Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

 A.  Latar Belakang

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di


seluruh dunia, meskipun dengan  berbagai macam istilah atau nama. Dengan
adanya penyempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan kepribadian
tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma baru, yaitu
pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila. Sehingga seluruh penerus
bangsa Indonesia bisa memahami arti dari Negara yang memiliki hukum dan
arti dari hak asasi manusia sehingga bisa saling menghargai satu sama lainnya
Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi,
yaitu pertama,hukum administrasi umum (allgemeem deel) , Yakni berkenaan dengan
teori-teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum
administrasi,tidak terikat pada bidang-bidang tertentu , kedua hukum administrasi
khusus (bijzonder deel) , yakni hukum-hukum yang terkait dengan bidang-bidang
pemerintahan tertentu seperti hukum lingkungan, hukum tata ruang , hukum kesehatan
dan sebagainya. Sekilas Tentang Negara Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia
tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan. Oleh
karena itu , meskipun konsep Negara hukum dianggap sebagai konsep universal.
Secara embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh plato.Ada tiga
unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu peratama, pemerintah dilaksanakan
untuk kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum yang
berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum,bukan yang dibuat secara sewenang-
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah
berkonstitusi berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak rakyat,bukan berupa
paksaan – tekanan yang dilaksanakan pemerintah despotik.Dalam kaitannya dengan
konstitusi bahwa konstitusi meupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan
menentukan apa yang dimaksudkan dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari
setiap masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna Indonesia sebagai Negara Hukum?
2. Bagaimanakah hubungan Negara Hukum dengan Ham?
3. Bagaimana menerapkan prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya sebagai
warga negara?
4. Bagaimana mendukung penegakkan Ham di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna Indonesia sebagai Negara Hukum
2. Untuk mengetahui Hubungan Negara Hukum dengan Ham
3. Untuk mengetahui prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya sebagai warga
negara
4. Untuk mengetahui penegakkan Ham di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Negara Indonesia sebagai Negara Hukum

Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material
tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi
bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya
secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif. Makna
negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum
nasional Indonesia  harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif.
Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat
yang dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai
pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan
dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya
selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini
menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya
mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan
kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat. Dasar pijakan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3
UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara,
bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu
sebagai berikut :

1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara


Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan perumusan diatas, Negara indonesia memakai sistem


Rechsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep mukum Belanda yang
termaksud dalam wilayah Eropa kontinental. Konsepsi negara hukum
Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada
Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang
Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945,
yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

3
Negara Hukum indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip
sebagai berikut:

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar


nasional.
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27
(1) UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-
J UUD 1945).

B. Hubungan Negara Hukum dengan Ham

Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat


yang sempurna (a perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu
masyarakat  sempurna yang para anggotanya mentaati aturan yang sudah
berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah
kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu
adanya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat
itu. Saling menghargai hak sesama anggotamasyarakat. Kelengkapan secara
eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai
bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini
pengertian negara seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan
internal dan eksternal, there exists onlyone perfect society in the natural order,
namely  the state (Henry J. Koren(1995:24).

Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam


ragam formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles.
Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya karena perbedaan cara-
cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu
bentuk masyarakat yang sempurnya. Teori klasik menginspirasikan lahirnya
teori modern tentang negara, kemudian dikenal istilah negara hukum. Istilah
negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata Rechtsstaat atau Rule
of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan istilah
Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon menggunakan istilah Rule of Law.
Di Indonesia, istilah  Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan

4
istilah “Negara Hukum” (Winarno, 2007). Gagasan negara hukum di Indonesia
yang demokratis telah dikemukakan oleh para pendiri negara Republik
Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu
abad yang lalu.

Pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia


(Hindia Walaupun Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan
Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana hak
politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi cita-cita negara hukum yang
demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para
perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang
mengatakan cita negara hukum yang demokratis pertama kali dikemukakan
dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa
menyesatkan. Para pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan
negara hukum. Ketika para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI tanggal  
28 Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep
Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-
sidang tersebut dikemukakan istilah rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr.
Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant ara, 2010:2). Dalam sidang–
sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif tentang
ketatanegaraan seperti: negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh para
pendiri negara.

Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad


bersama untuk merdeka, jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi
(nasionalisme) dari para pendiri negara, menjunjung tinggi azas kepentingan
bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Semangat cita negara hukum para
pendiri negara secara formal dapatditemukan dalam setiap penyusunan
konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 danUUDS 1950. Dalam konstitusi –
konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasalyang termuat  dalam Deklarasi
Umum HAM PBB tahun 1948. Hal itumenunjukkan bahwa ketentuan-
ketentuan tentang penghormatan, danperlindungan HAM perlu dan penting unt
uk dimasukkan ke dalam konstitusinegara (Abdul Hakim G Nusantara,
2010:2)Pengertian negara hukum selalu menggambarkan
adanyapenyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas
hukum. Pemerintah dan unsur unsur lembaga di dalamnya dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut Mustafa
Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasihukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketert iban hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia
sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945
(amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep
negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan
terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan. Menurut

5
Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam
konsep negara hukum dalam arti material atau negara hukum dalam arti luas
Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai t ujuan bernegara
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia IV.
Bahwasannya, negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut 
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi
keberadaan negara hukumIndonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV
Pasal 33 dan Pasal 34UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan
bertanggungjawab atasperekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

1. Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Pribadi/ Personal Right:

A. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah


tempat
B. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
C. Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau
perkumpulan
D. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan
agama dan kepercayaan dan diyakini masing-masing

2.     Hak Asasi Politik / Political Right:

A.  Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.


B. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
C. Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan
i. organisasipolitik lainnya.
D. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3.     Hak Asasi Hukum / Legal Equality Right:

A. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan


B. pemerintahan.
C. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns.
D. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4.     Hak Asasi Ekonomi / Property Rigths:

A. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.


B. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
C. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-
piutang, dll.

6
D. Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.
E. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5.      Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:

A. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.


B. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan   dan penyelidikan di mata hukum.

6.      Hak Asasi Sosial Budaya / Social Culture Right:

A. Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.


B. Hak mendapatkan pengajaran.
C. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan
bakatdan minat.

Jenis-Jenis HAM

Isi UUD 1945 sebelum dilakukan perubahan (amandemen) mengatur hak asasi
manusia dalam 7 pasal antara lain adalah pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34.
Namun setelah UUD 1945 dilakukan perubahan (amandemen) maka ada
bagian khusus tentang hak asasi manusia yaitu dengan rincian sebagai berikut:

Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

Pasal 28 B

1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan


melalui perkawinan yang sah
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28 C

1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya,


berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.

7
Pasal 28 D

1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian


hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam


pemerintahan. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28 E

1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,


memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.

2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan


pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

3. Setiap orang berhak atas kebebasab berserikat, berkumpul, dan


mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi


untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.

Pasal 28 G

1. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.

8
Pasal 28 H

1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.

2. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk


memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.

3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan


pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat

4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

Pasal 28 I

1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.

2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif itu.

3. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan


perkembangan zaman dan peradaban.

4. Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi


manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan


prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.

Pasal 28 J

1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

9
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang dijalankan.

Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak
azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis.
Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya
hak azasi manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya
perlindungan hukum terhadap hak azasi manusia adalah bahwa hak azasi
manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang yang keberadaannya sejak
berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian Tuhan, negara wajib
melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara
yuridis didasarkan pada UUD Negara RI 1945.

C. Prinsip Negara Hukum dalam kehidupan sebagai Warga Negara

Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19


cenderungmengarah pada konsep negara hukum formal, yaitu pengertian
negara hukumdalam arti sempit. Dalam Prinsip ini negara hukum diposisikan
ke dalamruang gerak dan peran yang kecil atau sempit. Seperti dalam uraian
terdahulunegara hukum dikonsepsikan sebagai sistem penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan
unsur - unsur lembaganya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat
oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan pasif. Dalam
dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara
hukum dalam arti material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah
terkait dengan tuntutan dan dinamika perkembangan jaman. Prinsip Negara
Hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki sejumlah
ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :

1. HAM terjamin oleh undang-undang.


2. Supremasi hukum.
3. Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum.
4. Kesamaan kedudukan di depan hukum.
5. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
6. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.
7. Pemilihan umum yang bebas.
8. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

D. Upaya peneggakan Ham di Indonesia

Upaya penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan politik.
Maksudnya terhadap berbagai pelanggaran HAM maka upaya menindak para
pelaku pelanggaran diselesaikan melalui Pengadilan HAM bagi pelanggaran
HAM berat dan melalui KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi). 

10
Upaya penegakan Ham melalui jalur pengadilan Ham mengikuti ketentuan-
ketentuan antara lain, sebagai berikut:

1. Kewenangan memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi


manusia yang berat tersebut di atas oleh Pengadilan HAM tidak berlaku
bagi pelaku yang berumur di bawah 18 tahun pada saat kejahatan
dilakukan. 
2. Terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum
diundangkan UURI No.26 Tahun 2000, diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM adhoc. Pembentukan Pengadilan HAM ad hoc diusulkan
oleh DPR berdasarkan pada dugaan telah terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yang dibatasi pada tempat dan waktu perbuatan
tertentu (locus dan tempos delicti ) yang terjadi sebelum diundangkannya
UURI No. 26 Tahun 2000. 
3. Agar pelaksanaan Pengadilan HAM bersifat jujur, maka pemeriksaan
perkaranya dilakukan majelis hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5
orang. Lima orang tersebut, terdiri atas 2 orang hakim dari Pengadilan
HAM yang bersangkutan dan 3 orang hakim ad hoc (diangkat di luar
hakim karir). Sedang penegakan HAM melalui KKR penyelesaian
pelanggaran HAM dengan cara para pelaku mengungkapkan pengakuan
atas kebenaran bahwa ia telah melakukan pelanggaran HAM terhadap
korban atau keluarganya, kemudian dilakukan perdamaian. Jadi KKR
berfungsi sebagai mediator antara pelaku pelanggaran dan korban atau
keluarganya untuk melakukan penyelesaian lewat perdamaian bukan lewat
jalur Pengadilan HAM.

Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukkan menghargai upaya


penegakkan Ham, antara lain:

1. Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM; 


2. Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun
kompensasi serta rehabilitasi; 
3. Tidak mengganggu jalannya persidangan HAM di Pengadilan HAM; 
4. Memberikan informasi kepada aparat penegak hokum dan lembaga –
lembaga HAM bila terjadi pelanggaran HAM; 
5. Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR
kalau lewat jalan Peradilan HAM mengalami jalan buntu, demi
menghapus dendam yang berkepanjangan yang dapat menghambat
kehidupan yang damai dan harmonis dalam bermasyarakat.

Sebagai negara hukum, maka dalam upaya menegakkan Ham diatur


pelaksanaanya dalam peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut:

11
UUD 1945

UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki
hak mendapat pengajaran. Maka untuk mencapainya Pemerintah
membangun gedung-gedung sekolah, mengangkat guru, memberikan
beasiswa pada anak berprestasi tetapi dari segi ekonomi kurang mampu,
dan lain-lain.

Ketetapan MPR

TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR


untuk membentuk lembaga yang melakukan penyuluhan, pengkajian,
pemantauan, penelitian, dan mediasi tentang HAM. Maka dibentuklah
KOMNAS HAM melalu Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.

Undang-Undang

UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk


hidup. Maka manakala terjadi pelanggaran terhadap hak ini, maka
pemerintah menggelar peradilan HAM.

E. Contoh kasus yang melanggar Ham

Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat


edaran No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar
menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji
sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan senang
hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahnya beban
pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur
Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah.
Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4
mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp1700 menjadi Rp2250. Marsinah
adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang aktif dalam aksi
unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara
lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 mei
1993 di Tanggulangin, 3 mei 1993 para buruh mencegah teman- temannya
bekerja. Komando Rayon Militer (koramila) setempat turun tangan mencegah
aksi buruh 4 mei 1993 para buruh mogok total mereka mengajukan 12
tuntutan, termasuk perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp1.700 per
hari menjadi Rp2.250. Tunjangan tetap Rp550 per hari mereka perjuangkan
dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen. Sampai tanggal 5 mei 1993

12
Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan
perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang

perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak


perusahaan. Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap
menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo.
Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh
telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah
bahkan sempat mendatangi kodim sidoarjo untuk menanyakan keberadaan
rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar
pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah
tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi
mayat pada tanggal 8 mei 1993 Marsinah adalah salah satu korban pelanggaran
HAM di negeri ini. Marsinah memperjuangkan haknya sebagai buruh untuk
meningkatkan kesejahteraan seperti tertera dalam surat edaran gubernur.
Namun demikian perusahaan kiranya memiliki pandangan berseberangan
dengan kaum buruh tersebut. Perusahaan cenderung untuk tetap tidak
memberikan hak buruh berupa kenaikan gaji. Atas keadaan tersebut buruh
bereaksi dengan berdemonstrasi beberapa kali. Demonstrasi buruh tersebut
direaksi dengan aksi represif oleh pihak perusahaan. Dengan menggandeng
pihak militer mereka memaksa kaum buruh untuk menghentikan aksinya.
Tekanan-tekanan dari pihak perusahaan kiranya tidak menyurutkan langkah
mereka, hingga akhirnya perusahaan memutuskan untuk membunuh para
pimpinan yang dianggap sebagai penggerak demonstrasi tersebut. Sepertinya
kasus ini adalah suatu hasil konspirasi tingkat tinggi, karena penyelidikan
polisi seolah membentur tembok. Hingga saat ini, kasus pembunuhan Marsinah
menjadi satu kasus misterius tak terpecahkan. Padahal sebenarnya boleh jadi
cukup mudah untuk mengungkap kebenaran kasus ini, akan tetapi adanya
pihak-pihak yang tidak menginginkan kasus ini terungkap berusaha serapat
mungkin menutupi kasus ini. 

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Negara hukum  yang berbeda beda memiliki makna yang sama
yaitu Negara yang menjamin keamanan warga Negara nya dan Negara yang
menjadikan hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Hukum itu ada yang di sebut
dengan hukum Formil dan hukum Materil,hukum formil dapat di sebut juga
dengan hukum dasar tertulis (UUD) yang diartikan sebagai hukum yang
mengatur tentang berita cara mengajukan perkara baik gugatan maupun
permohonan memeriksa perkara dan memberikan putusan dengan tujuan untuk
mempertahankan hukum materil sedangkan hukum Materil dan di sebut juga
dengan hukum dasar yang tidak terulis (Convensi) memiliki arti aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara
meskipun sifatnya tidak tertulis.Negara hukum memiliki ciri-ciri yaitu percaya
akan adanya tuhan dan pengakuan dari perlindungan hak-hak asasi manusia
yang mengandung persamaan di bidang politik,sosial,ekonomi dan kebudayaan
serta peradilan yang bebas dan tidak memihak dan tidak terpengaruhi sesuatu
kekuasaan apapun.

Negara hukum dan HAM adalah satu kesatuan yang tidah di pisahkan satu
sama lainnya, karena kalau salah satunya tidak ada maka tidak akan berjalan
dengan semestinya sebab itu yang dapat membuat warga Negara Indonesia
mendapat suatu keadialan,perlindungan dan  pengakuan secara sah dan sebagai
pembentuk suatu Negara yang adil makmur dan sejahtera.

B.Saran

Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara barat,


namun waktu seperti itu bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk
mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada kenyataannya. Bangsa
Indonesia belum menjamin HAM warganya di butuhkan keseriusan pemerintah
untuk mempelopori penegakkan HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup,
hanya pemerintah namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih sangat
dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja.

Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya


membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi
HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata ulang agar terbentuk

14
good goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat mengganggu
terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.

Demikinlah makalah yang dapat kami sampaikan , kami sadar kalau dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami mohon
maaf . atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih

15
DAFTAR PUSTAKA

Adib. MOHAMMAD. DKK. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA &


KEWARGANEGARAAN.

Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly, S.H. Negara Hukum dan HAM. Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia.

Kansil, CST.1983. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta:
balai Pustaka.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

16

Anda mungkin juga menyukai