Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROSES MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA


Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah :
Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Suhada, MA

Disusun oleh :
Putri Rizkiana
Siti Nurul Kholiqul Jannah

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hikmah


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
Jl. Jeruk Purut No.10, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12560, Indonesia
Tahun Akademik 2017-2018
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta inayah-Nya penyusun
berhasil menuntaskan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat, serta umatnya yang senantiasa setia hingga akhir zaman. Aamiin.
Makalah berjudul “Proses Masuknya Islam di Indonesia” ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam penyusunannya,
penyusun banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya,
penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat
ganda.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
sangat jauh dari sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran membangun sangat
penyusun harapkan demi kemajuan bersama.
Akhir kata, semoga makalah ini mampu memberikan wawasan kepada kita
semua. Aamiin.

Jakarta, 3 Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1    Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2    Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3   Tujuan Penulisan......................................................................................... 2

BAB II URAIAN PEMBAHASAN.............................................................. 3


2.1 Proses Masuknya Islam di Indonesia .......................................................... 3
2.2 Teori Masuknya Islam ke Indonesia............................................................ 8
2.3 Kerajaan – Kerajaan Islam di Indonesia ...................................................... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19


3.1  Kesimpulan................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai


pelayar - pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal Masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia
dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan
sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan
menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Pedagang-pedagang
muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 M (Abad 1 Hijriyah), ketika Islam pertama kali
berkembang di Timur Tengah1 Hubungan perdagangan ini juga menjadi hubungan
penyebaran agama Islam yang semakin lama semakin lebih intensif.

Sejak abad pertama Nusantara yang menghasilkan komoditi rempah-


rempah dan banyak disukai di Eropa (Romawi) masa itu menyebabkan pedagang-
pedagang Arab singgah di pantai barat Sumatra dan selat Malaka yang
menghubungkan imperium Timur (kekaisaran Cina). Pedagang Arab sudah
berperan sebagai pengatur jalur perdagangan Barat-Timur Dengan demikian,
Indonesia telah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di timur
maupun di barat, karena menjadi jalur lalu lintas perjalanan. Sebagai wilayah yang
mudah dijangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika
Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali
untuk penyebaran agama Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.191-192.

1
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa hal yang
perlu dirumuskan dalam makalah ini di antaranya :
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia?
2. Apa saja Teori masuknya Islam di Indonesia?
3. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan


penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
proses masuknya Islam di Indonesia, diantaranya mengkaji kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia dan mengetahui Teori masuknya Islam di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Masuknya Islam di Indonesia


Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20
tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman bin Affan RA
mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum
lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para
utusan Utsman ternyata sempat singgah di kepulauan nusantara. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama
penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang
Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi
nusantara sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun
belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari kepulauan
nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di
Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni kerajaan Pasai.
Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di
Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan
Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari
Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan
bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari
kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur.
Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam
seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis
angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada zaman Kerajaan Singosari.
Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam
para pedagang Arab.

3
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada peng-Islaman
penduduk pribumi nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H /
14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah
berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran
pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki
kekuatan politik yang berarti, yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa
kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak,
Cirebon, serta Ternate.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga
disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu /
Budha di nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.
Setiap kali para penjajah terutama Belanda menundukkan kerajaan
Islam di nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya
melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali
melalui mereka. Maka terputuslah hubungan umat Islam nusantara dengan
umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun.
Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan umat Islam nusantara dengan
akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran
antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15
Masehi ke Indonesia, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk
menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan
ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang
Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah.
Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan
pribumi yang masih menganut Hindu / Budha.
Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin,
maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin
kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah
pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah
pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu

4
membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang
bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu
Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah.
Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak,
Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Mekkah. Bahkan ikut
mempertahankan Mekkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan
semangat jihad kaum muslimin nusantara, namun di sisi lain membuat
pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah)
saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab
Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran
akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda
malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa, Kondisi seperti ini setidaknya
masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama nusantara
adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak
diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan
tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada
akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun
sejarah telah mencatat jutaan syuhada nusantara yang gugur pada berbagai
pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di
abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten,
Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18
seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang
Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

Jalur-Jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam yang mula-mula di


Indonesia adalah sebagai berikut. 2
1. Melalui jalur perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan.
Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16M

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 201-203

5
membuat para pedagang muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil
bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara, dan
timur benua Asia. Islamisasi melalui perdagangan ini sangat
menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam
kegiatan perdagangan. Mereka yang melakukan dakwah Islam, sekaligus
juga sebagai pedagang yang menjajakan dagangannya kepada penduduk
pribumi.

