Anda di halaman 1dari 25

TUGAS TERSTRUKTUR INDIVIDU

PENDIDIKAN IPS TERPADU

MASA REFORMASI (1998-SEKARANG)

Di Susun Oleh:

MOHAMMAD NUH (F1092181008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah dan inayah serta nikmat diantaranya adalah nikmat

sehat, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Masa Reformasi

(1998-Sekarang).

Adapun tujuan dibuatnya tugas makalah ini selain untuk mendapatkan

nilai tugas tetapi juga agar dapat memahami Masa Reformasi (1998-Sekarang).

Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat

tugas makalah ini tapi dengan semangat dan kegigihan yang Penulis lakukan serta

dorongan, arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga Penulis

mampu menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan baik,oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah banyak

membantu.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran

kita semua.

Pontianak, 24 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penyusunan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Reformasi 3

B. Bentuk Reformasi 3

BAB III PEMBAHASAN

A. Lahirnya Gerakan Reformasi 4

B. Perkembangan Politik pada Masa Reformasi 4

C. Perkembangan Ekonomi pada Masa Reformasi 4

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 17

DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi adalah perubahan Sejak dikumandangkan bulan Mei 1998,

reformasi di segala bidang tengah digalakkan oleh Bangsa kita dengan semangat

untuk menegakkan demokrasi. Tapi apa yang bisa kita rasakan dan kita lihat dari

hasil reformasi ini? Reformasi yang telah berjalan dua belas tahun ini semula

bertujuan menegakkan demokrasi dan HAM, kini kita lihat hasilnya.

Reformasi yang dapat memperbaiki nasib bangsa dan mengangkat harkat 

martabat bangsa.Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya

perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih

baik secara konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang

politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demo-kratis

berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Gerakan reformasi

lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis

politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor-faktor yang

mendorong lahirnya gerakan reformasi

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang Menyebabkan Lahirnya Gerakan Reformasi ?

2. Bagaimana Perkembangan Politik pada masa reformasi ?

3. Bagaimana Perkembangan Ekonomi pada Masa Reformasi ?

1
2

C. Tujuan Penyusunan

1. Agar kita mengetahui apa itu reformasi .

2. Mengetahui perkembangan politik dan ekonomi pada masa reformasi

1998.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Reformasi

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik

secara konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik,

ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demo-kratis berdasarkan

prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.

Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai

segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan

faktor-faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis

kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan. Artinya,

reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan

karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan

tersebut. Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya

pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal. Pergantian

kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik,

ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Semua itu merupakan jalan menuju

terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram, dan damai. Rakyat tidak

mempermasalahkan siapa yang akan pemimpin nasional, yang penting kehidupan

yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan dapat segera terwujud

(cukup pangan, sandang, dan papan). Namun demikian, rakyat

3
4

Indonesia mengharapkan agar orang yang terpilih menjadi pemimpin nasional

adalah orang yang peduli terhadap kesulitan masyarakat kecil dan krisis sosial.

B. Bentuk Reformasi

Reformasi di bagi dalam 3 bentuk :

Reformasi Prosedural, adalah tuntutan untuk melakukan perubahan pada

tataran normatif atau aturan perundang-undangan dari yang berbentuk otoriter

menuju aturan demokratis. Undang- Undang yang mengatur bidang politik harus

menjamin adanya ruang kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan aktifitas

politik. Undang- Undang yang mengatur bidang sosial budaya harus memberikan

kesempatan masyarakat untuk membentuk kelompok sosial sebagai ekspresi

kolektif dari identitas masing- masing. Undang-undang yang mengatur bidang

ekonomi harus melindungi kepentingan masyarakat umum (ekonomi kerakyatan)

bukan pengusaha dan penguasa. Begitulah kira- kira gambaran umum arah

reformasi prosedural. Pada konteks ini, hemat penulis , Indonesia dapat dikatakan

telah menjalankan reformasi prosedural itu. Pasca tahun 1998, peraturan

perundang- undangan telah banyak dirubah bahkan peraturan yang mendasari

berdirinya Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sudah empat

kali dilakukan perubahan (amandemen).

