Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yang dimaksud dengan stres (Hans selye, 1950 dalam Hawari 2011)
adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntunan beban
atasnya. Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang
bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup
mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka
dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila
ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga
yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan
baik, maka ia disebut mengalami distres.
Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang
menyebabkan ketegangan dan menganggu stabilitas kehidupan sehari-hari
(Priyoto, 2014). Stres itu sendiri dialami oleh semua orang, baik itu
perempuan ataupun laki-laki. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme
neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk
mengalami gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan
stres, misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam
lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi
sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari (Saorinsong,
dkk, 2014).
Pernyataan diatas di perkuat oleh beberapa survei menunjukkan bahwa
gastritis yang paling sering menyerang usia produktif atau remaja disebabkan
karena tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor
lingkungan (Hartati, dkk, 2014).
Peningkatan kejadian gastritis meningkat sangat pesat pada tahun ke tahun
karena pola hidup bebas sehingga berdampak pada kesehatan tubuh seseorang.

1
2

Dengan pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di


satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus
penyakit tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup
karena urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Dari dampak tersebut, gastritis
merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling
sering terjadi (Gustin, 2012).
Gatritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di
Klinik Penyakit Dalam. Gastritis atau lebih dikenal dengan istilah maag
merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung. Didasarkan
pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Tetapi
keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik bukan merupakan
kelanjutan gastritis akut (Hartati, 2014)
World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap
beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian
diseluruh dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1
juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevelensi
gastritris yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di barat berkisar
4,1% dan bersifat asimptomatik.
Kasus kematian akibat penyakit gastritis di Indonesia hasil
SURKESNAS tahun 2012 gastritis menjadi urutan ke 5 penyebab kematian
umum di Indonesia. Dari survei yang dilakukan pada masyarakat Jakarta pada
tahun 2008 yang melibatkan 1.645 responden mendapatkan bahwa klien
dengan masalah gastritis ini mencapai 60% artinya masalah gastritis ini
memang ada di masyarakat dan tentunya harus menjadi perhatian kita semua
(Prasetyo, 2016).
Presentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO
tahun 2012 adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
3

jiwa penduduk. Dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6%
yaitu di Kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh
31,7%, dan Sukabumi 31,2%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun
2012, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia dengan jumlah
30.154 kasus (4,9%) (Perwitasari, 2012).
Penyakit gastritis ini jika dibiarkan terus menerus di biarkan akan
merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker
lambung hingga menyebabkan kematian (Shulfany, 2011). Gastritis sering
menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi jarang menjadi parah kecuali
bila pada saat yang sama juga terjadi luka kronis dan sering mengalami
kekambuhan pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan
muntah darah atau terdapat pada feses yang memerlukan perawatan segera
(Rifani, 2009, dalam Putri, 2010).
Oleh karena itu, gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun
beberapa kondisi-kondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai
peradangan lapisan lambung. Gastritis dikenal di masyarakat dengan istilah
sakit maag atau sakit ulu hati, kondisi ini bisa timbul mendadak yang biasanya
ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu
makan menurun atau sakit kepala. Peningkatan gastritis banyak dialami oleh
remaja di seluruh dunia (Gobel, 2012).
Kejadian gastritis paling sering menyerang usia produktif termasuk
remaja, misalnya survei yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) belum lama ini, sekitar 60 persen penduduk Jakarta yang
termasuk dalam usia produktif sudah terkena maag (gastritis). Bahkan, pada
remaja sendiri sudah ada sekitar 27 persen yang menderita gastritis.Hal
tersebut diduga karena tingginya masih banyak masyarakat, khususnya anak-
anak muda, yang menganggap sepele keberadaan penyakit maag (Handayani,
2012).
4

Pada usia remaja masyarakat rentan terserang gejala gastritis, dari


tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan
serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bisa menyebabkan munculnya gejala gastritis. Meskipun itu tidak jarang
masyarakat masih beranggapan bahwa gastritis timbul hanya karena factor
asupan makanan atau telat makan.
Gastritis pada remaja dapat disebabkan beberapa faktor. Penyebab
gastritis antara lain oleh iritasi, infeksi, dan atropi mukosa lambung. Dimana
faktor-faktornya berawal dari faktor stres, alkohol, infeksi Helicobacter pylori
dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan seperti NSAIDs (Nonsteroidal
Antiinflammatory Drugs), dan lain-lain yang dapat mengiritasi mukosa
lambung. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada
penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu
mencapai 70-80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit
yang bukan disebabkan bukan oleh gangguan pada organ lambung melainkan
lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis dan
kecemasan. Kejadian penyakit gastritis atau gejala muncul berulang karena
salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres (Misnadiarly, 2009).
Hasil penelitian Rahmawati (2010) menyebutkan beberapa faktor
presdiposisi dalam kejadian gastritis adalah karakteristik responden, stres
psikologis, dan perilaku konsumsi. Berdasarkan penelitiannya mengenai
hubungan antara karakteristik responden, stres psikologis, perilaku makan
dan minum dengan kejadian penyakit gastritis di puskesmas Lamongan tahun
2010 didapatkan hasil adanya hubungan antara stres psikologi dengan
kejadian gastritis dengan prevelensi rasio 2,19 untuk responden yang sangat
rentan stres psikologis dan prevelensi rasio 2,83 untuk responden yang rentan
stres psikologi.
Penelitian tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gustin (2011) didapatkan bahwa faktor stres berhubungan dengan kejadian
grastitis pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota
Bukittinggi dengan menunjukan nilai p-value 0,000. Stres yang
5

