Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Kecemasan

Dosen Pembimbing:

Nurlina, S.Kep, Ns, M.Kep

Oleh:

Kelompok 2:

1. NurWafiah Ramadhani Syahrir (A.18.10.044)


2. Trisnawati (A.18.10.062)
3. Nurul khaerah (A.18.10.050)
4. Sri Ramadani (A.18.10.058)
5. Khairul Mukrimin (A.18.10.038)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

T.A 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KECEMASAN (ANSIETAS)

A. MASALAH UTAMA
Kecemasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana
seseorang merasa ketakutan atau kehilangankepercayaan diri yang
tidak jelas asal maupun wujudnya. (Sutardjo, 2005)
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada
waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi
normal terhadap siatuasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.
Kecemasan bisa muncul atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari
berbagai gangguan emosi. (Savitri, 2003)
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil, 2010).
Jadi, kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu
yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena
adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi.
Gangguan panik
Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
yang berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami
ketakutan emosioanl yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.
b. Penyebab atau Etiologi
Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan
menghadapi situasi, masalah, dan tujuan hidup.
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
1. Teori Biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang
kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa
kimia di dalam otak yang membuat kecemasan atau ketakutan
menjadi abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang mengalami
abnormalitas elektroensefalografik pada lobus temporal yang
biasanya berespons terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan)
atau obat-obatan lain. (Sullivan & Coplan, 2000).
a. Teori Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena
kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan
ansietas memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ansietas
dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria.
Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu
kemungkinan “sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam
hubungan genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti
sakit kepala hebat, masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid,
prolaps katup mitral.
b. Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter
asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan
ansietas. GABA, suatu neurotransmiter inhibitor, berfungsi
sebagai agens antiansietas alami tubuh dengan mengurangi
eksitabilitas sel sehingga megurangi frekuensi bangkitan neuron.
GABA tersedia pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di
sistem limbik dan lokus seruleus, tempat neurotransmitter
norepinefrin diproduksi, yang menstimulasi fungsi sel. Karena
GABA mengurangi ansietas dan noreepinefrin meningkatkan
ansietas, diperkirakan bahwa masalah pengaturan
neurotransmitter ini menimbulkan gangguan ansietas.
2. Teori Psikologis:
a. Teori Perilaku
Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui
pengalaman individu. Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan
seseorang bertindak dengan cara berbeda. Misalnya, jika sejak
kecil seringkali diterapkan perilaku main sendiri atau jarang
bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa terbawa hingga
dewasa yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk
berhadapan dengan orang lain. Ansietas merupakan segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap
sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam
untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan
kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya
b. Psikodinamik (Pandangan Psikoanalitik)
Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya. Teori psikodinamik berpendapat bahwa
beberapa ketakutan berakar dari trauma atau kekerasan di masa
kecil seperti pernah diejek atau dipermalukan. Ketakutan ini
bisa dilupakan tapi dapat muncul kembali di kemudian hari.
c. Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Etiologi Panik:

a. Teori biologi
Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Serangan panik
dapat muncul ketika girus parahipokampus diaktifkan oleh jalur
norepinefrin. Gejala serangan panik, misalnya peningkatan frekuensi
jantung yang terlihat pada peningkatan kadar noreepinefrin yang
dilepaskan. Obat-obatan seperti yohimbin menyekat reseptor pengikat
norepinefrin sehingga ansietas meningkat.
b. Psikoanalitis
Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam
sadar. Informasi ini menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu
dari empat sumber: ansietas superego, rasa bersalah yang dirasakan
oleh individu yang secara sosial dan personal memiliku impuls yang
tidak tepat, dan tipe hukuman terhadap konflik jika informasi ini
diketahui, ansietas separasi, tentang potensi kehiangan orang terdekat,
dan ansietas id atau destruksi individu. Tujuan psikoanalitis adalah
menghadapi konflik untuk mengkaji sumber ansietas yang sebenarnya
kemudian melakukan intervensi.
Masalah fisik yang dapat dikaitkan dengan kecemasan meliputi:
(TirtoJiwo, 2012)
1) Penyakit jantung
2) Diabetes
3) Masalah tiroid (seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme)
4) Asma
5) Penyalahgunaan obat
6) Penarikan diri (withdrawal) alkohol
7) Penarikan diri (withdrawal) dari obat anti-kecemasan
(benzodiazepin)
8) Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang
menyebabkan badan dalam posisi siaga “hadapi atau lari”
9) Otot atau kejang atau kram.
10) Rasa terbakar atau sensasi menusuk-nusuk sensasi yang tidak
memiliki sebab yang jelas