Undang-Undang No 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah daerah

yang dinilai sentralistik telah dirubah menjadi Undang-Undang 22 Tahun 1999

dan dirubah lagi menjadi Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintah

daerah yang menjunjung tinggi asas demokrasi yaitu dengan adanya desentralisasi
5

kekuasaan dan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Pembahasan perubahan kesemua undang-undang tidak mungkin dibahas pada

tulisan ini. Setidaknya dalam era reformasi ini secara prosedural terbersit harapan

adanya repositioning pola relasi antara masyarakat dan negara, seperti yang

dicatat oleh Lukman Hakim dalam bukunya yang berjudul Revolusi Sistemik

(2003:196) di era reformasi, negara telah memberi kesempatan seluas mungkin

kepada rakyat untuk melakukan usaha-usaha produktif guna memperkuat posisi

tawarnya terhadap negara.Pertanyaannya, rakyat yang mana yang dapat

merasakan reformasi prosedural itu? Rakyat, menurut Gramsci ada tiga model

yakni rakyat kapital, rakyat politik kolektif, dan rakyat proletar. Hemat penulis,

selama ini reformasi prosedural hanya dinikmati oleh rakyat kapital (konglomerat)

dan rakyat politik kolektif (Parpol,LSM). Sedangkan rakyat proletar (masyarakat

tani dan buruh) hanya menjadi penonton, objek politik, dan bahkan seringkali di

eksploitasi oleh politikus, pengusaha, dan penguasa.

Reformasi Struktural, adalah tuntutan perubahan institusional negara dari

birokratik menuju birokrasi. Birokratik adalah lembaga negara yang hirarkis,

sentralistik dan otoriter. Birokrasi adalah lembaga negara yang responsif, penegak

keadilan, transparantif, dan demokratis yang menegakkan istilah-istilah suport

system reformasi yang diuaraikan diawal tulisan ini. Terbentuknya sejumlah

lembaga non struktural (komisi) menandakan Indonesia telah masuk pada

reformasi struktural. Komisi adalah Lembaga ekstra struktural yang memiliki

fungsi pengawasan, mengandung unsur pelaksanaan atau bersentuhan langsung

dengan masyarakat atau pihak selain instansi pemerintah (lapis primary), biasanya


6

anggota terdiri dari masyarakat atau profesional dan kedudukan sekretariat tidak

menempel dengan instansi pemerintah konvensional. Pasca gerakan reformasi

1998 hingga saat ini lembaga non struktural berjumlah 12 komisi, yakni: Komisi

Pemberantasan Korupsi, Komisi Yudisial, Komisi Hukum Nasional, Komisi

Ombudsman, Komisi Nasional HAM, Komisi Kepolisian Negara, Komisi

Pengawas Persaingan Usaha, Komisi Penyiaran Nasional, Komisi Pemilihan

Umum, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komisi Penghapusan Kekerasan

terhadap Perempuan, Komisi Kejaksaan. Lembaga non struktural tersebut

memiliki kewenangan, yakni: meminta bantuan, melakukan kerjasama dan atau

koordinasi dengan aparat atau institusi terkait, melakukan

pemeriksaan (investigasi), mengajukan pernyataan pendapat, melakukan

penyuluhan, melakukan kerjasama dengan perseorangan, LSM, Perguruan Tinggi,

Instansi Pemerintah, Memonitor dan mengawasi sesuai dengan bidang tugas,

Menyusun dan menyampaikan laporan rutin dan insidentil, Meningkatkan

kemampuan dan keterampilan anggota. Pada umumnya, komisi-komisi tersebut

memiliki kewenangan untuk menegakkan keadilan dan membantu masyarakat

untuk memonitoring, membina, mengawasi, dan menyelidiki proses kerja

lembaga negara, Presiden,MA,MK,DPR,DPD, dan seluruh jajaran birokrasi

dibawahnya agar menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sehingga

terwujudnya pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good

governance) yaitu birokrasi yang sanggup menempatkan dirinya sebagai pelayan

masyarakat.
7

Reformasi Kultural, adalah tuntutan untuk melakukan perubahan pola pikir,

cara pandang, dan budaya seluruh elemen bangsa untuk menerima segala

perubahan menuju bangsa yang lebih baik. Reformasi kultural merupakan kata

kunci untuk mewujudkan agenda reformasi prosedural dan struktural yang

dijelaskan di atas. Tanpa adanya reformasi kultural, reformasi prosedural dan

struktural hanyalah sebuah simbol yang tidak memiliki makna apa-apa.

