Anda di halaman 1dari 16

BLOK XIX

(CHILDREN)
ANAMNESIS PADA PASIEN ANAK

LAPORAN SKILL LAB 1

DOSEN PEMBIMBING :

drg. Sri Pandu Utami, M. Si

drg. Lenny Sang Surya, MKM

NAMA MAHASISWA :

PUTRI AZURA JUMER (17-001)


AISYAH RAHMA ARTINI (17-002)
LAVENIASEDA (17-003)
KARLYN ARNELISA (17-004)
RIGANDA TAUFIK (17-005)
SITI LARASATY (17-006)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan tentang anamnesis pada pasien anak.

Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki laporan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan tentang anamnesis pada pasien
anak dapat memberikan manfaat dan wawasan terhadap pembaca.

Padang, 8 Juni 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………….….… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………...……….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Tujuan Masalah…………………………………………………………...2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Anamnesis…..…...…………………………………………..…………….4
2.2 Teknik Manajemen Perilaku Mengatasi Kecemasan Anak terhadap Perawatan
Gigi……………………………..………………………………………………5
BAB III ISI
3.1 Contoh Dialog Anamnesis Antara Dokter Gigi dan Pasien Anak Berdasarkan
Video 1………………………………………….……………………………...7
3.2 Analisis Anamnesis Berdasarkan Video………………………………….10
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..12
DAFTRA PUSTAKA………………………………………………………….13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan gigi anak merupakan perawatan komprehensif atau total patient
care, mencakup tindakan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pemeriksaan
dan penentuan diagnosis adalah bagian dari perawatan gigi anak. Keberhasilan
perawatan anak tergantung dari pemeriksaan yang lengkap dan cermat, diagnosis
yang tepat, rencana perawatan yang sesuai, melakukan perawatan dengan benar,
dan pemeriksaan berkala. Pemeriksaan dan penentuan diagnosis umumnya
dilakukan pada saat kunjungan pertama anak ke klinik gigi. Pada kesempatan
tersebut dokter gigi juga mulai menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan
orang tua dan anaknya, ingat prinsip segitiga perawatan gigi anak. (Finn, 1973)
Kunjungan pertama anak ke dokter gigi menjadi sangat penting untuk
memperoleh kooperatif pasien. Anak yang kooperatif merupakan prasyarat untuk
dapat dilakukan perawatan giginya. Dibutuhkan pendekatan yang hangat terhadap
anak dan sikap yang antusias terhadap orang tua. Pemeriksaan lengkap dilakukan
dengan gerakan yang lembut, dan menggunakan instrument yang minimum agar
tidak membuat anak merasa takut. Pertanyaan dan pernyataan yang dibuat dokter
gigi sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak maupun
orang tua dalam melakukan anamnesa. (Finn, 1973)
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun
kepercayaan diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya,
rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan
pada dirinya serta mengurangi rasa kecemasan pada pasien anak tersebut.
Kecemasan pada perawatan gigi bisa menjadi hambatan utama bagi anak-
anak pada saat menerima perawatan gigi. Anak-anak memiliki kemampuan
komunikasi yang terbatas dan kurang mampu untuk mengungkapkan ketakutan
dan kecemasan mereka. Perilaku mereka adalah cerminan ketidakmampuan
mereka untuk mengatasi kecemasan dan manajemen perilaku adalah sebuah

