A. BAHAN
Kurkumin, Baku Pembanding Kurkumin (Merck), Etinil Estradiol, Metanol
pro KCKT (Merck), Asam asetat glasial 2%, Plasma Manusia (PMI), Aqua
destilata (Ikapharmindo Putramas Pharmaceutical Laboratories).
B. ALAT
Kromatograf Cair Kinerja Tinggi LC 20 AD (Shimadzu, Kyoto, Jepang)
dengan Detektor Visibel, Vortex Mixer (Bionex, Daejeon-Si, Korea),
Timbangan Digital (Denver, New York, Amerika), Sentrifus (Gemmy
Industrial, Taipei, Taiwan), Lemari Pendingin -40ºC (Meiling, Hefei City),
Sonikator LC30H (Elma, Daimler, Jerman), Mikropipet (Trefflab,
Degersheim, Jerman), Erlenmeyer, Beaker Glass, Pipet Volume (Iwaki,
Shizouka, Jepang), Magnetic Stirrer (Thermolyne, Vantaa, Finlandia),
Millipore 0,2 µm, Tabung Effendrof, pH meter (Hanna Instrument).
C. METODE PENELITIAN
1. Penyiapan matriks plasma dan penyimpanan
Plasma darah yang di dapat dari PMI, dalam penyimpanan di letakkan
freezer bersuhu -20ºC. Sebelum digunakan di letakkan dalam lemari
pendingin dan pada suhu kamar. Kemudian darah dimasukkan ke
dalam tabung effendorf, yang telah berisi 10µL EDTA cair dan
disentrifugasi kecepatan 3500 rpm selama 20 menit. Plasma diambil
dan dimasukkan ke dalam tabung effendorf dan disimpan di lemari
pendingin bersuhu -20ºC.
42
43
2. Pembuatan larutan
a. Pembuatan pelarut metanol pro analisis pH 4
Pelarut yang digunakan berupa metanol pro analisis yang
diatur pada pH 4. Pengaturan pH dilakukan dengan
menambahkan asam asetat glasial 2% sebanyak 1 bagian ke
dalam 9 bagian metanol.
b. Pembuatan Larutan Baku Kurkumin
Sebanyak 10 mg kurkumin dimasukkan ke dalam labu ukur
10,0 mL, larutkan dengan metanol. Kemudian ditambahkan
metanol sampai batas labu ukur lalu larutan dikocok hingga
homogen, didapat konsentrasi 1000 µg/mL. Sejumlah 1,0 ml
larutan tersebut ke dalam labu tentukur 10,0 ml dan diencerkan
dengan metanol pro analisis pH 4 sampai tanda sehingga
diperoleh konsentrasi 100 µg/mL.
c. Pembuatan Larutan Etinil Estradiol
Sebanyak 10 mg etinil estradiol dimasukkan ke dalam labu
ukur 10,0 mL, larutkan dengan metanol. Kemudian
ditambahkan metanol sampai batas labu ukur dan didapat
konsentrasi 1000 µg/mL. Sejumlah 1,0 ml larutan tersebut ke
dalam labu tentukur 10,0 ml dan diencerkan dengan metanol
pro analisis pH 4 sampai tanda sehingga diperoleh konsentrasi
100 µg/mL.
d. Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan terdiri dari asam asetat glasial p.a
2% dan metanol pro KCKT. Masing-masing komponen fase
gerak disaring melalui organic solvent membrane filter
(Whatman) berukuran pori 0,45 μm; diameter 47 mm dengan
bantuan pompa vakum, selanjutnya di udarakan dengan
44
3. Penyiapan sampel
Sebanyak 0,5 mL plasma yang mengandung kurkumin dengan
konsentrasi tertentu dimasukkan ke dalam tabung sentrifus.
Selanjutnya, ditambahkan 40 µL baku dalam Etinil Estradiol (100
µg/mL) dan dikocok menggunakan vortex selama 30 detik. Lalu
dilakukan penambahan larutan pengekstrak sebanyak 2,0 mL dan
dikocok dengan vortex kembali selama 3 menit dilanjutkan dengan
sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Setelah itu,
sebanyak 1,0 mL lapisan organik diambil dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Sebanyak 20 µL aliquot disuntikkan ke dalam KCKT
dengan kondisi analisis.
retensi (tR), dihitung faktor ikutan (Tf), jumlah lempeng teoritis (N),
HETP, dan presisi pada lima kali penyuntikan.
d. Uji selektivitas
Plasma yang mengandung kurkumin pada konsentrasi LLOQ
disiapkan menggunakan enam plasma dari sumber yang berbeda.
Selanjutnya dilakukan ekstraksi seperti pada cara penyiapan
sampel. Sebanyak 20,0 µL disuntikkan ke alat KCKT dengan
kondisi analisis terpilih Ada atau tidaknya gangguan (interferensi)
ekstrak plasma di sekitar waktu retensi kurkumin dan baku dalam
diamati, kemudian dihitung nilai presisi (koefisien variasi) dan
akurasinya (%diff).
e. Uji stabilitas
1) Stabilitas larutan stok
Larutan stok kurkumin dengan konsentrasi 5 µg/mL dan
larutan baku dalam dengan konsentrasi 5 µg/mL.
Kemudian larutan disimpan pada suhu kamar dengan rentang
waktu 0, 6, dan 24 jam. Sebagian larutan disimpan pada
lemari pendingin (suhu 4°C) dengan rentang waktu selama
14 hari. Gejala ketidakstabilan zat dapat diamati dengan
menghitung % diff dan mengamati luas puncak
kromatogram. % diff dihitung dengan cara membandingkan
respon instrumen dari larutan stok yang telah disimpan
49