2. Melalui jalur perkawinan


Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial
yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama putri - putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri
saudagar – saudagar itu.. Sebelum menikah, mereka diIslamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka
semakin meluas. Akhirnya timbul kampung - kampung, daerah - daerah,
dan kerajaan - kerajaan Muslim. Dengan melalui jalur perkawinan, para
penyebar Islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi.
Melalui jalur perkawinan mereka telah menanamkan cikal bakal kader –
kader Islam.

3. Melalui jalur tasawuf


Para penyebar Islam juga dikenal sebagai pengajar – pengajar
tasawuf. Mereka mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal
magis3 dan memiliki kekuatan – kekuatan menyembuhkan. Di antara
mereka ada juga yang mengawini putri – putri bangsawan setempat.
Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk
pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimengerti dan mudah diterima. Kehidupan mistik bagi masyarakat

3
Sesuatu atau cara tertentu yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan ghaib.

6
Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka. Oleh karena
itu, penyebaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui jalur tasawuf
atau mistik ini mudah diterima karena sesuai dengan alam pikiran
masyarakat Indonesia.

4. Melalui jalur pendidikan


Dalam islamisasi di Indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur
pendidikan seperti pesantren, surau, masjid, dan lain – lain yang
dilakukan oleh guru – guru agama, kiai dan ulama. Jalur pendidikan
digunakan oleh para wali khususnya di Jawa dengan membuka lembaga
pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi mubaligh – mubaligh
Islam di kemudian hari. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke
kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan
Islam.

5. Melalui jalur kesenian


Para penyebar Islam juga menggunakan kesenian dalam rangka
penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan berbagai
kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar
Islam seperti walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka,
sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-ajaran
Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media
kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia
tidak pernah meminta bayaran pertunjukan seni, tetapi ia meminta para
penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat4 sebagian
cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana,
tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama – nama pahlawan

4
Dengan tanpa terasa, mereka yang mengikuti dakwah Sunan Kalijaga dengan menonton
pertunjukkan wayang akhirnya mereka mengucapkan syahadat yang sebenarnya sebagai tanda
yang bersangkutan telah masuk Islam. Bahkan tradisi mengucapkan dua kalimat syahadat
(syahadatain) ini masih berlangsung hingga sekarang yang dikenal dengan tradisi Sekaten, di
Keraton Yogyakarta yang awalnya berasal dari tradisi syahadatain artinya mengucapkan dua
kalimat syahadat.

7
Islam. Kesenian – kesenian lain juga dijadikan media Islamisasi, seperti
sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.

6. Melalui jalur politik


Para penyebar Islam juga menggunakan pendekatan politik dalam
penyebaran Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya
Islam di Indonesia. Sebagaimana diketahui, melalui jalur politik para
walisongo melakukan strategi dakwah mereka di kalangan para pembesar
kerajaan seperti Majapahit, Pajajaran, bahkan para walisongo juga
mendirikan kerajaan Demak, Sunan Gunung Jati juga mendirikan
Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten. Kesemuanya dilakukan untuk
melakukan pendekatan dalam rangka penyebaran Islam. Baik di Sumatra,
Jawa, maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik,
kerajaan – kerajaan Islam memerangi kerajaan – kerajaan Non-Islam.
Kemenangan – kemenangan secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan yang bukan Islam itu masuk Islam.

2.2 Teori Masuknya Islam Ke Indonesia

1.      Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia
adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama
Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji
Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan
Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi
yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di
Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang
mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.
Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal
Indonesia dan sumber Arab.

8
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh
nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama
Islam.Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab
telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
` Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori
Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka
penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis
Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk
menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang
mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia
dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di
Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari
hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori
Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah
(kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum
Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan
kumpulan atau perguruan tarekat.

2.       Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di
India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan
teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda.Sarjana pertama yang
mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke
19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat
dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan
Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung,
melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia
timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini
diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck
Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota

9
pelabuhan Anak Benua India.Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka
hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab.Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya.
Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi
Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912)
yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang
wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu
nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di
Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di
Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut
diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang
Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah
kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan
Indonesia.

3.      Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah
Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten.Dalam memberikan
argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan
budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro
sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi
Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di
Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang
ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak
kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan
ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh
penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan
ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan

10
lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada
kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam
awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut
mahzab Syafi’i, sama seperti kebanyak muslim di Iran.

2.3  Kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia


1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia
yang berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al
Saleh dan mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai
mampu memperluas wilayahnya dan menjalin hubungan perdagangan dengan
Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik aI Tahir, ada kunjungan
Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina (kembali tahun 1345).
Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu:
- Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing
yang menetap di Samudera Pasai.
- Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini
dibuktikan dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan
Islam di Jawa.
- Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur
perdagangan laut yang menghubungkan daerah Pasai dengan Arab,
India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan besar,
Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai
- Tempat merambah perbekalan.
- Tempat mengurus masalah perkapalan.
- Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar
Tempat menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.
Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran
politik dan perdagangan terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya
lebih strategis. 

11
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh merupakan kelanjutan dari Kerajaan Samudera Pasal
yang didirikan oleh Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang berhasil menaklukkan
daerah-daerah di sekitar Aceh sekaligus mengislamkan daerah tersebut dalam
usahanya untuk memperluas wilayah kekuasaan Sultan Iskandar Muda bekerja
sama dengan Sultan Turki untuk memperkuat pasukannya. Kerajaan Aceh
mengembangkan diri dan dapat mempersatukan beberapa daerah di Aceh, yaitu
Daya, Pedir, Lingga, Perlak, Tamiang, Samudera Pasai, dan Lamuni, di bawah
kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Beberapa faktor yang
mendorong berkembangnya Kerajaan Aceh adalah :
- Letaknya strategis di jalur perdagangan.
- Pelabuhari Olele memliki syarat yang baik sebagal pelabuhan.
- Pedalaman Aceh menghasilkan lada yang melimpah.Aceh makin
ramai dan berperan penting setelah Malaka dikuasai Portugis.

Sultan Ali Mughayat Syah adalah raja pertama Kerajaan Aceh. Setelah
Sultan Ali Mughayat Syah wafat, pemerintahan beralih kepada putranya yang
bergelar Sultan Salaluddin. Selama menduduki tahta, Ia tidak mempedulikan
pemerintahan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami
kemerosotan yang tajam. Kerajaan Aceh mengalami kejayaan pada masa Sultan
Iskandar Muda (1607-1636). Corak pemerintahannya terdiri atas :
- Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
- Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
- Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk
memperkuat kerajaan Aceh.
- Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan
dikuasainya kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai
barat dan timur Sumatera dikuasainya sampai ke Pariaman yang
merupakan jalur masuk Islam ke Minaangkabau.

12
- Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka
kerja sama dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi
dagang mereka, yaitu VOC dan EIC untuk membuka kantor
cabangnya di Aceh.
- Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di
Pulau Bintan pada tahun 1614.Mendirikan
- Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.

Pengganti Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Iskandar Thani. Pada masa


kepemimpinan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran
disebabkan oleh :
- Timbulnya pertikaian antara bangsawan dan ulama.
- Banyak daerah yang melepaskan diri dan Kerajaan Aceh.
- Pada tahun (1641) muncul kekuatan Belanda di Selat Malaka.

3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang
didirikan oleh Raden Patah. Letak Kerajaan Demak berada di tepi pantai utara
Jawa. Peranan Kerajaan Demak dalam penyebaran agama Islam adalah :
- Menjadi pusat persebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan oleh
para wali.
- Mengadakan perluasan wilayah di daerah-daerah sekitar pesisir pantai
utara Jawa yang kemudian diislamkan melalui pendekatan politik,
sosial, dan budaya.
Beberapa raja Demak antara lain :
- Raden Patah (1475-1518): Pada waktu Ia memerintah, dilakukan
pengembangan wilayah ke pesisir utara Jawa Barat dengan tujuan
mencari wilayah strategis. Tujuan politisnya adalah untuk
mematahkan hubungan Kerajaan Pajajaran dengan Portugis di
Malaka. Tujuan ekonomisnya adalah menguasal Pelabuhan Cirebon,

13
Sunda Kelapa, dan Banten yang yang sangat potensial untuk
mengekspor lada.
- Pati Unus (1518-1521): Masa kekuasaan Pati Unus hanya sekitar tiga
tahun. Pada tahun 1511, Malaka direbut oleh Portugis sehingga para
pedagang Indonesia kehilangan mitra dagang yang vital. Di samping
itu, jatuhnya Malaka sangat memukul Demak, tetapi juga memberi
keuntungan pada Demak. Para pedagang yang enggan mengakui
monopoli pendagangan Portugis di Malaka, menciptakan pos-pos
pendagangan baru seperti Banten, Cirebon, Jepara, Gresik, dan masih
banyak lagi.
- Sultan Trenggono (1521-1546): Raja terbesar dan Kesultanan
Demak adalah Sultan Trenggono. Adanya Perjanjian Henrique de
Leme dengan Pajajaran untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa
merupakan ancaman terhadap keberadaan Demak. Oleh karena itu,
pada tanggal 22 Juni 1527, Sultan Trenggono mengutus Fatahiliah
memimpin pasukan Demak untuk merebut Sunda Kelapa. Sunda
Kelapa berhasil dikuasal dan diubah namanya menjadi Jayakarta.
Banten juga dapat dikuasai pada tahun 1525. Dalam usaha perluasan
wliayah, Sultan Trenggono akhirnya wafat dalam pertempuran
merebut Pasuruan tahun 1546. Masa pemerlntahan Sultan Trenggono
merupakan puncak persebaran Islam yang dilakukan di seluruh
wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon, Sunda Kelapa, dan
Banten. Ajaran agama Islam dapat berkembang pesat di Jawa pada
saat Kerajaan Demak berkuasa yang didukung oleh para wali atau
sunan. Tindakan-tindakan penting yang pemah dilakukan Sultan
Trenggono adalah sebagai berikut :
- Menegakkan agama Islam.
- Membendung perluasan daerah yang dilakukan oleh Portugis.
- Menguasai dan mengislamkan Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa
(perluasan ke wilayah Jawa Barat dipimpin oleh Fatahiliah/Faletehan).
- Berhasil meraklukkan Mataram, Singasari, dan Blambangan.