4
panduan yang dapat memberikan strategi penanganan yang tepat pada pasien anak
(Gupta,dkk 2014).
Penatalaksanaan perilaku pasien anak adalah bagian penting dari praktik
kedokteran gigi anak. Bagi anak yang tidak mampu bekerja sama, dokter gigi
harus mengandalkan teknik manajemen perilaku sebagai pengganti atau
penambahan pada manajemen perawatan. Metode manajemen perilaku
menyangkut komunikasi dan edukasi pada anak serta orang tua pasien. Menjalin
hubungan dengan anak, keluarga dari anak serta tim dokter gigi merupakan proses
yang saling berhubungan. Proses ini dimulai sebelum pasien mendapat perawatan
pembedahan serta dapat memberikan informasi tertulis pada orang tua pasien serta
pertukaran gagasan, nada suara, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan pada
pasien anak.
Hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan rencana
perawatan pada anak antara lain keluhan utama harus dapat diatasi, semua
perawatan dental yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi sistemik
anak, penyakit yang sudah ada dapat diatasi dan dilakukan pencegahan timbulnya
penyakit baru, efek dari perawatan terdahulu terhadap anak harus menjadi
pertimbangan, dan mempertimbangkan keadaan sosial dan ekonomi pasien.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang yang
dilakukan secara berurutan untuk mengumpulkan informasi mengenai keluhan,
riwayat sosial, riwayat kesehatan, serta data-data klinis maupun radiografis yang
berguna untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan. Pemeriksaan
lengkap yang dilakukan pada anak meliputi pemeriksaan subjektif untuk
mengetahui keluhan utama dan riwayat keluhan utama pasien, riwayat medik serta
riwayat gigi dan mulut; pemeriksaan objektif berupa pemeriksaan ekstra oral dan
intra oral.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana melakukan anamnesis
kepada anak

5
1.2.2 Untuk megetahui dan menjelaskan apa saja informasi yang perlu diketahi
saat melakukan anamnesis.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Anamnesis
Anamnesis berasal dari kata ana yang artinya hal-hal yang telah terjadi dan
nesa artinya ingatan. Anamnesa merupakan pengambilan data yang dilakukan
oleh seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian
wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu
dengan penolong pasien untuk mendapatkan sutau infromasi. Anamnesis dibagi
menjadi yaitu auto anmnesis yang berasal dari penderita sendiri dan allo
anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi, dan lainnya. Allo
anamnesis dilakukan biasanya saat pasien dengan penurunan atau perubahan
kesadaran. Seperti pasien bayi, anak-anak, dan lansia yang mengalami perubahan
kesadaran.
2.1.1 Langkah-Langkah dalam Anamnesis
1. Identitas pasien. Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, alamat
tempat tinggal, umur, nama orang tua, dan agama
2. Keluhan utama dan keluhan tambahan. Berikut hal-hal yang perlu
ditanyakan pada pasien :
1) Jika ada keluhan apakah terdapat rasa sakit atau tidak
2) Jika ada, dimana letak rasa sakitnya, bagaimana durasi rasa sakitnya,
lama atau tidak ?
3) Jika ada rasa sakit, apakah rasa sakitnya menyebar atau tidak
(terlokalisir).
4) Sakitnya pada waktu kapan ? Apakah siang atau malam hari ?
5) Apakah rasa sakit terjadi secara terus-menerus atau terputus-putus ?
6) Apakah rasa sakit ditimbulkan karena makan atau minum panas atau
dingin atau sewaktu makan manis.
7) Sebelum dating ke dokter gigi apakah pernah melakukan pengobatan
sendiri atau pernah dating ke dokter gigi lain.

7
3. Riwayat informasi pasien terbagi tiga yaitu riwayat social, riwayat dental
dan riwayat medis
1) Riwayat social. Pada riwayat social dokter gigi harus dapat menggali
mulai dari pertanyaan meliputi bagaimana kegiatan anak di sekolah,
tanyakan apa hobi anak tersebut, dan tanyakan bagaimana teman-
temannya di sekolah, siapa saja temannya.
2) Riwayat dental. Pada riwayat dental tanyakan kapan anak tersebut
datang terakhir kali atau melakukan pemeriksaan gigi terakhir, tanyakan
apakah ada gigi yang pernah dilakukan perawatan sebelumnya.
3) Riwayat medis. Pada riwayat medis tanyakan apakah pasien mempunyai
riwayat penyakit sistemik, seperti penyakit jantung kongenital, asma,
penyakit kelainan darah. Tanyakan apakah pasien mempunyai alergi
serta tanyakan apakah pasien sedang dalam pengobatan belakang atau
pengobatan yang sedang dilakukan.

