Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)


TAHUN 2017

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur berkat rahmat Tuhan Yang Maha


Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2017 sebagai
wujud pertanggungjawaban dalam pelaksanaan kegiatan dapat
diselesaikan tepat waktu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, Penyusunan Laporan Kinerja ini berpedoman pada Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional Tahun 2017 memuat kegiatan yang merupakan implementasi dari
Rencana Strategis Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional 2015-2019. Pengukuran
pencapaian sasaran dilakukan dengan membandingkan antara target yang telah ditetapkan
pada penetapan indikator kinerja kegiatan dengan hasil yang dicapai Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional Tahun 2017. Dengan demikian melalui LAKIP ini diharapkan dapat
tersajikan data/informasi seberapa jauh tingkat pencapaian target kinerja berdasarkan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2017
secara efektif dan efisien dalam pengelolaan/pemanfaatan sumber daya yang dimiliki.
Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
tahun 2017 selain sebagai media pertanggungjawaban atas mandat yang diemban dan
kinerja yang telah ditetapkan, dapat menjadi sarana evaluasi atas pencapaian kinerja serta
memberi umpan balik bagi upaya perbaikan kinerja pada masa yang akan datang.

Jakarta, Januari 2018


Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional

DR. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K), M.Kes, MH.Kes


NIP. 196010251987032001

ii
IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pelayanan


Kesehatan Tradisional Tahun 2017 merupakan bentuk pertanggungjawaban atas target
kinerja kegiatan yang telah ditetapkan di dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional di tahun 2017 ini telah menetapkan dua
indikator kinerja yang masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 yaitu 1) Jumlah
Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional dengan target 3.336
Puskesmas. 2) Jumlah RS Pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
dengan target 183 RS. Secara keseluruhan, capaian kinerja Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional telah dapat memenuhi target yang ditetapkan. Dari target IKK yang
diperjanjikan capaian indikator Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan
tradisional melebihi dari target yaitu 3.410 Puskesmas atau 102,2%. Sedangkan capaian
indikator Jumlah RS Pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional juga
melebihi dari target yaitu 184 RS atau 100,5.%.
Adapun realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar Rp.
7.535.090.057,- atau 98,33% dari pagu anggaran sebesar Rp. 7.663.340.000,-
Keberhasilan capaian indikator tidak terlepas dari upaya sosialisasi, advokasi,
monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis secara berkala dan berkesinambungan baik di
pusat maupun di daerah dan dengan lintas sektor terkait.
Laporan Kinerja ini diharapkan dapat berperan sebagai potret kerja Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional sepanjang tahun 2017 dan selanjutnya dapat sebagai
sumber masukan dalam perumusan kebijakan di masa mendatang.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
IKHTISAR EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
a. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
b. Tujuan ………………………………………………………………………. 2
c. Visi dan Misi Presiden serta Nawacita ..........…………………………… 2
d. Tugas Pokok dan Fungsi ……………....................……………………… 3
e. Sistematika …………………………………………………………………. 5

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6


a. Perencanaan Kinerja ……………………………………………………… 6
b. Perjanjian Kinerja ………………………………………………………….. 7

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 9


a. Capaian Kinerja Organisasi…………………………………………….. 9
b. Realisasi Anggaran ………………………………………………………… 31

BAB IV PENUTUP 32
a. Kesimpulan …………………………………………………………………. 32
b. Saran ……………………………………………………………………….. 33

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Penetapan Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 8
2017
Tabel 2 Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional 9
Tabel 3 Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional 10
Tahun 2017

Tabel 4 Alokasi Anggaran Pusat dan Dekon Tahun 2017 30


Tabel 5 Realisasi Anggaran Pusat dan Dekon Tahun 2017 31

v
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 Persentase SDM Direktorat Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Golongan 29
Grafik 2 Persentase SDM Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Menurut 29
Pendidikan
Grafik 3 Persentase SDM Tradkom Berdasarkan Golongan Umur 30

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Penilaian Pemanfaatan Toga untuk Kategori Kota 15
Gambar 2 Penilaian Pemanfaatan Toga untuk Kategori Desa 16

Gambar 3 Penilaian Pemanfaatan Toga untuk kategori DTPK 17

Gambar 4 Penerimaan Penghargaan di JI EXPO Kemayoran 17


Gambar 5 Penerimaan Penghargaan di Solo 17
Gambar 6 Studi Banding ke B2P2TOOT Tawangmangu 18
Gambar 7 Pemberian Materi 18

Gambar 8 Kunjungan lapangan ke Industri Obat Herbal 19

Gamabr 9 Peserta dalam acara Microteaching 19

Gambar 10 Pemberian Materi Pelatihan 19

Gambar 11 Kagiatan Praktik Akupunktur sesame peserta pelatihan 20

Gambar 12 Kegiatan Praktik Akupunktur dengan pasien 20

Gambar 13 Penilaian Ilmu Kesehatan Tradisional Tiongkok 21

Gambar 14 Penilaian Chiropraksi 21

Gambar 15 Penilaian Ilmu Homoepathy 21

Gambar 16 Pijat Baduta 21

Gambar 17 Praktek Akupresur saat olahraga 21

Gambar 18 Sosialisasi Akupresur untuk honorer 22

Gambar 19 Jambore SBH 22

Gambar 20 Kunjungan Menteri Kesehatan pada pameran dalam rangka HKN ke-53 tahun 22

