Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN HDR

DOSEN PEMBIMBING : Ns. AULIA PUTRI, S.Kep,.M.Kep

Oleh Kelompok III :

FERONICA NOFA ASTUTI


MUTIARA DEFISKA
RAHMI RAMADHONA
YOLA SASMITA
YUNI ELMIA NORI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI BUKITTINGGI


PROGRAM STUDI PROSUS S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan konsep diri : harga diri rendah

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat
terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada klien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan
ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas
yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.Tanda dan
gejalanya antara lain :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
Percaya diri kurang
Mencederai diri
b. Penyebab
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua ang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pda orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus munkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti :
trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah
atau berkurangnya anggota keluargamelalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran
sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit.
c. Tanda dan gejala
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
Percaya diri kurang
Mencederai diri
Konsentrasi menurun
Menyangkalfek labil
Regresi perkembangan
d. Akibat
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan
interaksi sosial : menarik diri, dan memicu munculnya perilaku kekerasan yang beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu dan kelompok mengalami
kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
melakukan kontak. (Copernitto LJm 1998).
Tanda dan gejalanya
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan kesepian
b. Klien mengatakan tidak mempunyai teman
c. Klien mengatakan lebih sering di rumah, sendiri
d. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan social
Data Obyektif :
a. Menyendiri
b. Diam
c. Ekspresi wajah murung, sedih
d. Sering larut dalam pikiranya sendiri

Sedangkan perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
Tanda dan gejalanya
Data subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam, menyuruh
melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan
b. Mengatakan takut, cemas atau khatir
Data Obyektif :
a. Wajah tegang dan merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang menutup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

III. Rentang Respon

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

IV. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Traumatik tumbuh kembang Sumber: Yosep (2009).

V. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka disfungsional
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

VI. Diagnosa Keperawatan


1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri

B. ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

I. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Penolakan.
2) Kurang penghargaan.
3) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut.
4) Persaingan antara keluarga.
5) Kesalahan dan kegagalan berulang.
6) Tidak mampu mencapai standar.
b. Faktor presipitasi
1) Trauma.
2) Ketegangan peran.
3) Transisi peran perkembangan.
4) Transisi peran situasi.
5) Transisi peran sehat-sakit.
c. Perilaku
1) Citra tubuh
a) Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
b) Menolak bercermin.
c) Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
d) Menolak usaha rehabilitasi.
e) Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
f) Menyangkal cacat tubuh.
2) Harga diri rendah
a) Mengkritik diri sendiri/orang lain.
b) Produktivitas menurun.
c) Gangguan berhubungan.
d) Merasa diri paling penting.
e) Destruktif pada orang lain.
f) Merasa tidak mampu.
g) Merasa bersalah dan khawatir.
h) Mudah tersinggung/marah.
i) Perasaan negatif terhadap tubuh.
j) Ketegangan peran.
k) Pesimis menghadapi hidup.
l) Keluhan fisik.
m) Penolakan kemampuan diri.
n) Pandangan hidup bertentangan.
o) Destruktif terhadap diri.
p) Menarik diri secara sosial.
q) Penyalahgunaan zat.
r) Menarik diri dari realitas
3) Kerancuan identitas
a) Tidak ada kode moral.
b) Kepribadian yang bertentangan.
c) Hubungan interpersonal yang eksploitatif.
d) Perasaan hampa.
e) Perasaan mengambang tentang diri.
f) Kerancuan gender.
g) Tingkat ansietas tinggi.
h) Tidak mampu empati terhadap orang lain.
i) Masalah estimasi.
4) Depersonalisasi

d. Mekanisme Koping
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti
kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut
kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi
pencapaian akademik.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan
obat.
2) Pertahanan jangka panjang
a) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai
harapan masyarakat.
c) Mekanisme pertahanan ego
(1) Fantasi
(2) Disosiasi
(3) Isolasi
(4) Proyeksi
(5) Displacement
(6) Marah/amuk pada diri sendiri

II. Diagnosis
a. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Traumatik tumbuh kembang

b. Daftar Diagnosis
1) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2) Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
3) Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping individu
inefektif.
4) Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan
penampilan peran.
III. Rencana intervensi
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang
ditemukan. Pada rencana intervensi berikut memberikan gambaran pada
gangguan konsep diri, yaitu harga diri rendah.
a. Tindakan Keperawatan pada Pasien
1) Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
2) Tindakan keperawatan
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
(1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah,
serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
(2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
b) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
(1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
(2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
(3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif
c) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
(1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
(2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga, dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan
buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
d) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
(1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan
(yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
(2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan
yang akan dilakukan pasien.
(3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
e) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya.
(1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah Dilatihkan
(2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari
(3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas
(4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga
(5) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan.
(6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien.
b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1) Tujuan
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki.
b) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
c) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang dilakukan.
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
2) Tindakan keperawatan
a) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
b) Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.
c) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan
kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
d) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
pasien.
IV. Evaluasi
a. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
1) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien.
2) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
1) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
2) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya
melakukan aktivitas
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Tempat, tanggal lahir : Guguak Tinggi , 07 Mei 1972
Umur : 48 tahun
Alamat : jorong pisang, guguak tinggi kab. agam
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin cerai
Nomor RM : 073723
Tanggal masuk RS : 29 Mei 2020
Tanggal dirawat Bangsal Melati : 01 Juni 2020
Diagnosa medis : F 32.3 Depresi Berat dengan gejala Psikotik

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. R
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : Sarjana
Hubungan dengan pasien : Anak kandung

C. ALASAN MASUK RS
Pasien adalah rujukan dari Puskesmas Padang Luar dengan keterangan depresi berat
dengan gejala psikotik. Keluarga pasien mengeluhkan pasien sering menangis, sulit makan.
Sejak pasien berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga karena pasien mengalami sakit
typhoid, ± sudah sejak 1 tahun yang lalu pasien sering terlihat sedih, sulit tidur, tidak mau
makan, tidak mau mandi, merasa tidak berguna, merasa tidak bisa berpikir dan tidak
bertenaga. Pasien kemudian dibawa ke poliklinik jiwa RSJ HB Saanin Padang pada tanggal
29 Mei 2020. Pasien lalu dirawat di Bangsal Geges selama 2 hari. Pada tanggal 01 Juni 2020,
pasien dipindah ke bangsal perawatan Melati.

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien mengatakan pernah mengalami sakit typhoid ± sudah sejak 1 tahun yang lalu.
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami kejang dan biasanya kejang timbul
pada siang hari. Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dibawa ke dukun karena ada
dugaan dari keluarga adanya guna-guna dari orang yang tidak bertanggung jawab. Pasien
mengatakan sudah berkali-kali kontrol ke Puskesmas Padang Luar apabila obat habis.

E. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien pernah mengalami penyakit kejang typhoid ± sudah 1 tahun yang lalu. Pasien
pernah dirawat di RSAM selama 5 hari. Kepribadian pasien cenderung tertutup. Keluarga
pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Pasien kawin cerai dengan suaminya sejak
anak pasien masih kecil. Pasien mengatakan suaminya mencari uang dan tidak pulang -
pulang.

F. FAKTOR PRESIPITASI
Sejak pasien berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

G. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
1. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
S : Afebris
2. Status gizi
BB : 41 kg
TB : 148 cm
IMT : 41 kg/2,19 m2 = 18,7 kg/m2 (normal)
3. Keluhan fisik
Tidak ada keluhan.

H. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Pasien

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Cerai
: Hamil

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien menyukai semua bagian tubuhnya.
b. Identitas
Pasien menyadari dirinya sebagai seorang ibu, mertua dan anak perempuan satu-
satunya di keluarganya.
c. Peran
Pasien mengatakan dirinya berperan untuk membantu ayah dan ibunya yang sudah
tua. Pasien mengatakan tidak mau merepotkan kedua orang tuanya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan bekerja karena sudah merasa bosan
berada di rumah sakit dan rindu dengan keluarganya.
e. Harga diri
Pasien mengatakan dirinya malu dan merasa tidak berguna apabila tidak bekerja.
Pasien mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan pasien belum mendapatkan
pekerjaan. Pasien mengatakan ingin selalu bekerja dan tidak bermalas-malasan.
Pasien mengatakan tidak berguna, merasakan sudah tidak punya darah dan tidak ada
gunanya lagi untuk hidup
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di kampungnya. Pasien mengatakan
selama 1 tahun sebelum masuk RS tidak pernah mengikuti kegiatan di kampungnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Sebelum sakit typhoid, pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam hubungan
dengan teman di bangsal. Pasien mengatakan selama 1 tahun sebelum masuk RS
tidak pernah bersosialisasi dengan warga dan tetangga di kampungnya. Pasien hanya
mengurung diri di rumah dan menonton TV. Keluarga pasien mengatakan kegiatan
pasien selama di rumah hanya menonton televisi dan menangis. Keluarga pasien
mengatakan selama di rumah, apabila ada tetangga yang menyapa pasien, pasien
tidak menjawab sapaan. Selama di bangsal pasien tidak pernah memulai
pembicaraan, pasien lebih banyak tiduran di tempat tidur daripada mengobrol dan
berkumpul dengan teman satu bangsal. Pasien mengatakan belum mengenal dan
hapal nama semua pasien satu bangsal.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan tidak pernah beribadah shalat.

I. STATUS MENTAL.
1. Penampilan
Pasien menggunakan pakaian sehari – hari yang rapi. Penampilan pasien baik dan bersih.
Pakaian sesuai.
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan lambat. Blocking.
3. Aktivitas motorik
Pasien terlihat lesu. Pasif. Pasien banyak tidur di tempat tidur.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan pasien belum mendapatkan
pekerjaan. Sedih dirasakan setiap sore hari. Pasien mengatakan ingin selalu bekerja dan
tidak bermalas-malasan karena sudah terbiasa bekerja keras sejak masih SD.
5. Afek
Tumpul.
6. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif. Kontak mata selama wawancara kurang. Pasien pergi menghindar dan
menolak secara verbal apabila diajak bercerita mengenai kehidupan pribadinya
(blocking).
7. Persepsi
Selama di rumah, keluarga pasien mengatakan pasien sempat mengatakan ingin bunuh
diri, ingin ditabrak mobil dan truk agar mati. Keluarga pasien mengatakan pasien juga
sempat mendengarkan suara agar pasien berenang di kolam ikan, tapi keluarga pasien
membiarkan pasien untuk berenang di kolam. Pasien juga sempat mengatakan tidak
berguna, merasakan sudah tidak punya darah dan tidak ada gunanya lagi untuk hidup.
8. Proses Pikir
Koheren. Tidak ada masalah.
9. Isi pikir
Pasien tidak mengalami disorientasi. Pasien terlihat stabil dan tidak bingung.
10. Tingkat kesadaran
Orientasi pasien terhadap orang, tempat dan waktu baik.
11. Memori
Ingatan jangka pendek dan panjang pasien baik.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien baik.
13. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian pasien baik.
14. Daya tilik diri
Pasien mengetahui dirinya dirawat di RSJ HBSaanin Padang karena saat pertama kali
pasien masuk RSJ HBSaanin ini merasa kebingungan.

J. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Pasien makan secara rutin 3 kali sehari dan mandiri. Pasien selalu menghabiskan 1 porsi
makan setiap kali makan dengan menu nasi, sayur, lauk. Setelah selesai makan, pasien
selalu membereskan peralatan makannya dan mencuci piring dan gelasnya sendiri.
2. BAB atau BAK
Pasien BAB dan BAK secara mandiri di toilet.
3. Mandi
Pasien mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun secara mandiri.
4. Berpakaian atau berhias
Pasien dapat berpakaian dan berhias secara mandiri.
5. Istirahat dan tidur
Selama di Bangsal Srikandi, pasien mengatakan dapat tidur tenang saat malam hari.
Pasien mengatakan selalu tidur siang karena tidak melakukan pekerjaan.. Pasien aktif
mengikuti kegiatan yang ada di bangsal seperti senam pagi, makan, terapi aktivitas dan
rehabilitasi. Pasien mempunyai riwayat menolak dan menangis ketika diajak untuk
mengikuti rehabilitasi.
6. Penggunan obat
Selama di Bangsal Melati pasien minum obat secara mandiri dan teratur. Keluarga pasien
mengatakan selama di rumah, pasien rutin dan teratur minum obat sesuai waktu dan jenis
yang diberikan puskesmas.
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien pernah terkena typhoid ±1 tahun yang lalu. Pasien pernah dilakukan rawat inap di
RSAM selama 5 hari. Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dibawa ke dukun
karena ada dugaan dari keluarga adanya guna-guna dari orang yang tidak bertanggung
jawab. Pasien mengatakan sudah berkali-kali kontrol ke Puskesmas Padang Luar apabila
obat habis.

K. MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan ketika ada masalah sering memendam sendirian dan menangis. Pasien
mengatakan jarang menceritakan permasalahannya dengan orang lain, orang yang dipercayai
untuk bercerita adalah adiknya dan tantenya. Namun sekarang adiknya tinggal berjauhan
dengannya, sehingga pasien sangat jarang bertemu dan menceritakan permasalahannya. Pasien
mengatakan selama di RSJ HBSaanin pasien tidak pernah menceritakan masalahnya kepada
teman-teman satu bangsal.

L. TERAPI (01 Juni 2020)


Nama Waktu Efek Samping Obat
Indikasi
Obat Pemberian
KV : takikardia, hiper atau hipotensi,
Haloperidol ½-0-0 Penanganan
aritmia, gelombang T abnormal dengan
schizofrenia,
1,5 mg perpanjangan repolarisasi ventrikel,
sindroma Tourette
torsade de pointes (sekitar 4%).
pada anak dan
SSP : gelisah, cemas, reaksi
dewasa, masalah
ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda
perilaku yang berat
pseudoparkinson, diskinesia tardif,
pada anak.
sindroma neurolepsi malignan,
perubahan pengaturan temperatur tubuh,
akatisia, distonia tardif, insomnia, eforia,
agitasi, pusing, depresi, lelah,sakit
kepala, mengantuk, bingung, vertigo,
kejang.
Kulit : kontak dermatitis, fotosensitifitas,
rash, hiperpigmentasi, alopesia
Metabolik & endokrin : amenore, 
gangguan seksual, nyeri payudara,
ginekomastia, laktasi, pembesaran
payudara, gangguan keteraturan
menstruasi, hiperglisemia, hipoglisemia,
hiponatremia.
Saluran cerna : berat : mual muntah,
anoreksia, konstipasi, diare,
hipersalivasi, dispepsia, xerostomia.
retensi urin, priapisme.
Mata : penglihatan kabur.

Clozapine 0-0-½ Pengobatan Granulositopenia dan agranulositosis,


25 mg penderita resisten leukositosis, eosinifilia, fatigue, pusing,
skizofrenia (non sedasi, mulut kering, penglihatan
responsif atau memudar, gangguan pengaturan keringat
intoleransi terhadap dan temperatur, hipersalivasi, takikardia,
neuroleptik klasik) hipotensi postural, hipertensi, depresi
saluran nafas, mual, muntah, konstipasi,
inkontinensia urin dan retensi urin.

Trihexyphe 0-0-½ Terapi tambahan Mulut kering, penglihatan kabur, pusing,


nidyl 2 mg dalam parkinson cemas, konstipasi, retensi urin, takikardi,
dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit
kepala.

Maprotiline 1-0-½ Depresi pada pasien Pusing, sakit kepala, kelelahan, sedasi,
50 mg neurosis, gangguan mengantuk, mulut kering, ruam, urtikaria,
dysthymic, depresi mual, muntah, konstipasi, berkeringat,
manik kenaikan BB, gelisah, hipotensi postural,
jarang, konvulsi, gangguan
ekstrapramidal, gangguan tidur,
penglihatan kabur, retensi urin,
peningkatan serum transaminase

M. ANALISA DATA
DATA MASALAH
DO : Harga diri
1. Kontak mata kurang rendah kronik
2. Pasif
3. Pasien terlihat lesu
4. Afek tumpul
5. Pasien berbicara lambat
DS :
1. Pasien mengatakan dirinya malu dan merasa tidak berguna apabila tidak
bekerja.
2. Pasien mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan belum
mendapatkan pekerjaan.
3. Pasien mengatakan sedih dirasakan setiap sore hari.
4. Pasien ingin selalu bekerja dan tidak bermalas-malasan karena sudah
terbiasa bekerja keras sejak masih SD
5. Keluarga pasien mengeluhkan sejak pasien berhenti bekerja sebagai
pembantu rumah tangga karena pasien mengalami sakit typhoid, ±
sudah sejak 1 tahun yang lalu, pasien sering terlihat sedih, sulit tidur,
tidak mau makan, tidak mau mandi, merasa tidak berguna, merasa tidak
bisa berpikir dan tidak bertenaga
DO : Isolasi sosial
1. Pasien pergi menghindar dan menolak secara verbal apabila diajak
bercerita mengenai kehidupan pribadinya
2. Kontak mata kurang
3. Pasif
4. Pasien terlihat lesu
5. Selama di bangsal pasien tidak pernah memulai pembicaraan, pasien
lebih banyak tiduran di tempat tidur daripada mengobrol dan berkumpul
dengan teman satu bangsal.
DS :
1. Pasien mengatakan selama 1 tahun sebelum masuk RS tidak pernah
bersosialisasi dengan warga dan tetangga di kampungnya.
2. Pasien mengatakan selama di rumah hanya mengurung diri di rumah
dan menonton TV
3. Keluarga pasien mengatakan kegiatan pasien selama di rumah hanya
menonton televisi dan menangis
4. Keluarga pasien mengatakan selama di rumah, apabila ada tetangga
yang menyapa pasien, pasien tidak menjawab sapaan
5. Pasien mengatakan selama 1 tahun sebelum masuk RS tidak pernah
mengikuti kegiatan di kampungnya
6. Pasien mengatakan belum mengenal dan hapal nama semua pasien satu
bangsal.
DO : - Ketidakefektifan
DS : manajemen
1. Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dibawa ke dukun karena ada regimen
dugaan dari keluarga adanya guna-guna dari orang yang tidak terapeutik
bertanggung jawab keluarga
2. Pasien mengatakan sudah berkali-kali kontrol ke Puskesmas Padang
Luar apabila obat habis
3. Keluarga pasien mengatakan pasien juga sempat mendengarkan suara
agar pasien berenang di kolam ikan, tapi keluarga pasien membiarkan
pasien untuk berenang di kolam
4. Sejak pasien berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga karena
pasien mengalami sakit typhoid, ± sudah sejak 1 tahun yang lalu pasien
sering terlihat sedih, sulit tidur, tidak mau makan, tidak mau mandi,
merasa tidak berguna, merasa tidak bisa berpikir dan tidak bertenaga

Anda mungkin juga menyukai