berkepanjangan merupakan salah satu faktor pemicu karena mengakibatkan


peningkatan produksi asam lambung. Hal ini menyebabkan kejadian gastritis
dihubungkan dengan keadaan psikologis seseorang. Produksi asam lambung
akan meningkat pada keadaan stres, seperti beban kerja yang berlebihan,
cemas, takut, atau diburu-buru.
Rumah Sakit Betha Medika merupakan salah satu Rumah Sakit Umum
Swasta yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi yang beralamat di Jalan
Raya Cibaraja No 596 Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Untuk
meningkatkan pelayanan dan kualitas standar Rumah Sakit maka pada bulan
Januari 2014 RS Betha Medika bergabung dengan Grup Kasih dengan
memiliki 29 ruangan perawatan 93 kapasitas tempat tidur dengan BOR 80%.
RS Betha Medika salah satu rumah sakit swasta yang mengikuti anjuran
pemerintah dengan menerima pasien BPJS, jamkesda, serta menerima pasien
dari asuransi swasta nasional sehingga banyaknya kejadian penyakit yang ada
di RS Betha Medika (Profil RS Betha Medika, 2014).
Dimana penyakit gastritis merupakan penyakit yang masuk kedalam
daftar penyakit yang paling banyak. Berdasarkan data rekapan tahunan dari
RS Betha Medika, penyakit gastritis menempati 10 besar Penyakit Tidak
Menular (PTM) di ruang rawat inap RS Betha Medika. Dengan
memperlihatkan data bahwa di ruang rawat inap RS Betha Medika Kabupaten
Sukabumi gatritis merupakan penyakit dengan kejadian terbanyak yaitu
sebanyak 249 kejadian gastritis (RS Betha Medika, 2017).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui informasi yang didapatkan
dari wawancara dan observasi terhadap 5 orang pasien remaja di ruang rawat
inap RS Betha Medika, dari 5 orang pasien tersebut 3 pasien mengalami
penyakit gastritis dengan dibuktikan diagnose dokter spesialis dalam dan
menyatakan sedang dalam kondisi stress dengan alasan pusing pelajaran
sekolah, kemudian 1 pasien lagi mengalami penyakit gastritis tapi tidak
mengalami stres dan gastritisnya berasal dari pola makan yang salah, dan 1
pasien menyatakan tidak mempunyai penyakit gastritis dan tidak mengalami
stress.
6

Perawat adalah caregiver yang mampu membantu klien dalam


memenuhi semua kebutuhan dasar manusia. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat memberikan bantuan kepada pasien dengan melakukan
asuhan keperawatan salah satunya dengan penyakit gastritis, selain itu
perawat mempunyai peran sebagai konselor yang ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan penderita dalam mengatasi masalah stres yang
dialami pasien gastritis. Sehingga masalah stres tersebut menjadi salah satu
tugas yang harus diselesaikan oleh petugas kesehatan tidak terkecuali perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan.
Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Stres dengan Kejadian Gastritis Pada
Remaja di Ruang Rawat Inap RS Betha Medika Kabupaten Sukabumi”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
Apakah ada hubungan stres dengan kejadian gastritis pada remaja di
Ruang Rawat Inap RS Betha Medika Kabupaten Sukabumi.

1.3 Rumusan Masalah


Hasil studi pendahuluan dengan tekhnik wawancara yang telah dilakukan
di Rumah Sakit Betha Medika Kabupaten Sukabumi yang telah di gambarkan
di latar belakang. Berdasarkan fenomena tersebut maka pertanyaan dalam
penelitian ini adalah ”adakah hubungan stres dengan kejadian gastritis pada
remaja di Ruang Rawat Inap RS Betha Medika Kabupaten Sukabumi?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada hubungan stres dengan kejadian gastritis
pada remaja di Ruang Rawat Inap RS Betha Medika Kabupaten
Sukabumi.
7

1.4.2 Tujuan Khusus


1.4.2.1 Untuk mengidentifikasi stress pada remaja di ruang rawat inap RS
Betha Medika Kabupaten Sukabumi.
1.4.2.2 Untuk mengidentifikasi kejadian gastritis pada remaja di ruang
rawat inap RS Betha Medika Kabupaten Sukabumi.
1.4.2.3 Untuk mengidentifikasi ada hubungan stres dengan kejadian
gastritis pada remaja di Ruang Rawat Inap RS Betha Medika
Kabupaten Sukabumi.

1.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian merupakan suatu pernyataan yang masih lemah
dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat
diterima atau ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah
dikumpulkan dalam penelitian (Hidayat, 2010). Hipotesis dalam penelitian
ini adalah ada hubungan stres dengan kejadian gastritis pada remaja di Ruang
Rawat Inap RS Betha Medika Kabupaten Sukabumi.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih bagi ilmu
Keperawatan Medikal Bedah dan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama
manajemen kesehatan khususnya yang berkaitan tentang hubungan ada
stres dengan kejadian gastritis pada remaja di penelitian selanjutnya.
1.6.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
1.6.2.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
peneliti tentang stres dan kejadian gastritis. Penelitian ini juga
diharapkan dapat di gunakan sebagai acuan dalam usaha
pencegahan terjadinya gastritis.
8

1.6.2.2 Bagi RS Betha Medika Kabupaten Sukabumi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
untuk rencana pengembangan program selanjutnya dan sebagai
bahan pertimbangan penentuan kebijakan dalam rangka
mengurangi kejadian gastritis pada remaja.
1.6.2.3 Bagi Penelitian Lainnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
penelitian selanjutanya tentang factor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian gastritis pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai