Secangkir minuman Camelia sinensis hangat ia reguk sampai habis. Aroma Jasminum
sambac terasa mengalir menguapi rongga tenggorokannya. Berbalut seragam coklat-coklat, Raka
hari ini sedang berada di pos karantina Pertanian wilayah kerja Pelabuhan Batam Centre. Logo Badan
Karantina Pertanian terjahit di lengan sebelah kiri. Pada lengan kanannya tersemat bordiran BKP
Kelas I Batam yang menunjukkan instansi tempat ia bekerja. Laporan stock opname fisik barang baru
saja selesai ia kerjakan ketika sebuah ketukan terdengar dari balik pintu.
“Sore Bang,” ujar lelaki berseragam hitam-hitam. Nama Pardamean terukir di name tag dada
sebelah kanannya.
“Bang, hasil dari tangkapan mesin x-ray, kami telah mengamankan bibit durian yang dibawa
oleh penumpang dari Malaysia,”
“Baik Bang, ayo kita ke tempat abang” ajak Raka kepada petugas Bea Cukai tersebut.
Satu bulan semenjak Raka bertugas di Pelabuhan Batam Centre, sudah empat puluh
tangkapan yang berhasil ia lakukan. Koordinasi yang baik dengan instansi lain seperti Bea Cukai,
security, dan pihak pengelola pelabuhan menjadi strategi pilihan Raka dalam menjalankan tugasnya.
“Maaf Pak, saya tidak dapat membantu. Prosedurnya memang seperti ini”