Anda di halaman 1dari 1

Petualangan Raka dan Rakanita

Secangkir minuman Camelia sinensis hangat ia reguk sampai habis. Aroma Jasminum
sambac terasa mengalir menguapi rongga tenggorokannya. Berbalut seragam coklat-coklat, Raka
hari ini sedang berada di pos karantina Pertanian wilayah kerja Pelabuhan Batam Centre. Logo Badan
Karantina Pertanian terjahit di lengan sebelah kiri. Pada lengan kanannya tersemat bordiran BKP
Kelas I Batam yang menunjukkan instansi tempat ia bekerja. Laporan stock opname fisik barang baru
saja selesai ia kerjakan ketika sebuah ketukan terdengar dari balik pintu.

“Sore Bang,” ujar lelaki berseragam hitam-hitam. Nama Pardamean terukir di name tag dada
sebelah kanannya.

“Sore Bang, silahkan masuk,” sambut Raka dengan ramah.

“Iya Bang, makasih,”

“Bang, hasil dari tangkapan mesin x-ray, kami telah mengamankan bibit durian yang dibawa
oleh penumpang dari Malaysia,”

“Baik Bang, ayo kita ke tempat abang” ajak Raka kepada petugas Bea Cukai tersebut.

Satu bulan semenjak Raka bertugas di Pelabuhan Batam Centre, sudah empat puluh
tangkapan yang berhasil ia lakukan. Koordinasi yang baik dengan instansi lain seperti Bea Cukai,
security, dan pihak pengelola pelabuhan menjadi strategi pilihan Raka dalam menjalankan tugasnya.

Dengan santun namun tidak menghilangkan ketegasan, Raka menjelaskan prosedur


pemasukan tanaman dari luar negeri ke kota Batam. Secarik kertas berjudul Surat Penahanan telah
selesai di tanda-tangani oleh Raka. Ketika akan dimintakan tanda tangan, pemilik 250 bibit durian
berkata dengan memelas,

“Bang, tolong lah Bang, mohon dibantu!”

“Maaf Pak, saya tidak dapat membantu. Prosedurnya memang seperti ini”

Anda mungkin juga menyukai