Hal-hal yang dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan


meliputi: (TirtoJiwo, 2012)

a. Menjadi perempuan. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria


untuk didiagnosis dengan gangguan kecemasan.
b. Trauma ketika anak anak. Anak-anak yang mengalami pelecehan
atau trauma atau menyaksikan peristiwa traumatis beresiko lebih
tinggi mengalami gangguan kecemasan di beberapa titik dalam
hidup.
c. Stres karena sakit. Memiliki kondisi kesehatan kronis atau
penyakit serius seperti kanker dapat menyebabkan kekhawatiran
yang signifikan tentang masa depan, perawatan Anda dan mungkin
keuangan Anda.
d. Penumpukan stres. Sebuah peristiwa besar atau penumpukan yang
lebih kecil dalam situasi kehidupan yang penuh stres dapat memicu
kecemasan yang berlebihan – misalnya, kekhawatiran yang sedang
berlangsung tentang keuangan atau kematian anggota keluarga.
e. Kepribadian. Orang dengan beberapa tipe kepribadian lebih rentan
terhadap gangguan kecemasan dari orang lain. Selain itu, beberapa
gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian borderline,
mungkin berhubungan dengan gangguan kecemasan.
f. Memiliki hubungan darah dengan penderita gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan dapat diwariskan dalam keluarga.
g. Penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan narkotik atau alkohol dapat
menyebabkan atau memperburuk kecemasan.
c. Tanda dan Gejala

Awitan gangguan ansietas sangat bervariasi. Awitanldi secara akut


atau bertahap. Awitan dapat timbul tanpa peristiwa pencetus atau
terjadi karena peritiwa akut yang menimbulkn stress atau bahkan
stressor kronis seperti masalah kesehatan, pekerjaan, nutrisi, medikasi
atau keluarga. Gangguan ansietas ditandai dengan tingkat ansietas
yang tinggi, yang terlihat pada perilaku yang tidak lazim, misalnya
khawatir, panik, pikiran dan tindakan obsesif-kompulsif atau takut
terhadap objek atau peristiwa yang tidak sesuai dengan realitas situasi.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan psikologis (Sheila,2008)

1. Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung
meningkat, konstruksi pembuluh darah perifer, tekanan darah
meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun
b. Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan
terengah-engah
c. Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada
perut, mual dan diare
d. Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing
e. Traktus urinarius : sering berkemih
f. Kulit : keringat dingin, gatal dan wajah kemerahan
2. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor,
ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar,
kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan
melarikan diri dari masalah.
3. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa,
salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan,
menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut,
kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera
atau kematian.
4. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa
bersalah dan malu.
d. Akibat atau Dampak

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun


situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi
ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang
sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang
berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran
serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler,
2004)

Menurut Yustinus (2006) membagi beberapa dampak kecemasan ke


dalam beberapa simtom, yaitu:

a. Simtom suasana hati


Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan
adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber
tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan
tidak dapat tidur, sehingga dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan
pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau
belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa
cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan,
misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap
suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan
gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang
dirasanya mengancam.

ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus I (Kecemasan)
Tn K berumur 55 tahun masuk Rs tanggal 7 oktober 2016. Klien
masuk dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan
kurang lebih selama 2 minggu BAB warna hitam dan sedikit-
sedikit, BAK sedikit warna seperti teh. Pada saat pengkajian klien
mengatakan merasa cemas dengan keadaannya klien mengatakan
tidak pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang.
Klien takut dengan kondisinya saat ini.
A. Analisa Data

TGL DATA (Subyektif dan Obyektif) Masalah Keperawatan TTd

DS : Ansietas

1.klien mengatakan merasa

cemas dengan keadaannya.

2. klien takut dengan kondisinya

saat ini.

3. Anoreksia

DO:

1.Tampak gelisah

2. Tampak tegang

DS: Defisit nutrisi


1. Kram/nyeri abdomen

2. Nafsu makan menurun

DO:

1. Berat badan menurun minimal

10% di bawah rentang ideal

DS : Inkontinensia Fekal

1. Tidak mampu mengontrol

pengeluaran feses

DO :

1. Feses keluar sedikit-sedikit

dan sering

2. warna feses berwarna hitam

dan seperi warna teh

B. Pohon diagnosa dan DX keperawatan


1. Pohon Diagnosa

Effect
Inkontensia Fekal

Defisit Nutrisi
Cor Problem

Ansietas
Causa

Koping individu tidak efektif

2. Daftar Dx Keperawatan berdasarkan prioritas

 Ansietas

 Defisit Nutrisi

 Inkontinensia fekal

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama Klien : Tn K Dx Medis :

Ruangan : No. RM :
N Dx Tujuan/Luaran Intervensi

o Keperawata

n
1. Ansietas Setelah dilakukan 1. Reduksi Ansietas

intervensi selama ... Definisi :

(waktunya,contoh Meminimalkan kondisi individu dan

1x 24 jam atau 8 pengalaman subyektif terhadap objek yang

jam), maka Tingkat tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi

Ansietas Menurun, bahaya yang memungkinkan individu

dengan kriteria melakukan tindakan untuk menghadapi

hasil : ancaman.