Diandaikan sebuah komputer, reformasi prosedural dan kultural

adalah hadwernya, reformasi kultural adalah sofwernya. Hadwer tanpa sofwer itu

bukan dikatakan komputer yang baik.


BAB III

PEMAHASAN

Masa Reformasi (1998-Sekarang)

Reformasi merupakan suatu perubahan tatatan perikehidupan lama menuju

tatanan per kehidupan baru yang lebih baik. Gerakan Reformasi yang terjadi di

Indonesia pada tahun 1996 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk

melakukan perubahan dan pembarua utama perbaikan tatanan perikehidupan

dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial Dengan demikian, gerakan

Reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan perikehidupan

baru menuju terwujudnya Indonesia baru.

A. Lahirnya Gerakan Reformasi

Gerakan Reformasi merupakan sebuah perjuangan karena hasil-hasilnya

tidak dapat dinikmati dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat dimaklumi karena

gerakan Reformasi memiliki agenda pembaruan dalam segala aspek kehidupan.

Oleh karena itu, semua agenda reformasi tidak mungkin dilaksanakan dalam

waktu yang bersamaan dan dalam waktu yang singkat.

Secara umum, latar belakang munculnya Reformasi adalah adanya ketidak

adilan dan penyelewengan dalam pelaksanaan pemerintahan pada masa Orde

Baru, Ketidakadilan dan penyelewengan itu terjadi di bidang politik, ekonomi,

serta hukum. Di semua bidang ini sering terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Hal itu terjadi karena Pancasila dan UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni

dan konsekuen

8
9

Gerakan Reformasi diawali dengan adanya krisis moneter tahun 1997.

Krisis moneter dan keuangan yang semula terjadi di Thailand pada bulan Juli

1997 merembet ke Indonesia. Hal ini diperburuk dengan kemarau terburuk dalam

50 tahun terakhir. Dari beberapa negara Asia, Indonesia mengalami krisis paling

parah. Solusi yang disarankan IMF justru memperparah krisis. Melemahnya nilai

tukar rupiah mengakibatkan pertum buhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan

iklim bisnis semakin bertambah lesu.

Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan dan beberapa bank

harus dilikuidasi pada akhir tahun 1997. Untuk membantu bank-bank yang

bermasalah, peme. rintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN) dan mengeluarkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Ternyata,

usaha pemerintah itu tidak dapat memberikan hasil karena pinjaman bank-bank

bermasalah justru semakin besar. Keadaan tersebut mengakibatkan pemerintah

harus menanggung utang yang sangat besar dan kepercayaan dunia internasional

terhadap Indonesia semakin menurun dan investasi pun semakin melemah.

Akibatnya, pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana.

Angka penganggguran pun terus meningkat dan daya beli masyarakat terus

melemah. Kesenjangan ekonomi yang telah terjadi sebelumnya semakin melebar

seiring dengan terjadinya krisis ekonomi. Keadaan kemudian diperparah dengan

terkuaknya praktik ko. rupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di kalangan para

pejabat pemerintah.
10

Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan

munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh

mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan

reformasi total. Demonstrasi besarbesaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12

Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat

mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat

mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan,

dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi

gelar sebagai Pahlawan Reformasi.

Peristiwa tersebut menyulut kerusuhan besar di Jakarta pada 13-14 Mei

1998 yang merembet ke kota-kota yang lain, seperti Solo, Surabaya, Medan, dan

Padang, Ratusan bangunan dan kendaraan dihancurkan dan dibakar massa. Pada

tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu mahasiswa bersama-sama rakyat yang

berdemonstrasi di jalan-jalan semakin gencar. menuntut Presiden Soeharto untuk

mundur dari jabatannya. Bahkan gedung DPR/MPR pun diduduki oleh ribuan

mahasiswa

Menanggapi aksi Reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan me-

reshuffle Kabinet Pembangunan Vll menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu, juga

akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu,

UU Kepartalan, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU

Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk

karena 14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi.


11

Adanya penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari

jabatannya.

Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri dan segera

digantikan oleh B.J. Habibie yang sebelumnya menjabat wakil presiden. Naiknya

B.J. Habibie ke kursi Presiden ke-3 RI itu tidak diterima secara bulat oleh semua

kelompok masyarakat, namun memberikan harapan baru menuju Indonesia yang

lebih baik.

B. Perkembangan Politik

1. Sidang Istimewa MPR 1998

Di tengah maraknya gelombang demonstrasi mahasiswa dan

desakan kaum intelektual terhadap legimitasi pemerintahan Habibie,

pada 10-13 November 1998, MPR mengadakan Sidang Istimewa untuk

menetapkan langkah pemerintah dalam melaksanakan reformasi di

segala bidang. Beberapa hasil yang dijanjikan pemerintah dalam

menghadapi tuntunan keras dari mahasiswa dan gerakan Reformasi

telah menghasilkan 12 ketetapan MPR, meliputi berikut.

a. Tap MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi

Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi

Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara

b. Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara

yang bersih dan bebas KKN.

c. Tap MPR No. XH/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan

Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.


12

d. Tap MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi

Daerah. 5) Tap MPR No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekononti

dalam Rangka Demokrasi Ekonomi

e. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

f. Tap MPR No. VII/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan

atas Tap MPR Nomor: 1/MPR/1983 tentang Peraturan Tata Tertib

MPR sebagaimana telan be berapa kali dirubah dan ditambah

dengan ketetapan MPR yang terakhir Nomor I/MPR/1998

g. Tap MPR No. XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Penambahan

atas Tap MPR No. III/MPR/1998 tentang Pemilihan Umum.

h. Tap MPR No. III/V/MPR/1998 tentang mencabut Tap MPR No.

IV/MPR/1983 tentang referendum.

i. Tap MPR No. IX/MPR/1998 tentang mencabut Tap MPR No.

II/MPR/1998 tentang GBHN.

j. Tap MPR No. XII/MPR/1998 tentang mencabut Tap MPR

No.V/MPR/1998 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang khusus

kepada Presiden/Mandataris MPR Rl dalam Rangka Penyukseskan

dan Pengamanan Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan

Pancasila.

k. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang mencabut Tap MPR No.

II/MPR/1978 tentang Pendoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila (Eka Prasetia Pancakarsa) dan penetapan tentang

Penegasan Pancasila sebagai Dasar Ne gara.


13

2. Otonomi Daerah

Otonomi daerah secara umum diartikan sebagai pemberian

kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Reformasi

menghendaki adanya perubahan mendasar terkait hubungan antara

pusat dan daerah. Otonomi daerah pada masa Reformasi dilaksanakan

secara lebih demokratis dari masa sebelumnya.

Untuk menjamin proses desentralisasi berlangsung dan

berkesinambungan, pada prinsipnya acuan dasar dari otonomi daerah

telah diwujudkan melalui diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 serta regulasi

pelaksanaan berupa Peraturan Pemerintah No. 104 sampai dengan

Peraturan Pemerintah No. 110 Tahun 2000. Dengan dikeluarkannya

UndangUndang tersebut, maka telah terjadi perubahan secara

menyeluruh terhadap pelaksanaan tata pemerintahan yang telah

dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan.

3. Pencabutan Pembatasan Partai Politik

Kebebasan berpolitik pada masa Reformasi dilakukan dengan

pencabutan pembatasan partai politik. Kebebasan untuk mendirikan

partai politik telah memunculkan partai-partai politik yang jumlahnya

cukup banyak. Sebanyak 112 partai politik yang lahir dan mendaftar ke

Departemen Kehakiman. Namun setelah diseleksi hanya 48 partai


14

politik yang berhak mengikuti Pemilu. Pelaksana pemilu adalah Komisi

Pemilihan Umum yang terdiri atas wakil pemerintah dan parpol peserta

Pemilu.

4. Penghapusan Dwi Fungsi ABRI

Pelaksanaan Dwi Fungsi pada masa Orde Baru banyak

meninabulkan penyelewengan. Oleh karena itu, pasca reformasi

dilakukan kebijakan penghapusan Dwi Fungsi ABRI. Tanggal 5 Mei

1999, Presiden Habibie mengeluarkan kebijakan pemisahan institusi

Kepolisian Republik Indonesia. Selanjutnya, dilakukan pengurangan

kursi ABRI di DPR. Istilah ABRI berubah menjadi Tentara Nasional

Indonesia (TNI).

5. Penyelenggaraan Pemilu

Sejak dimulainya masa Reformasi hingga tahun 2019, pemerintah

telah melaksanakan lima kali Pemilihan Umum, yaitu Pemilu tahun

1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019. Pemilu 1999 digelar pada 7 Juni

1999 dan merupakan Pemilu pertama sejak berakhirnya rezim Orde

Baru. Pemilu era Reformasi ini diikuti oleh 48 partai politik yang

berasal dari berbagai elemen. Penentuan kursi dilakukan secara

proporsional berdasarkan persentase suara nasional. Pemilu tahun 2004

merupakan sejarah tersendiri bagi pemerintahan Indonesia, di mana

untuk pertama kalinya rakyat Indo nesia memilih presidennya secara

langsung.
15

C. Perkembangan Ekonomi pada Masa Reformasi

Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde

Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh pemerintahan

Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami

perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil

dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan

dengan keadaan.

1. Masa Kepemimpinan B.J. Habibie

Pada awal pemerintahan Reformasi masyarakat umum dan

kalangan pengusaha dan investor, termasuk investor asing, menaruh

pengharapan besar terhadap kemampuan dan kesungguhan pemerintah

untuk membangkitkan kembali pereko nomian nasional dan

menuntaskan semua permasalahan yang ada di dalam negen warisan

rezim Orde Baru, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN):

supremasi hukum; hak asasi manusia (HAM): Tragedi Trisakti dan

Semanggil dan Il peranan ABRI di dalam politik, dan masalah

disintegrasi.

Masa pemerintahan B.J. Habibie ditandai dengan dimulainya kerja

sama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam

proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan

pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi Di

bidang ekonomi, B.J. Habibie berhasil memotong nilai tukar rupiah


16

terhadap dolar sampai pada level Rp6.500 per dolar AS nilai yang tidak

akan pernah dicapai lagi di era selanjutnya. Namun pada akhir

pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak

MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 10.000,00 Rp

15.000,00 per dolar AS. Selain itu, ia juga memulai menerapkan

independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian

Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi

Indonesia, B.J. Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui

pembentukan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional)

dan unit Pengelola Aset Negara.

b. Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.

c. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah

Rp10.000,00

d. Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah

utang luar negeri.

e. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan

IMF.

f. Mengesahkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat

g. Mengesahkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Pemerintahan Presiden B.J. Habibie yang

mengawali masa Reformasi belum melakukan manuver-


17

manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi Kebijakan-

kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas

politik.

2. Masa Kepemimpinan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun

1999 kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya

perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun tidak jauh

dari 0% dan pada tahun 2000 proses pemulihan perekonomian

Indonesia jauh lebih baik lagi dengan laju pertumbuhan hampir

mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat suku

bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisi moneter di

dalam negeri sudah mulai stabil.

Pada bulan April 2001 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat

menyentuh Rp12.000,00 per dolar AS. Lemah dan tidak stabilnya nilai

tukar rupiah tersebut sangat berdampak negatif terhadap roda

perekonomian nasional yang bisa menghambat usaha pemulihan,

bahkan bisa membawa Indonesia ke krisis kedua yang dampaknya

terhadap ekonomi, sosial dan politik akan jauh lebih besar daripada

krisis pertama Dampak negatif ini terutama karena dua hal. Pertama,

perekonomian Indonesia masih Selain itu, pada periode ini pemerintah

melaksanakan beberapa program baru yang dimaksudkan untuk

membantu ekonomi masyarakat kecil, di antaranya PNPM Mandiri dan

Jamkesmas. Pada praktiknya, program-program ini berjalan sesuai


18

dengan yang ditargetkan meskipun masih banyak kekurangan. Pada

pertengahan bulan Oktober 2006, Indonesia melunasi seluruh sisa utang

pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS.

3. Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1998 belum dapat

dilalui oleh dua presiden sebelum Megawati sehingga pemerintahannya

mewarisi berbagai persoalan ekonomi yang harus dituntaskan. Masalah

ekonomi yang kompleks dan saling berkaitan menuntut perhatian

pemerintah untuk memulihkan situasi ekonomi guna memperbaiki

kehidupan rakyat. Wakil Presiden Hamzah Haz menjelaskan bahwa

pemerintah merancang paket kebijakan pemulihan ekonomi menyeluruh

yang dapat menggerakkan sektor riil dan keuangan agar dapat menjadi

stimulus pemulihan ekonomi.

Minimnya kontroversi selama masa pemerintahan Megawati

berdampak positif pada sektor ekonomi. Salah satu indikator

keberhasilan pemerintahan Presiden Megawati adalah rendahnya

tingkat inflasi dan stabilnya cadangan devisa negara. Nilai tukar rupiah

relatif membaik dan berdampak pada stabilnya harga-harga barang,

Kondisi ini juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap

perekonomian Indonesia yang dianggap menunjukkan perkembangan

positif. Kenaikan inflasi pada bulan Januari 2002 akibat kenaikan harga

dan suku bunga serta berbagai bencana lainnya juga berhasil ditekan

pada bulan Maret dan April 2002


19

4. Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid 1 (Era SBY - JK) = (2004-

2009). Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat

kebijakan mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan

harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak

dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan

dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan lainnya pada masa kepemimpinan Susilo Bambang

Yudhoyono yakni bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat

miskin. Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin agar

tetap dapat memenuhi kebutuhan dasa mencegah penurunan taraf

kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi

Memasuki tahun kedua masa jabatannya, SBY hadir dengan

terobosan pembangunannya berupa Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3 EI). Melalui

langkah MP3EI, percepatan pembangunan ekonomi akan dapat

menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan

pendapatan per kapita antara US$ 14.250-US$ 15.500, dengan nilai

total perekonomian (PDB) berkisar antara US$ 4,0-4,5 triliun.

5. Masa Kepemimpinan Joko Widodo


20

Ir. H. Joko Widodo atau Jokowi adalah Presiden ke-7 Indonesia

yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. la terpilih bersama Wakil

Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Jokowi

memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia

Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Mulai

tanggal 8 November, ia mengikuti beberapa konferensi tingkat tinggi,

seperti APEC, Asian Summit, dan G20. Dari APEC, Jokowi berhasil

membawa komitmen investasi senilai Rp300 triliun.

Di bidang kelautan, diterapkan perlakuan keras terhadap pencuri

ikan ilegal. Di bidang pertanian, diadakan reformasi agraria dengan

mendorong petani mendapat sertifikat sehingga dapat menggarap tanah

dengan status legal. Di bidang infrastruktur ada banyak proyek

pembangunan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam sektor

ini, di antaranya membangun Jalan Tol Trans-Sumatra, Tol Solo-

Kertosono, pelabuhan Makassar, dan meresmikan operasional Terminal

Teluk Lamong sebagai bagian dari Greater Surabaya Metropolitan Port.

Pada masanya, tercatat telah terjadi swasembada beras, jagung,

bawang merah, dan cabai, dengan membandingkan angka produksi

yang lebih besar dari kebutuhan. Namun, masih ditandai dengan

beberapa kali impor untuk memenuhi cadangan dan kepentingan

kebutuhan beras dan jagung khusus yang tidak bisa disediakan petani

Indonesia.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reformasi merupakan suatu perubahan tatatan perikehidupan lama menuju

tatanan per kehidupan baru yang lebih baik. Gerakan Reformasi yang terjadi di

Indonesia pada tahun 1996 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk

melakukan perubahan dan pembarua utama perbaikan tatanan perikehidupan

dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial Dengan demikian, gerakan

Reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan perikehidupan

baru menuju terwujudnya Indonesia baru.

Secara umum, latar belakang munculnya Reformasi adalah adanya

ketidakadilan dan penyelewengan dalam pelaksanaan pemerintahan pada masa

Orde Baru, Ketidakadilan dan penyelewengan itu terjadi di bidang politik,

ekonomi, serta hukum.

Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde

Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh pemerintahan

Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami

perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil

dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan

dengan keadaan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, S, Kusumawati, I dan Maryani. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk

SMP/MTS dan Sederajat Kelas IX. Surakarta : Putra Nugraha

Budiono, Heru dan Alfian Fahmi Awaludin. 2007. Jurnal Perkembangan Historiografi

Buku Teks Sejarah Di Indonesia Masa Orde Baru Hingga Reformasi, 1

22

Anda mungkin juga menyukai