Gambar 21 Istithaah di Cikarang 23

Gambar 22 Peresmian taman TOGA di GERMAS 23

Gambar 23 Sidak terkait pembinaan dan pengawasan ke Jeng Ana 24

Gambar 24 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Jawa Barat 24

Gambar 25 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Jawa Tengah 24

Gambar 26 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Sumatera Utara 25

vii
Gambar 27 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Lampung 25

Gambar 28 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Sulawesi Selatan 25

Gambar 29 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Sumatera Selatan 26

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional bertujuan


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan bahwa
salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan
Tradisional. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan tradisional yang
dapat dipertanggungjawabkan, aman dan bermanfaat sebagaimana yang dinyatakan
pada pasal 59 ayat (2), maka harus selalu dibina dan diawasi oleh Pemerintah.

Tahun 2014 merupakan momentum berharga dalam pelayanan kesehatan tradisional


dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional, yang mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional. Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013, proporsi rumah tangga yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional sebesar 30,4% dengan jenis pelayanan
yang paling banyak digunakan adalah keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan
ramuan sebesar 49%, keterampilan dengan alat 7,1%, dan keterampilan dengan pikiran
2,6%. Kondisi ini menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional mempunyai
potensi yang cukup besar dan perlu mendapat perhatian yang serius sebagai bagian
dari pembangunan kesehatan nasional.

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 telah


menetapkan indikator pencapaian target penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional, yaitu jumlah puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional dan rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional. Adapun target yang ditetapkan pada tahun 2017 untuk indikator puskesmas
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional adalah 3.336 dari jumlah
puskesmas yang ada sebanyak 9767 puskesmas, sedangkan target indikator rumah
sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional sebanyak
183 dari jumlah rumah sakit pemerintah yang ada sebanyak 984 rumah sakit
pemerintah.

1
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dan sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumber daya maka setiap unit teknis/unit
utama yang merupakan unsur penyelenggara pemerintahan negara, wajib memberikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai dokumen yang
berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun
dan disampaikan secara sistematis.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, perlu disusun Laporan Akuntabilitas


Kinerja (LAK) Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang akuntabel dan transparan.

B. TUJUAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional ini, disusun
untuk memenuhi kewajiban Unit Eselon II sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
pelaksanaan kegiatan Satker Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2017
dalam kontribusinya untuk pencapaian indikator Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2015-2019.

C. VISI DAN MISI PRESIDEN SERTA NAWACITA


Pembangunan kesehatan harus dilakukan dengan pendekatan komprehensif, dengan
mengacu pada visi dan misi Presiden. Visi Presiden adalah Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Upaya untuk
mewujudkan visi ini dilakukan melalui 7 misi pembangunan, dimana pada misi ke-4
adalah mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
Dalam pembangunan nasional 2015-2019 juga dibangun kemandirian di bidang
ekonomi, berdaulat di bidang politik dan berkepribadian dalam budaya yang dikenal
dengan Trisakti. Untuk mewujudkan hal tersebut, ditetapkan 9 agenda prioritas
(Nawacita), dimana pada agenda ke-5 dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang akan dicapai melalui Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Sehat, Program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera. Program Indonesia
sehat memiliki 3 komponen yaitu: 1) Paradigma sehat; 2) Penguatan Pelayanan
Kesehatan; dan 3) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

2
D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Permenkes No. 64 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan RI menetapkan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai unit
Eselon II di Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan tradisional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional menyelenggarakan fungsi :


a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan tradisional
empiris, komplementer, dan integrasi.
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan tradisional
empiris, komplementer, dan integrasi.
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris, komplementer, dan integrasi.
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris, komplementer, dan integrasi.
e. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan tradisional
empiris, komplementer, dan integrasi.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional terdiri atas:
1. Subdirektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris;
2. Subdirektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer;
3. Subdirektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi;
4. Subbagian Tata Usaha; dan
5. Kelompok Jabatan Fungsional.

3
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional

DIREKTUR

KASUBAG TU
Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K), Mkes, MH.Kes
NIP 196010251987032001

Priatmo Triwibowo, SKM


NIP 196310251988021003

KASUBDIT KASUBDIT KASUBDIT


YANKESTRAD EMPIRIS YANKESTRAD KOMPLEMENTER YANKESTRAD INTEGRASI

dr. Yuniati Situmorang, M.Kes dr. Gita Swisari, MKM


Drs. I Gusti Bagus Sarjana, M.Kes NIP 196106181987112001
NIP 196009251981011001 NIP 197309032002122002

KASI YANKES KASI YANKES KASI YANKESTRAD KASI YANKESTRAD KASI YANKESTRAD KASI YANKESTRAD
PENYEHAT TRADISIONAL ASUHAN MANDIRI KOMPLEMENTER MANDIRI KOMPLEMENTER BERKELOMPOK INTEGRASI DI FKTP INTEGRASI DI FKTL