- Verbalisasi Tindakan :

kebingungan a. Observasi :

menurun (5) - Identifikasi saat tingkat ansietas

- Verbalisasi berubah (mis. Kondisi, waktu,

khawatir stresor)

akibat - Identifikasi kemampuan

kondisi yang mengambil keputusan


dihadapi - Monitor tanda-tanda ansietas
Menurun (5)
(verbal dan nonverbal)
- Perilaku
b. Terapeutik :
gelisah
- Ciptakan suasana terapeutik
Menurun (5)
untuk menumbuhkan
- Perilaku
tegang kepercayaan

Menurun (5) - Temani pasien untuk

- Anoreksia mengurangi kecemasan, jika

Menurun (5) memungkinkan

- Pahami situasi yang membuat

ansietas

- Dengarkan dengan penuh

perhatian

- Gunakan pendekatan yang

tenang dan meyakinkan

- Tempatkan barang pribadi yang

memberikan kenyamanan

- Motivasi mengidentifikai

situasi yang memicu kecemasan

- Diskusikan perencanaan

realistis tentang peristiwa yang

akan datang

c. Edukasi :

- Jelaskan prosedur, termasuk

sensasi yang mungkin dialami

- Informasikan secara faktual


mengenai diagnosis,

pengobatan, dan prognosis

- Anjurkan keluarga untuk tetap

bersama pasien, jika perlu

- Anjurkan melakukan kegiatan

yang tidak kompetitif, sesuai

kebutuhan

- Anjurkan mengungkapkan

perasaan dan persepsi

- Latih kegiatan pengalihan untuk

mengurangi keteganagan

- Latih penggunaan mekanisme

pertahanan diri yang tepat

- Latih teknik relaksasi

d. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat

antiansietas, jika perlu

2. Terapi Relaksasi

Definisi :

Menggunakan teknik peregangan untuk

mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan

seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan


Tindakan :

a. Observasi :

- Identifikasi penurunan tingkat

energi, ketidakmampuan

berkonsentrasi, atau gejala lain

yang mengganggu kemampuan

kognitif

- Identifikasi teknik relaksasi

yang pernah efektif digunakan

- Identifikasi kesediaan,

kemampuan, dan penggunaan

teknik sebelumnya

- Periksa ketegangan otot,

frekuensi nadi, tekanan darah,

dan suhu sebelum dan sesudah

latihan

- Monitor respons terhadap terapi

relaksasi

b. Terapeutik :

- Ciptakan lingkungan tenang

dan tanpa gangguan dengan

pencahayaan dan suhu ruang

nyaman, jika memungkinkan


- Berikan informasi tertulis

tentang persiapan dan prosedur

teknik relaksasi

- Gunakan pakaian longgar

- Gunakan nada suara lembut

dengan irama lambat dan

berirama

c. Edukasi :

- Jelaskan tujuan, manfaat,

batasan, dan jenis relaksasi

yang tersedia (mis. Musik,

meditasi, napas dalam, relaksasi

otot progresif)

- Jelaskan secara rinci intervensi

relaksasi yang dipilih

- Anjurkan mengambil posisi

nyaman

- Anjurkan rileks dan merasakan

sensasi relaksasi

- Anjrurkan sering mengulangi

atau melatih teknik yang dipilih

- Demonstrasikam dan latih

teknik relaksasi (mis. Napas


dalam, peregangan, atau

imajinasi terbimbing)
2. Defisit Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi

Nutrisi intervensi selama ... Definisi :

(waktunya,contoh Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi

1x 24 jam atau 8 yang seimbang

jam), maka Status Tindakan:

Nutrisi Membaik, a. Observasi:

dengan kriteria - Identifikasi status nutrisi

hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi


- Nyeri
makanan
abdomen
- Identifikasi makanan yang disukai
Menurun (5)
- Identifikasi kebutuhan kalori dan
- Berat badan
jenis nutrien
Indeks
- Identifikasi perlunya penggunaan
Massa Tubuh
selang nasogastrik
(IMT)
- Monitor asupan makanan
Membaik (5)
- Monitor berat badan monitor hasil
- Nafsu makan
pemeriksaan laboratorium
Membaik (5)
b. Terapeutik :

- Lakukan oral hygiene sebelum

makan, jika perlu

- Fasilitasi menentukan pedoman diet


(mis. Piramida makanan)

- Sajikan makanan secara menarik

dan suhu yang sesuai

- Berikan makanan tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

- Berikan makanan tinggi kalori dan

tinggi protein

- Berikan suplemen makanan, jika

perlu

- Hentikan pemberian makan melalui

selang nasogastrik jika asupan oral

dapat ditoleransi

c. Edukasi :

- Anjurkan posisi duduk, jika mampu

- Ajarkan diet yang diprogramkan

d. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi

sebelum makan (mis. Pereda nyeri,

antlemetik), jika perlu

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan, jika perlu


2. Promosi Berat Badan

Definisi :

Memfasilitasi peningkatan berat badan

Tindakan:

a. Observasi:

- Identifikasi kemungkinan penyebab

BB kurang

- Monitor adanya mual dan muntah

- Monitor jumlah kalori yang

dikomsumsi sehari-hari

- Monitor berat badan

- Monitor albumin, limfosit, dan

elektrolit, serum

b. Terapeutik :

- Berikan perawatan mulut sebelum

pemberian makan, jika perlu

- Sediakan makanan yang tepat sesuai

kondisi pasien (mis. Makanan dengan

tekstur halus, makanan yang diblender,

makanan cair yang diberikan melalui

NGT atau gastrostomi, total parenteral

nutrition sesuai indikasi)

- Hidangkan makanan secara menarik


- Berikan suplemen, jika perlu

- Berikan pujian pada pasien/keluarga

untuk peningkatan yang dicapai

c. Edukasi :

- Jelaskan jenis makanan yang bergizi,

namun tetap terjangkau

- Jelaskan peningkatan asupan kalori

yang dibutuhkan
3. Inkontinensi Setelah dilakukan 1. Latihan Eliminasi Fekal

a Fekal intervensi selama ... Definisi :

(waktunya,contoh Mengajarkan suatu kemampuan melatih usus

1x 24 jam atau 8 untuk dievakuasi pada interval tertentu

jam), maka Harga Tindakan :

Diri Meningkat, a. Observasi :

dengan kriteria - Monitor peristaltik usus secara teratur

hasil : b. Terapeutik :
- Penilaian diri - Anjurkan waktu yang konsisten untuk
positif
buang air besar
Meningkat
- Berikan privasi, kenyamanan dan
(5)
posisi yang meningkatkan proses
- Gairah
defekasi
aktivitas - Gunakan enema rendah, jika perlu

Meningkat - Anjurkan dilatasi rektal digital, jika


(5)
perlu
- Perasaan
- Ubah program latihan eliminasi fekal,
malu
jika perlu
Menurun (5)

c. Edukasi :

- Anjurkan mengkonsumsi makanan

tertentu, sesuai program atau hasil

konsultasi

- Anjurkan asupan cairan yang

adekuat sesuai kebutuhan

- Anjurkan olahraga sesuai toleransi

d. Kolaborasi

- Kolaborasi penggunaan supositoria,

jika perlu

2. Perawatan Inkontinensia Fekal

Definisi :

Mengidentifikasi dan merawat pasien yang

mengaami pengeluaran feses secara involunter

(tidak disadari)

Tindakan :
a. Observasi :

- Identifikasi penyebab inkontinensia

fekal baik fisik maupun psikologis

(mis. Gangguan saraf motorik

bawah, penurunan tonus otot,

gangguan sfingter rektum, diare

kronis, gangguan kognitif, stress

berlebihan)

- Identifikasi perubahan frekuensi

defekasi dan konsistensi feses

- Monitor kondisi kulit perenial

- Monitor keadekuatan evakuasi

feses

- Monitr diet dan kebutuhan caian

- Monitor efek samping pemberian

obat

b. Terapeutik :

- Bersihkan daerah perenial dengan

sabun dan air

- Jaga kebersihan tempat tidur dan

pakaian

- Laksanakan program latihan usus


(bowel training), jika perlu

- Berikan celana

pelindung/pembalut/popok, sesuai

kebutuhan

- Hindari makanan yang

menyebabkan diare

c. Edukasi :

- Jelaskan definisi, jenis

inkontinensia, penyebab

inkontinensia fekal

- Anjurkan mencatat karakteristik

fese

d. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat diare (mis.

Leporamide, atropin)
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor


Yasmin Asih, Jakarta : EGC
Mallapiang.2003.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, 2000. Jakarta :


EGC.
Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi
Dengan Keluarga. Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
Ramaiah, Savitri. 2003. KecemasanBagaimanaMengatasiPenyebabnya.
Jakarta: PustakaPopulerObor
Rochman, KholilLur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Struart, G.W., Sundeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi
3.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai