, beberapa diantaranya adalah kesenangan, relaksasi,
kesehatan, dan belajar. Bagi anak-anak bermain lebih merupakan suatu kebutuhan
yang mutlak ada. Jika tidak, menurut Conny R. Semiawan (2002:21), ada satu tahapan
perkembangan yang berfungsi kurang baik yang akan terlihat kelak jika anak sudah
menjadi remaja.
Kegiatan bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
seorang anak. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Hurlock (2005:323) bahwa
terdapat pengaruh bermain bagi perkembangan anak yaitu: perkembangan fisik,
dorongan berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam,
penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber belajar, rangsangan babi kreativitas,
perkembangan wawasan diri, belajar bermasyarakat, standar moral, belajar bermain
sesuai dengan peran jenis kelamin serta perkembangan ciri kepribadian yang
diinginkan.
Eheart dan Leavitt sebagaimana yang dikutip Yuliani Nurani (2010:36) berpendapat
bahwa kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak
saja pada potensi fisik tetapi pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi,
kreativitas dan pada akhirnya prestasi akademik. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Wolfgang dan Wolfgang (1992: 32-37) berpendapat bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai
dalam bermain (the value of play), yaitu bermain dapat mengembangkan keterampilan
sosial, emosional dan kognitif. Dalam kegiatan bermain terdapat berbagai kegiatan
yang memiliki dampak terhadap perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa
fungsi bermain antara lain:
1. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak,
melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik
anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya.
2. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain,
kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering bermain
pura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain. Anak juga belajar
melihat dari sisi orang lain (empati)
3. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak
seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan
sekitarnya sebagai wujud dan rasa keingintahuannya
4. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena melalui
bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan dan
berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.

Selain fungsi bermain sebagaimana yang telah di jelaskan di atas, dari hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh para ilmuwan, diperoleh temuan bahwa bermain mempunyai
manfaat yang besar bagi perkembangan anak, diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik.
Ketika bermain anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak
melibatkan gerakan-gerakan tubuh, sehingga membuat tubuh anak menjadi sehat.
selain itu, anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, dan anak juga dapat
menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan sehingga anak tidak merasa gelisah.
2. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus.
Aspek motorik kasar dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain, misalnya anak
yang bermain kejar-kejaran untuk menangkap temannya. Aspek motorik halus dapat
dikembangkan melalui kegiatan bermain mewarnai, menggambar bentuk-bentuk
tertentu atau meronce berbagai bentuk dengan variasi berbagai bahan.
3. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial.
Dengan bermain anak belajar berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal
mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun memahami apa yang diucapkan
oleh teman,sehingga hubugan dapat terbina dan dapat saling tukar informasi.
4. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Melalui
bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya dalam hidupnya sehari-
hari. Selain itu, bermain bersama sekelompok teman anak akan mempunyai penilaian
terhadap dirinya sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri, rasa percaya diri,
dan harga diri karena ia merasa mempunyai kompetensi tertentu.
5. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognitif
Pada usia dini anak diharapkan menguasai berbagai konsep seperti warna, ukuran,
bentuk, arah, besaran sebagai landasan untuk belajar menulis, bahasa, matematika,
dan ilmu pengetahuan sosial. Pemahaman konsep-konsep ini lebih mudah diperoleh
jika dilakukan melalui kegiatan bermain.
6. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan.
Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan
perabaan. Melalui kegiatan bermain kelima aspek penginderaan dapat diasah agar
anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang berlangsung di
lingknungan sekitarnya.
7. Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan olah raga dan menari.
Dalam kegiatan bermain olahraga anak melakukan gerakan-gerakan olahraga seperti
berlari, melompat, menendang dan melempar bola sehingga anak akan memiliki tubuh
yang sehat, kuat dan cekatan. Dalam kegiatan menari anak melakukan gerakan-
gerakan yang lentur dan tidak canggung-canggung sehingga anak akan memiliki rasa
percaya diri.

Bermain selain mempunyai berbagai manfaat untuk menunjang perkembangan anak,


juga dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana melakukan kegiatan bersama
anak seperti: 1). pemanfaatan bermain oleh guru sebagai alat untuk melakukan
pengamatan dan penilaian atau suatu evaluasi terhadap anak, 2). pemanfaatan
bermain sebagai media terapi/ pengobatan terhadap anak bermasalah yang
membutuhkan terapi bermain dan, 3). pemanfaatan bermain sebagai media intervensi
yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu seperti: untuk
melatih konsentrasi, melatih konsep-konsep dasar (warna, ukuran, bentuk dll), melatih
anak autisme dan keterbelakangan mental.

Dengan bermain anak dapat menilai dirinya sendiri. Kelebihan dan kekurangannya
sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif yaitu mempunyai rasa
percaya diri dan harga diri. Anak akan belajar cara bersikap dan bertingkah laku agar
dapat bekerja sama dengan orang lain, jujur, murah hati dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak Jilid II-Edisi ke 6. Jakarta: Erlangga

Soe, Dockett dan Fleed, Marilyn. 2000. Play and pedagogy in early childhood.
Australia : Harcout

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Permainan PAUD. Jakarta: Grasindo

Sugianto, Mayke. 1995. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: DEPDIKBUD


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai