Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nilem

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nilem

Ikan nilem ( Osteochilus hasseli) merupakan ikan yang tersebar di perairan sumatera, jawa dan
kalimantan (kottelat,1998)

Gambar 1. Ikan Nilem ( Osteochillus vittatus)

(Sumber : Google.com)

Ikan nilem ( Osteochilus hasseli) menurut saanin (1968) diklasifikasi dalam:

Kingdom : Animalia

Phylum : chordata

Suphylum : Cranita

Class : Pisces

Subclass : Actinoptergi

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Cyprinoidae

Famili : Cyprinidae

Genus : Osteochilus

Species : Osteochilus hasseli

2.1.2 Fisiologi Ikan Nilem


2.2 Suhu

Suhu adalah suatu besaran yang menunjukkan derajat panas benda. Suhu juga disebut temperatur
yang diukur dengan alat termometer. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin
panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu
benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi suhu benda tersebut.

2.3 Sistem Respirasi

Sistem pernapasannya terdiri nostril dan insang. Nostril hanya digunakan ketika ikan nilem berada
di permukaan air. Insang ikan nilem terdiri dari tutup insang. Dalam tutup insang dibagi lagi
menjadi empata potong tulang, yaitu Operculum, Pre operculum, Inter operculum, Sub operculum,
membran branhiostegi yang berfungsi sebagai klep untuk mehanan air supaya tidak masuk ke
rongga insang. Radii branhiostegi fungsi utamanya adalah untuk keperluan lain seperti makan
dengan cara menyaring, ekskresi, pertukaran ion dan pengaturan osmosis. Sebagian besar ikan,
semua darah masuk ke dalam jantung melalui vena mempunyai kadar oksigen yang rendah dan
karbondioksida yang tinggi, yaitu yang disebut darah vena. Jantung terdiri atas sebuah sinus
venosus, sebuah trium, sebuah ventrikel dan sebuah bulbus arteriosus yang tersusun dalam urutan
linear. Kontraksi otot jantung meningkatkan tekanan darat yang di dalam vena sangat rendah dan
mengeluarkan darah melalui arteri, aorta ventral,. Kelima atau enam pasang lung aorta yang
menjuluru secara dorsal melalui kapiler didalam insang aorta dorsal. Waktu darah melalui insang
karbondioksida dilepaskan oksigen diambil, sehingga darah yang memasuki pembuluh arteri kaya
akan oksigen. Arteris dorsal membagi darah ini melalui cabang-cabangnya keseluruh bagian tubuh
(Ville, et al., (1988).

2.3.1 Mekanisme Respirasi

Mekanisme pernafasan pada ikan terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap inspirasi dan ekspirasi. Bagian
terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungandengan kapiler-
kapiler darah. Pada saat bernafas, ikan memasukan air kedalam mulutnya.Kemudian air mengalir
melalui rongga mulut menuju lembaran insang dan keluar melaluitutup insang. Ketika air melewati
lembaran insang, oksigen diikat oleh Hb (hemoglobin) darah (tahap inspirasi) dan pada saat yang
bersamaan Hb melepaskan karbon dioksida ke air ( tahap ekspirasi)
1. Inspirasi : O2 dari air masuk ke dalam insang yang kemudian diikat oleh kapiler darah
untuk dibawa ke jaringan tubuh.
2. Ekspirasi : CO2 dari jaringan bersama darah menuju ke insang dan selanjutnya dikeluarkan
dari tubuh.Ikan yang hidup di tempat berlumpur mempunyai labirin yang
merupakan perluasaninsang berbentuk lipatan berongga tidak teratur. Labirin berfungsi untuk
menyimpancadangan oksigen sehingga ikan tahan pada kondisi kekurangan oksigen.
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Respirasi
Menurut Affandi (2002) dalam Anwar et.al, (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat konsumsi oksigen terbagi menjadi dua, yaitu faktor luar dan dalam. Faktor luar
dipengaruhi oleh tekanan parsial oksigen dan suhu. Peningkatan suhu pada batas tertentu akan
diikuti dengan peningkatan laju metabolisme. Sedangkan faktor dari dalam adalah yang
berkaitan langsung dengan ikan itu sendiri, seperti ukuran ikan, aktifitas, kondisi kesehatan
ikan, dan seks.

Menurut Mattians, dkk (1998) dalam Ratningsih (2008), respirasi pada ikan berhubungan


luas dengan permukaan organ respirasi, darah, dan kemampuan dari organisme untuk
mendeteksi pengurangan oksigen pada lingkungan dan upaya penyesuaian fisiologis untuk
mengimbangi kekurangan oksigen. Sedangkan menurut Chahaya (2003) dalam Ratningsih
(2008), partikel-partikel bahan organic terlarut yang ikut terhisap bersama air secara terus-
menerus dapat mengganggu proses respirasi pada ikan. Bereaksinya partikel tersebut dengan
fraksi tertentu dari lender insang menyebabkan lender yang berfungsi sebagai pelindung
diproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir yang menutupi lamella insang.
Berkurangnya oksigen terlarut dan terhambatnya proses respirasi pada ikan mengakibatkan
menurunnya laju konsumsi oksigen.

Anda mungkin juga menyukai