2.2 Teknik Manajemen Perilaku Mengatasi Kecemasan Anak terhadap


Perawatan Gigi
Pemilihan tehknik manajemen prilaku tergantung pada individu pasien.
Beberapa teknik manajemen prilaku juga dapat dikombinasikan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
1) Tell Show Do
Teknik ini secara luas digunakan untuk membiasakan pasien dengan
prosedur baru, sambil meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan
kepada pasien apa yang akan dilakukan (memperhitungkan usia pasien
menggunakan bahasa yang mudah dipahami). Memberikan demontrasi
prosedur misalnya gerakan handpiece yang lambat pada jari) kemudian
lakukan tindakan yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tell-
show-do dapat mengurangi kecemasan pada pasien anak yang baru pertama
ke dokter gigi (Gupta, 2014).

8
2) Behavior shaping
Pembentukan perilaku (Behavior shaping) merupakan teknik
nonfarmakologi. Teknik ini merupakan bentuk modifikasi perilaku yang
didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran sosial. Prosedur ini secara
bertahap akan mengembangkan perilaku dan memperkuat perilaku sosial.
Behavior shaping terjadi saat perawat gigi atau dokter gigi mengajarkan
anak bagaimana cara berperilaku. Anak-anak diajarkan melalui prosedur ini
secara bertahap.
3) Disentisasi
Disentisasi dalam prakteknya, untuk manajemen kecemasan dental,
stimulus penghasil rasa takut dibangun, dimulai dengan stimulus dengan
ancaman terendah. Namun, sebelum ini dilakukan, pasien diajarkan untuk
rileks. Jika keadaan relaksasi sudah tercapai, stimulus yang menimbulkan
rasa takut mulai diperkenalkan diawali dengan stimulus yang tidak
menimbulkan kecemasan kemudian dapat dilanjutkan dengan stimulus yang
mulai menimbulkan rasa takut (Duggal dkk., 2013).
Desentisasi membantu seseorang untuk menangani ketakutan atau
phobia yang spesifik melalui kontak yang berulang. Stimulus penghasil rasa
takut diciptakan dan diterapkan pada pasein secara berurutan, dimulai
dengan yang paling sedikit menimbulkan rasa takut. Teknik ini berguna
untuk menangani ketakutan yang spesifik, contohnya anastesi gigi pada
anak.
4) Distraksi (Pengalihan Perhatian)
Beberapa jenis kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian
anak, seperti memainkan film yang sesuai usia anak, bermain video game,
dan lainnya bisa bermanfaat untuk mengalihkan perhatian anak. Namun,
berbicara dengan anak selama perawatan adalah metode yang efektif untuk
mengalihkan perhatian anak (Duggal dkk., 2013).

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Contoh Dialog Anamnesis Antara Dokter Gigi dan Pasien Anak
Berdasarkan Video 1
Perawat : Pasien bernama valentino alberto, silahkan masuk ?
Ibu bapak dan pasien masuk kedalam ruangan peraktek dokter gigi
Ibu : Yuk, masuk yuk sayang yuk!
Drg : selamat siang ( sambil bersalaman )
Drg : Jadi, hari ini siapa yang sakit?
Ibu : Ini dok, anak saya. Katanya giginya sakit!
Drg : Oh gitu, kamu namanya siapa?
Bapak : Eh ditanya dokter jawab?
Drg : Namanya siapa?
Anak : Valen
Drg : Oh valen,panggilannya valen ya?, umurnya berapa?
Anak : (menjawab menggunakan jari)
Drg : Oh, 8 tahun. Kamu tinggalnya dimana?
Anak : Depan masjid.
Ibu : Itu lo dok, yang dijalan pajajaran gang apalah gitu.
Drg : Oh iya iya, dekat masjid itu ya? Jadi ini gimana bapak ibu, kok bisa
sakit? Sejak kapan itu?
Bapak : Oh jadi, valen ini ceritanya kan dua hari yang lalu dia kayak megangin
giginya gitu loe. Terus disuruh makan tu susah gitu lo dok. Gak tau
kenapa.
Ibu : Heee iya rewel.
Bapak : Di gigi bagian belakangnya itu kayak ada hitam-hitamnya gitu, tapi gak
tau kenapa.
Drg : Oh gitu ya,
Bapak : Ya,
Drg : Ya udah, coba saya lihat dulu. Gimana giginya, coba aakk

10
Setelah di periksa
Drg : Oh iya ya ya,giginya ada yang berlubang dikit itu di bagian belakangnya.
Emm kamu sehari berapa kali sikat gigi?
Anak : 2x (menggunakan jari)
Drg : 2x nya kapan aja?
Ibu : Biasanya ini sih dok, pagi sama sore kalau pas mandi.
Drg : Kalau malamnya gk sikat gigi?
Ibu : Enggak sih.
Drg : Terus kamu kalau malam itu, sukanya makan apa ?
Anak : Coklat
Drg : Makan coklat?, oh berarti gak sikat gigi habis makan coklat?
Dokter menjelaskan kepada ibu, bapak dan pasien
Drg : Nah itu faktornya, kenapa gigi kamu bisa jadi berlubang. Jadi, kalau
malam itu kamu habis makan coklat ntar bakterinya senang dapat coklat,
nah karena senang itu bakteri, habis itu dia merusak gigi kamu. Jadi kalau
misalnya kamu gak gosok gigi sebelum tidur, bakteri itu akan
menggerogoti gigi kamu. Akan menjadi lubang besar, gitu. Dan lama-lama
akhirnya sakit.
Ibu : Terus ini baiknya gimana ya dok?
Drg : Ini karena lubangnya. Kebetu;an belum besar ya bu ya, jadi bisa di
tambal aja gitu!
Bapak : Oh gitu ya dok.
Drg : Mau kan ya di tambal?
Anak : Sakit gak?
Drg : Oh enggak, paling sakitnya gini coba tangannya mana sini ( dan anak pun
memberikan tangannya) nah gini ni, sakit gak?
Anak : Geleng-geleng
Drg : Enggak kan? Nantik kurang lebih sakitnya kayak gitu. Mau ya di tambal
ya?
Anak : Menganggukan kepal

11
Drg : Oke kalau gitu valen giginya di tambal dulu ya. Bapak ibu boleh tunggu
disini atau di luar gak apa-apa. Ayo valen kita kekursi itu.
Setelah pasien selesai diperiksa
Ibu : Udah, gak sakit?
Anak : Enggak.
Drg : Karena valen udah hebat banget, gak merasa sakit giginya pas mau di
tambal, nih dokter kasih hadiah buat kamu. Nih buku cerita.
Ibu : Horee bilang apa sama dokter?
Anak : Makasih
Drg : Sama-sama
Ibu : Terus gimana ini tadi dok? Tadi waktu di tambal.
drg : Nah ini kebetulan emang gigi yang berlubang itu baru satu jadi karena
udah di tambal ini kedepannya kalau dirawat dengan baik-baik giginya
rajin di sikat 2x sehari dan itu pagi dan malam itu bisa bagus giginya,
sampai nanti ganti semua jadi permanen.
Ibu : Oh gitu, baik dok.
Drg : Jadi sikat giginya valen itu, bukan pagi dan sore ya. Tapi pagi dan malam
sebelum tidur. Eemmm yang sorenya gak usah gak papa, pokoknya
minimal pagi dan malam gitu.
Anak : Berarti gak boleh makan coklat.
Drg : Oh kalau coklatnya masih boleh tapi gak boleh sering-sering ya. Kalau
mau makan coklat gak papa tapi sebelum tidur harus sikat gigi lagi, habis
sikat gigi gak boleh lagi makan makanan kecuali minum air putih, agar
giginya bersih sampai besok pagi gitu.
Ibu : Itu jadi sikat giginya pagi sama malam.
Bapak : Ya dengerin kata dokternya.
Anak : Menganggukan kepalanya.
Drg : Gimana, ada yang bisa di bantu lagi mungkin?
Ibu : Berarti ini udah gak ada apa-apa lagi kan dok?
Drg : Udah enggak.

12
Ibu : oh yasudah!
Bapak : Yasudah, terimaksih banyak dok?
Drg : iya, sama-sama

3.2 Analisis Anamnesis Berdasarkan Video 1


Dalam proses anamnesis dengan pasien anak dokter gigi harus dapat
berkomunikasi dengan bahasa yang mudah di mengerti membangun suasana
senyaman mungkin sehingga pasien anak merasa nyaman untuk menyampaikan
keluhannya. Orang tua juga memberikan kontribusi selama anamnesis, dokter gigi
juga harus bisa menggali informasi tentang riwayat penyakit kepada orang tua
pasien atau orang yang bertanggung jawab atas pasien anak tersebut.
Dari video yang telah di tampilkan ada beberapa hal yang tidak di tanyakan
oleh dokter gigi saat melakukan anamnesis seperti menanyakan keluhan tambahan
seperti apa yang memperparah atau memperingan rasa sakit, lokasi rasa sakit,
bagaimana terjadinya nyeri. Riwayat penyakit terdahulu seorang dokter harus
mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit terdahulu secara
lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat
ini merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
Selanjutnya pada video dokter gigi juga tidak menanyakan riwayat penyakit
keluarga seperti menanyakan riwayat penyakit orang tuanya dan juga riwayat
kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain, sehingga dapat terdeteksi
siapa saja yang mempunyai potensi untuk menderita penyakit yang sama. Hal lain
yang di tanyakan adalah riwayat kebiasaan sosial seperti kebiasaan buruk yang
memacu terjadinya suatu keluhan dan penyakit yang di rasakan oleh pasien
tersebut. Riwayat alergi obat seharusnya juga di tanyakan agar dalam memberikan
peresepan obat tidak terjadi respon berlebihan dari pasien setelah meminum obat.
Teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan anak saat
perawatan gigi atau pemeriksaan gig dapat dilakukan dengan teknik tell show do.
Teknik ini digunakan untuk membiasakan pasien dengan prosedur baru, sambil
meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada pasien anak apa yang
akan dilakukan, tunjukkan alat apa yang akan digunakna pada giginya nanti

13
(memperhitungkan usia pasien menggunakan bahasa yang mudah dipahami).
Memberikan demontrasi prosedur misalnya gerakan handpiece yang lambat pada
jari) kemudian lakukan tindakan yang sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari video tentang anamnesis pada kasus gigi anak tersebut
dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki bernama Valen yang berumur 8 tahun
datang ke dokter gigi bersama orang tuanya dengan keluhan merasakan sakit pada
gigi bagian belakangnya.
Pada saat dokter gigi melakukan anamnesis dapat dilihat bahwa anak
tersebut memiliki perilaku yang baik dan kooperatif. Setelah dilakukannya
anamnesis, dokter gigi melakukan pemeriksaan ketika diperiksa pada gigi anak
tersebut ternyata giginya berlubang yang tidak terlalu dalam. Kemudian, dokter
gigi menyarankan untuk giginya ditambal dan anak tersebut mau ditambal dengan
sangat kooperatif.
Setelah ditambal, anak tersebut senang dengan tersenyum kepada dokter
giginya. Lalu, dokter gigi memberikan hadiah kepada anak tersebut karena telah
mau turuti dokternya. Kemudian, dokter gigi memberi komunikasi informasi dan
edukasi dengan mengingatkan untuk rajin menyikat gigi 2 kali sehari saat pagi
dan malam sebelum tidur.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gupta, A., dkk., 2014, Behaviour management of an anxious child,


Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal; Vol. 16, No 1.
Hidayat AA. pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika, 2009: 69, 75-9.

16

Anda mungkin juga menyukai