In Ratri Ariani Dwi K, SKM, M.Si Siti Munawaroh, SKM, M.Si drg. Puthut TPS, MKKK Haryani, SKM, MHSM dr. Aldrin Neilwan P, Sp.AK, MARS Darmayanti, SKM, MKM
NIP 196404061988122001 NIP 197206222002121001 NIP 197306021997032002 NIP 196907202009121001 NIP 196507131988022001
NIP 196305301989032002

JFT

4
E. SISTEMATIKA

Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Direktorat


Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah sebagai berikut:
- Kata Pengantar
- Ikhtisar Eksekutif
- Daftar Isi
- BAB I Pendahuluan, menjelaskan uraian singkat mengenai tujuan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional tugas pokok dan
fungsi, susunan organisasi serta sistematika penulisan laporan.
- BAB II Perencanaan Kinerja, menjelaskan mengenai penetapan kinerja dan rencana
kinerja tahunan. Pada bab ini disampaikan gambaran singkat sasaran yang ingin
dicapai Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional tahun 2017.
- BAB III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan tentang pengukuran kinerja, evaluasi
pencapaian indikator kinerja, sumber daya termasuk menguraikan keberhasilan dan
hambatan dan atau kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah
antisipatif yang akan dilaksanakan.
- BAB IV Penutup
kinerja serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan Mengemukakan
simpulan umum atas capaian untuk meningkatkan kinerja Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional
- LAMPIRAN

5
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025


mengarahkan pada prioritas upaya promotif dan preventif. Dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 terdapat Program Indonesia Sehat, yaitu
Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional
sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia berperilaku sehat, hidup dalam
lingkungan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Program Indonesia Sehat
merupakan upaya promotif dan preventif melalui kegiatan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat
(Germas).

Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional merupakan salah satu unit kerja yang
berada di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang sebagian besar
kegiatannya mengarah kepada tujuan pencapaian Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan. Kegiatan tersebut mencakup tujuan, kebijakan, strategi, indikator kinerja
dan masalah yang akan timbul dalam kurun waktu 1 tahun.

1. Tujuan
terwujudnya pembinaan, pengembangan dan pengawasan upaya kesehatan
tradisional
2. Kebijakan
a. Meningkatkan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional melalui:
1) Penyusunan NSPK;
2) Kemitraan dan permberdayaan masyarakat, lintas program dan lintas sektor,
dunia usaha, swasta dan masyarakat.;
3) Bimbingan teknis
4) Monitoring dan evaluasi
b. Meningkatkan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional melalui:
1) peningkatan kapasitas SDM dibidang kesehatan tradisional;
2) pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan tradisional;
3) penelitian, pengujian dan pengembangan kesehatan tradisional;
4) tata hubungan kerja lintas program dan lintas sektor;

6
c. Meningkatkan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan tradisional yang aman, bermanfaat dan dapat
dipertanggungjawabkan seperti :
1) Pendaftaran penyehat tradisional;
2) Memfasilitasi dalam registrasi dan perizinan Tenaga Kesehatan Tradisional
(Nakestrad);
3) Penilaian metode kesehatan tradisional oleh POKJANAS Pelayanan
Kesehatan Tradisional;
3. Strategi
Strategi pelaksanaan kesehatan tradisional mencakup :
a. Penguatan kebijakan pelayanan kesehatan tradisional
b. Penguatan sumber daya pelayanan kesehatan tradisional
c. Advokasi dan sosialisasi pelayanan kesehatan tradisional
d. Kemitraan dan pemberdayaan masyarakat.
4. Indikator kinerja
Indikator kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2017 yaitu:
a. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional.
b. Jumlah rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional.

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional telah ditetapkan dalam


dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.

Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan antara atasan dan bawahan menjadi
kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai
upaya mendukung terwujudnya pelayanan kesehatan tradisional yang aman, bermanfaat
dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perjanjian penetapan kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Direktorat


Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2017 yang telah ditandatangani bersama oleh
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan pada 6 Januari 2017. Indikator tersebut adalah
sebagai berikut :

7
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET

Meningkatnya Pembinaan, 1. Jumlah Puskesmas yang


Pengembangan dan menyelenggarakan 3336 Puskesmas
Pengawasan Upaya kesehatan tradisional
Kesehatan Tradisional
2. Rumah Sakit Pemerintah
yang menyelenggarakan 183 RS
kesehatan Tradisional
Tabel 1. Penetapan Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2017

B.1. DEFINISI OPERASIONAL

1. Puskesmas
Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional terhadap masyarakat di
wilayah kerjanya yang memenuhi salah satu kriteria dibawah ini :

a. Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sudah dilatih yankes tradisional;


b. Puskesmas yang melaksanakan asuhan mandiri pelayanan kesehatan tradisional
ramuan dan keterampilan;
c. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan pembinaan meliputi pengumpulan data
Pelayanan kesehatan tradisional, fasilitasi registrasi/perizinan dan bimbingan
teknis serta pemantauan pelayanan kesehatan tradisional.

2. Rumah Sakit Pemerintah


Rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional yang
memenuhi salah satu kriteria :

a. Memberikan pelayanan kesehatan tradisional oleh tenaga kesehatan yang


kompeten sesuai peraturan perundangan
b. Memiliki tenaga kesehatan terlatih kesehatan tradisional sesuai peraturan
perundangan

8
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Dalam mengukur capaian indikator kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional,


Tahun 2017 didasarkan pada ketentuan sebagai berikut :
1. Angka maksimum capaian indikator adalah jumlah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional terhadap masyarakat di wilayah kerjanya,
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Capaian IKK = Jumlah kumulatif Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan
tradisional.
2. Angka maksimum capaian indikator rumah sakit adalah jumlah rumah sakit
pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional, dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Capaian IKK = Jumlah kumulatif rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan
Kesehatan tradisional.

Indikator kinerja yang harus dicapai oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional,
sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 disajikan
pada tabel di bawah ini :

2015 2016 2017 2018 2019


NO INDIKATOR
target capaian target capaian target capaian target capaian target capaian
1 Puskesmas yang
menyelenggarakan
15 % 15,7% 25 % 25,99% 3336 3410 4236 5136
kesehatan
(1532) (2436) (2949)
tradisional

2 Jumlah Rumah
Sakit Pemerintah
yang 153
menyelenggarakan - - (base 153 183 184 213 243
kesehatan line)
tradisional

Tabel.2. Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional

9
1. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2017
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI dalam bidang
pelayanan kesehatan tradisional, maka capaian yang telah dilaksanakan oleh
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

NO. INDIKATOR RENSTRA


Target Realisasi %

1 Jumlah Puskesmas yang


menyelenggarakan kesehatan tradisional 3336 3410 102,2

2 Jumlah RS Pemerintah yang


menyelenggarakan kesehatan tradisional 183 184 100,5

Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2017

Dari Tabel capaian indikator kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan


Tradisional menunjukkan bahwa dari indikator tersebut secara umum sudah melebihi
target yang telah ditetapkan.

2. Analisis Capaian Indikator Kinerja


Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
a. Kondisi yang dicapai dari Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan
tradisional dengan target Renstra 2017 sebesar 3336 Puskesmas, telah tercapai
sebesar 3410 Puskesmas (102,2%) dari target Renstra atau 34,91% dari total
Puskesmas (9767 Puskesmas). Keberhasilan capaian indikator tidak terlepas
dari upaya sosialisasi, advokasi, monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis
secara berkala dan berkesinambungan baik di pusat maupun di daerah dan
dengan lintas sektor terkait.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional melakukan penambahan Indikator
Renstra di Tahun 2017 dengan memasukkan indikator jumlah RS Pemerintah
yang menyelenggarakan kesehatan Tradisional dengan target sebanyak 183
RS. Capaian target dalam tahun 2017 telah melebihi target yaitu 184 dari jumlah
rumah sakit pemerintah yang ada sebanyak 984 rumah sakit pemerintah.
Kondisi tersebut didukung dengan adanya kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang target capaian yang dilakukan oleh masyarakat, seperti dalam
bidang pendidikan dan pelayanan.

10
b. Dalam upaya pencapaian indikator kinerja tersebut, Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional, telah melaksanakan berbagai kegiatan di antaranya:

1) Penyusunan NSPK
a) Subdit Yankestrad Empiris :
(1) Instrumen Pengumpulan Data Indikator Direktorat Yankestrad
(2) Kurikulum dan Modul TOT Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional
melalui Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
(3) Petunjuk Teknis Penilaian Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan
Keterampilan
(4) Instrumen Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan
Tradisional.
(5) Buku Saku jilid I Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Melalui
Pemanfaatan TOGA dan Akupresur dengan judul Petunjuk Teknis
TOGA dan Akupresur
(6) Keputusan Menteri Kesehatan tentang Tim Penilai Kelompok Asuhan
Mandiri Pelayanan Kesehatan Tradisional
(7) Keputusan Dirjen tentang tentang pemenang penilaian kelompok
asuhan mandiri kesehatan tradisional Tingkat Nasional tahun 2017
(8) Kriteria penetapan perkumpulan/ Asosiasi Hattra pemberi
rekomendasi bagi anggotanya (draft)

b) Subdit Yankestrad Komplementer :


(1) Rekomendasi Pokjanas Pelayanan Kesehatan Tradisional tentang
Ilmu Kesehatan Tradisional Tiongkok
(2) Rekomendasi Pokjanas Pelayanan Kesehatan Tradisional tentang
Chiropraksi
(3) Rekomendasi Pokjanas Pelayanan Kesehatan Tradisional tentang
Homeopati (draft)
(4) Pedoman Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional (draft)
(5) Standar Pelayanan Akupunktur Bagi Lulusan DIII Akupunktur (draft)
(6) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/187 Tahun
2017 tentang Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia
(FROTI)
(7) Petunjuk teknis penilaian metode Yankestrad (draft)
(8) Pedoman Yankestrad Komplementer (draft)

11
c) Subdit Yankestrad Integrasi :
(1) Permenkes No 37 Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi
(2) Standar Pelayanan Akupunktur Bagi Tenaga Medis (draft)
(3) Standar Pelayanan Akupresur Bagi Tenaga Kesehatan (draft)
(4) Kurikulum dan Modul Peran Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam
Kedaruratan Medik (draft)

2) Kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk penguatan pelayanan


kesehatan tradisional
Kegiatan kerjasama lintas program dan lintas sektor dilaksanakan dalam
rangka penyusunan NSPK, pengembangan kebijakan, peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan, verifikasi penilaian capaian program kesehatan tradisional
serta pembinaan dan pengawasan kesehatan tradisional.
Lintas program yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain seluruh unit
eselon II di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan, Direktorat PTM,
Direktorat Promkes, Direktorat Prodis Kefarmasian, Direktorat Prodis Alkes,
Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Badan PPSDMK, Pusat II dan
B2P2TOOT Badan Litbangkes, BKTM, LKTM, Biro Hukum dan Organisasi,
dan Biro Komyanmas.
Lintas sektor yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain IDI, Departemen
Medik Akupunktur FKUI-RSCM, SP3T, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit, Badan POM, MTKI,
Perkumpulan/Asosiasi, Organisasi Profesi, Organisasi Masyarakat, dan
Kementerian lain serta KPI.
Kegiatan yang melibatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
tersebut adalah:
a) Subdit Yankestrad Empiris
(1) Koordinasi LP/LS dalam rangka bimbingan dan pengawasan penyehat
tradisional
(2) Koordinasi LP/LS terkait dengan pengesahan pendirian badan hukum
perkumpulan penyehat tradisional
(3) Sosialisasi Asuhan Mandiri melalui Akupresur di lingkungan unit utama
Kementerian Kesehatan
(4) Updating Data dan Informasi Pelayanan Kesehatan Tradisional.
(5) Persiapan verifikasi lapangan penilaian kelompok Asman melalui
pemanfaatan TOGA dan Akupresur.
12
(6) Pembahasan hasil verifikasi lapanagan penilaian kelompok Asman
melalui pemanfaatan TOGA dan Akupresur
(7) Persiapan lomba ramuan dalam rangka HKN.
(8) Forum komunikasi dengan Asosiasi Penyehat Tradisional

b) Subdit Yankestrad Komplementer :


(1) Penilaian Ilmu Kesehatan Tradisional Tiongkok
(2) Penilaian Ilmu Chiropraksi
(3) Penilaian dan Pendalaman Keilmuan Homoeopathy
(4) Pembahasan Kewenangan Pelayanan dan Pembiayaan Akupunktur
yang Dilaksanakan oleh Tenaga Akupunktur lulusan DIII
(5) Pembahasan Mekanisme RPL Tenaga Akupunkturis
(6) Proses persetujuan proposal Penapisan SP3T Tahun 2017
(7) Penataan Lulusan D3 Jamu dan D3 Battra

c) Subdit Yankestrad Integrasi :


(1) Rapat Persiapan TOT Peningkatan Kapasitas Dokter dalam
Pelayanan Medik Obat Herbal
(2) Rapat Persiapan Peningkatan Kapasitas Dokter dalam Pelayanan
Medik Akupunktur
(3) Rapat Pembahasan Peran dan Fungsi Apoteker Saintifikasi Jamu
(4) Rapat Evaluasi Penyelenggaraan Program Yankestrad Integrasi di
FKTP
(5) Rapat Evaluasi Penyelenggaraan Program Yankestrad Integrasi di
FKTL
(6) Rapat Peran Kesehatan Tradisional dalam Kedaruratan Medik
(7) Rapat Pembahasan Pelayanan Akupunktur dalam JKN
(8) Rapat Brainstorming Istithaah Kesehatan Haji
(9) Rapat Brainstorming Konsep TOGA di Rumah Sakit

3) Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional melalui


Pemanfaatan TOGA dan Akupresur Tingkat Nasional, meliputi:
a) Indikator Input :
(1) Kebijakan
(2) Pembiayaan
(3) Ketenagaan
(4) Kemitraan
13
b) Indikator Proses :
(1) Perencanaan
(2) Koordinasi
(3) Sosialisasi
(4) Orientasi
(5) Penyuluhan
(6) Pembinaan
(7) Pendampingan
(8) Pencatatan
c) Indikator output :
(1) Setiap keluarga dalam kelompok binaan di Kelurahan, desa, serta
daerah terpencil dan sangat terpencil memiliki TOGA.
(2) Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader.
(3) Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan keluarga binaan.
(4) Adanya keluarga yang memanfaatkan TOGA untuk asuhan mandiri
kesehatan.
(5) Adanya jumlah kelompok asuhan mandiri.
(6) Adanya upaya dalam menambah penghasilan keluarga.
(7) Adanya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
TOGA.
Nilai tambah diberikan bila suatu daerah mempunyai inovasi:
(8) Adanya kegiatan menggali jenis tanaman obat asli/spesifik daerah
setempat.
(9) Adanya hasil olahan pemanfaatan TOGA yang belum pernah ada
sebelumnya.
(10) Adanya teknologi baru yang digunakan dalam pengembangan dan
pemanfaatan TOGA.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/Menkes/274/2017
tentang panitia Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional
melalui pemanfaatan taman obat keluarga dan akupresur tingkat Nasional
tahun 2017 maka dilakukan kegiatan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Verifikasi Dokumen Penilaian Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
Jumlah dokumen yang diverifikasi sebanyak 30 Dokumen dari 18 Provinsi
sehingga diperoleh 12 nominasi yang terdiri dari 4 provinsi kategori desa, 4
provinsi kategori kota, 4 provinsi kategori DTPK.

14
2) Pelaksanaan Penilaian
Dalam pelaksanaan penilaian Pemanfaatan TOGA dan Akupresur dibagi
menjadi 3 kategori.
a) Kategori Kota
(1) Provinsi Banten
(2) Provinsi Sumatera Barat
(3) Provinsi Bangka Belitung
(4) Provinsi Gorontalo

Gambar 1. Penilaian Pemanfaatan TOGA untuk Kategori Kota


b) Kategori Desa
(1) Provinsi Kepri
(2) Provinsi Bali
(3) Provinsi Jawa Timur
(4) Provinsi Sulawesi Utara

15
Gambar 2. Penilaian Pemanfaatan Toga Untuk Kategori Desa
c) Kategori DTPK
(1) Provinsi Riau
(2) Provinsi Maluku
(3) Provinsi NTB
(4) Provinsi Sulawesi Tenggara

16
Gambar 3. Penilaian Pemanfaatan Toga untuk kategori DTPK

3) Penerimaan Penghargaan Oleh Dirjen Pelayanan Kesehatan


Penerimaan penghargaan diberikan dua tahap

Tahap pertama penghargaan diberikan kepada para pemenang pertama


kategori desa, kota dan DTPK, yang diserahkan pada puncak HKN ke 53 di
JI Expo Kemayoran Jakarta dan tahap ke dua di Kota Solo

Gambar 4. Penerimaan Penghargaan di JI EXPO Kemayoran

Gambar 5. Penghargaan dilakukan di Solo

17
4) Studi Banding ke B2P2TOOT Tawangmangu
Studi banding dihadiri oleh 2 orang kader dari masing masing kelompok
pemenang dan pendamping dari 12 provinsi yang menjadi pemenang,
sejumlah peserta studi banding sebanyak 98 peserta.

Gambar 6. Studi Banding ke B2P2TOOT Tawang mangu

5) TOT Peningkatan Kapasitas Dokter dalam Pelayanan Medik Herbal

Gambar 7. Pemberian Materi

18
Gambar 8. Kunjungan lapangan ke Industri Obat Herbal

Gambar 9. Peserta dalam acara kegiatan Microteaching

6) Peningkatan Kapasitas Dokter dalam Pelayanan Medik Akupunktur


bekerjasama dengan Kolegium Akupunktur Indonesia (KAI) dan
FKUI-RSCM

Gambar 10. Pemberian Materi Pelatihan

19
Gambar 11. Kegiatan Praktik Akupunktur sesama peserta pelatihan.

Gambar 12. Kegiatan Praktik Akupunktur dengan pasien.

7) Kegiatan POKJANAS
Pokjanas Yankestrad ditetapkan berdasarkan Keputusan Menkes No.
HK.02.02/Menkes/263/2016. Pokjanas yankestrad mempunyai fungsi
memberikan pertimbangan kepada Menkes dalam menetapkan kebijakan di
bidang Yankestrad.
Rekomendasi yang dibahas sepanjang tahun 2017 yaitu:
a) Tambahan Penjelasan Atas Rekomendasi Penilaian Penyelenggaraan
Chiropraksi di Indonesia, Pernyataan dari PERDOSRI-IDI dan PP-
Kestraki
b) Pendalaman Materi Dalam Rangka Penilaian Ilmu Kesehatan Tradisional
Tiongkok
c) Pendalaman Materi Dalam Rangka Penilaian Ilmu Homoeopathy

20
Gambar 13. Penilaian Ilmu Kesehatan Gambar 14. Penilaian Chiropraksi
Tradisional Tiongkok

Gambar 15. Penilaian Ilmu Homoepathy


8) Kegiatan Pendukung Pelayanan Kesehatan Tradisional
a) Pijat Baduta

Gambar 16. Pijat Baduta


b) Praktek Akupresur saat olahraga

Gambar 17. Praktek Akupresur saat olahraga

21
c) Sosialisasi Akupresur untuk honorer

Gambar 18. Sosialisasi Akupresur untuk honorer

d) Jambore SBH

Gambar 19. Jambore SBH

e) Pameran Pelayanan Kesehatan Tradisional (Bu Menteri)

Gambar 20. Kunjungan Menteri Kesehatan pada pameran dalam rangka HKN
ke 53 tahun.

22
f) Istithaah di Cikarang

Gambar 21. Istithaah Haji di Cikarang


g) Peresmian taman TOGA di GERMAS

Gambar 22. Peresmian taman TOGA di GERMAS

23
h) Sidak Binwas ke Jeng Ana

Gambar 23. Sidak terkait pembinaan dan pengawasan ke Jeng Ana


i) Sosialisasi Yankestrad
a) Provinsi Jawa Barat

Gambar 24. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Jawa


Barat
b) Provinsi Jawa Tengah

Gambar 25. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Jawa


Tengah

24
c) Provinsi Sumatera Utara

Gambar 26. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi


Sumatera Utara
d) Provinsi Lampung

Gambar 27. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi


Lampung
e) Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 28. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi


Sulawesi Selatan

25
f) Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 29. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi


Sumatera Selatan

c. Faktor pendukung keberhasilan.

Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian indikator tersebut


antara lain :
1) Dukungan peraturan Perundang- undangan antara lain :
 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
 UU No.36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
 PP No.103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional,
 PP No.47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
 PMK No 9 Tahun 2016 tentang Asuhan Mandiri,
 PMK No 61 Tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris,
 PMK No 37 Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi.
2) Dukungan biaya ( APBN)
3) Sosialisasi, advokasi, monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis secara
berkala dan berkesinambungan baik di pusat maupun di daerah dan dengan
lintas sektor terkait.
4) Kerja sama Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian dan TP-PKK
Pusat serta lintas program di Kemenkes RI dalam melakukan penilaian
pemanfaatan TOGA, melakukan kerja sama dengan Kementerian Pariwisata
dalam melakukan pembinaan terhadap Pelayanan SPA serta melakukan

26
kerjasama dengan Asosiasi Penyehat Tradisional dalam melakukan
pembinaan terhadap Penyehat Tradisional.
5) Meningkatnya kecenderungan masyarakat dunia dalam menerapkan gaya
hidup kembali ke alam (back to nature).
6) Terlaksananya seluruh kegiatan yang telah direncanakan.
7) Adanya dukungan beberapa Pemerintah Daerah Provinsi maupun
Kabupaten/Kota terhadap pengembangan pelayanan kesehatan tradisional
melalui dukungan anggaran pembiayaan APBD program pelayanan
kesehatan tradisional.

d. Faktor yang berpotensi menghambat keberhasilan


1. Minimnya alokasi anggaran.
2. Adanya efisiensi alokasi anggaran.
3. Perubahan kebijakan di pusat dan di daerah yang mendukung program
kesehatan tradisional.
4. Tidak optimalnya pelaksanaan sosialisasi, advokasi, monitoring, evaluasi, dan
bimbingan teknis secara berkala dan berkesinambungan baik di pusat
maupun di daerah dan dengan lintas sektor terkait.
5. Pelayanan kesehatan tradisional tidak masuk dalam sistem pembiayaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

e. Perbandingan Capaian Antar Tahun


Target pencapaian indikator kerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional,
di mana Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional
pada tahun 2016 bila dibandingkan dengan 2017 secara nominal meningkat dari
2925 menjadi 3336 .

Pada triwulan ke II tahun 2017 Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional


mendapatkan penambahan indikator yaitu jumlah rumah sakit pemerintah yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional sebesar 183. Hasil
pencapaian target Renstra pada tahun 2017 diperoleh jumlah RS yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional sebesar 184.

Upaya untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan tradisional antara lain:


1. Membuat NSPK di bidang Yankestrad.
2. Terbentuknya fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (Griya Sehat).
3. Terbentuknya dan berkembangnya program studi profesi tenaga kesehatan
tradisional.
27
4. Mengoptimalkan dan mengevaluasi tugas dan fungsi SP3T.
5. Pembinaan dan bimbingan teknis dari pusat ke daerah perlu dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan.
6. Peningkatan kemampuan Dinas Kesehatan Provinsi dalam melakukan
pembinaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
7. Pembiayaan pelayanan kesehatan tradisional dalam era JKN di fasilitas
pelayanan kesehatan.
8. Meningkatkan komitmen daerah dalam mendukung pembiayaan untuk
pelaksanaan program kesehatan tradisional.
9. Mendorong tenaga kesehatan yang sudah dilatih kesehatan tradisional untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional
10. Dukungan ketersediaan alat perkantoran (komputer, laptop, printer, LCD)
untuk menunjang kelancaran pekerjaan di kantor.
11. Mendorong terbentuknya pendidikan kesehatan tradisional Indonesia
(kestraindo) yang menghasilkan tenaga kesehatan tradisional profesi.
12. Melakukan koordinasi dengan unit pelaksana teknis terkait pelayanan
kesehatan tradisional.
13. Peningkatan kapasitas SDM Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
dalam menunjang pencapaian kinerja.

3. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya


a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang ada pada Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional,
pada tahun 2017 yaitu sebanyak 47 orang PNS dan 6 orang pramubakti.
Adapun gambaran distribusi tenaga di Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
Tahun 2017 menurut golongan, pendidikan, dan kelompok umur sebagaimana
uraian berikut ini :
1). Pangkat/Golongan
Jumlah SDM Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional menurut
Pangkat/Golongan adalah sebagai berikut :
a). Golongan IV : 14 Orang
b). Golongan III : 32 Orang
c). Golongan II : 1 Orang
d). Pramubakti : 6 Orang

28
Grafik 1. Persentase SDM Direktorat Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Golongan

2). Pendidikan
Jumlah Sumber Daya Manusia Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional,
dilihat dari jenis pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Strata III : 2 Orang
b) Strata II : 16 Orang
c) Strata I : 27 Orang
d) D3 : 3 Orang
e) SLTA : 4 Orang

Grafik 2. Persentase SDM Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Menurut


Pendidikan

29
3) Kelompok umur
Demikian halnya jika dilihat menurut Umur maka jumlah Sumber Daya
Manusia Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, sebagai berikut :

1) < 30 tahun : 5 Orang


2) 31 - 40 tahun : 18 Orang
3) 41 - 50 tahun : 13 Orang
4) > 51 tahun : 17 Orang

Grafik.3 Persentase SDM Tradkom Berdasarkan Golongan Umur

b. Sumber Daya Anggaran


Alokasi anggaran untuk kegiatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
tahun anggaran 2017 adalah.

NO. KEWENANGAN ALOKASI


1. PUSAT 7.663.340.000
2. DEKON 9.342.914.000
JUMLAH 17.006.254.000
Tabel 4. Alokasi Anggaran Pusat dan Dekon Tahun 2017

c. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang ada di Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional,
sampai dengan Tahun Anggaran 2017 dapat dilihat dalam lampiran.

30
B. REALISASI ANGGARAN

NO. KEWENANGAN ALOKASI REALISASI %


1. PUSAT 7.663.340.000 7.535.090.057 98.33
2. DEKON 9.342.914.000 8.053.964.249 86.20

JUMLAH 17.006.254.000 15.589.054.306 91.66

Tabel 5. Realisasi Anggaran Pusat dan Dekon Tahun 2017


Realisasi anggaran kantor pusat sebesar 98.33%. Sedangkan Realisasi dana
dekonsentrasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional tahun 2017 adalah sebesar
86.20 % dengan realisasi penyerapan dana dekonnya diatas rata-rata (86.20%) adalah
provinsi Riau, Kaltara, Malut, Jatim, Bengkulu, NTT, Gorontalo, NTB, Banten, Sulut,
Sumut, Babel, Jateng, DKI Jakarta, Sumsel, Jabar, Kaltim, Sulteng dan Papua dan
realisasi dibawah rata-rata adalah propinsi Sumbar, Kepri, DI Yogyakarta,Jambi, Bali,
Kalteng, lampung, Aceh, Maluku, Sulbar, Kalsel, Sultra, Sulsel, Papua Barat, Kalbar.
Besarnya penyerapan tersebut selain dikarenakan dukungan kebijakan wilayah
setempat juga di dukung oleh kegiatan – kegiatan yang memiliki daya ungkit tinggi
dalam menjamin keberhasilannya.

31
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional ini merupakan laporan pertanggungjawaban pencapaian
indikator kinerja tahun 2017.
2. Capaian indikator bersumber dari dua capaian indikator RENSTRA yaitu Puskesmas
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional dan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional.
3. Target indikator RENSTRA yang terkait capaian di Puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional untuk tahun 2017 sebanyak
3336 Puskesmas, saat ini sudah mencapai sebanyak 3410 Puskesmas atau 102.2%,
sedangkan untuk target Rumah Sakit Pemerintah yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tradisional sebanyak 183 Rumah Sakit saat ini sudah
mencapai 184 Rumah Sakit atau 100,5%.
4. Dalam rangka Perencanaan Kinerja, Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
mengacu kepada Program Indonesia Sehat.
5. Untuk mendukung pencapaian target dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait yang dilaksanakan
dalam rangka penyusunan NSPK,
b. Pengembangan kebijakan regulasi pelayanan kesehatan tradisional
c. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan,
d. Verifikasi penilaian capaian program kesehatan tradisional serta pembinaan dan
pengawasan kesehatan tradisional
e. Dukungan Pokjanas dalam memberikan rekomendasi pelayanan kesehatan
tradisional
6. Untuk mencapai kinerja yang optimal perlu dibuat perencanaan dan perjanjian
kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional antara atasan dan bawahan.
7. Adanya faktor yang berpotensi menghambat keberhasilan antara lain :
a. Minimnya alokasi anggaran.
b. Adanya efisiensi alokasi anggaran.
c. Perubahan kebijakan di pusat dan di daerah yang mendukung program
kesehatan tradisional.

32
d. Tidak optimalnya pelaksanaan sosialisasi, advokasi, monitoring, evaluasi, dan
bimbingan teknis secara berkala dan berkesinambungan baik di pusat maupun di
daerah dan dengan lintas sektor terkait.
e. Pelayanan kesehatan tradisional tidak masuk dalam sistem pembiayaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).

B. SARAN
Untuk mendukung capaian dan target indikator program pelayanan kesehatan tradisional
di masa yang akan datang, perlu dilakukan upaya - upaya sebagai berikut :
1. Besaran anggaran disesuaikan dengan kebutuhan program.
2. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan di bidang pelayanan kesehatan
tradisional.
3. Pendidikan profesional berkelanjutan bagi tenaga kesehatan terlatih kesehatan
tradisional.
4. Penguatan komitmen pemangku kebijakan.
5. Peningkatan koordinasi pusat dan daerah dalam pengembangan program pelayanan
kesehatan tradisional.
6. Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait dalam mendukung
capaian indikator program pelayanan kesehatan tradisional.
7. Mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional dalam hal ketersediaan
tenaga yang kompeten, sarana dan prasarana.
8. Terbentuknya fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (Griya Sehat).
9. Memasukan pelayanan kesehatan tradisonal dalam sistem pembiayaan JKN.

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini tentunya bermanfaat sebagai bahan penilaian


dalam upaya pemantauan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan program
pembinaannya di masa mendatang. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat
dijadikan dasar bagi penyusunan Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
pada khususnya dan Kementerian Kesehatan pada umumnya, dalam rangka mewujudkan
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.

33
34
35
36

Anda mungkin juga menyukai