14
Selanjutnya pusat pemerintahan Kerajaan Demak di pindahkan ke Pajang.
Alasan pemindahan itu antara lain :
- Keraton Demak mengalami kehancuran total akibat peran saudara.
- Mendekati daerah yang subur.
- Menjauhi musuh-musuh politik yang ada di sekitar Demak.
- Mendekati daerah pendukungnya.
Beberapa akibat dari runtuhnya Kerajaan Demak adalah :
- Tidak adanya kerajaan maritim yang mampu menguasai perdagangan
nasional dan menghadapi bangsa asing.
- Pindahnya pusat kekuasaan ke pedalaman yang memunculkan
kembali kerajaan agraris di Jawa Tengah.

4. Kerajaan Banten
Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang berada di Jawa Barat
yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Raja pertama yang memerintah
adalah Sultan Hasanudin yang berhasil memperluas pengaruh agama Islam di
Banten. Kerajaan Banten mampu berkembang pesat, antara lain karena didukung
oleh fakta yaitu :
- Banten mempunyal komoditas ekspor yang penting, misalnya ada,
sehingga menjadi daya tarik bagi pedagang asing.
- Islamisasi di Banten menjadikan Banten sebagai pusat politik
Kerajaan Banten.
- Banten merupakan pelabuhan penting di Selat Sunda.
- Pelabuhan Banten memenuhi syarat sebagai pelabuhan yang balk.
Persebaran agama Islam dapat berkembang pesat semasa
pemerintahan Panembahan Yusuf dan Maulana Muhamad. Panembahan Yusuf
memelopori penyebaran agama Islam di Jawa Barat sedangkan Maulana
Muhammad memelopori penyebaran Islam di bagian selatan Sumatra. Persebaran
agama Islam yang dilakukan Kerajaan Banten menggunakan pendekatan politik
dan ekonomi.

15
Untuk pendekatan politik, dilakukan dengan cara memperluas wilayah
kekuasaan Banten dan mengislamkan daerah-daerah yang berhasil dikuasainya,
sedangkan pendekatan ekonomi dilakukan dengan cara memengaruhi para
pedagang yang berdagang di Banten untuk memeluk agama Islam, sebáb Banten
merupakan kota pelabuhan yang penting. Di samping Banten, pelabuhan Iainnya
adalah Jayakarta.
Kerajaan Banten mengalami kemunduran sejalan dengan masuknya VOC
melalul Penjanjian Banten, di mana Banten kehilangan peranan sebagai
pelabuhan yang bebas.

5. Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram Islam merupakan kelanjutan dan kekuasaan Demak,
yang didirikan oleh Sutawijoyo yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alogo
Sayidin Panotogomo (kepala tentara dan pengatur agama). Panembahan Senopati
bercita-cita menjadikan Mataram sebagai pusat budaya Jawa dan agama Islam.
Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, cara yang digunakan dengan melakukan
ekspansi wilayah kekuasaan di seluruh Pulau Jawa, kecuali daerah Banten,
Blambangan, dan Batavia yang belum dapat dikuasai. Pusat Kerajaan Mataram
terletak di Yogyakarta. 
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung
merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan
itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan
untuk berperang.

6. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan oleh Fatahiliah atau Sunan Gunung Jati. Pada
masa pemerintahan Fatahiliah, Cirebon dapat berkembang pesat. Hal ini dapat
dilihat dan perluasan wilayah yang berhasil dilakukan oleh Fatahiliah, persebaran
agama Islam berkembang pesat dan Cirebon mampu menjadi pusat perdagangan
dan menjalin hubungan perdagangan dengan Cina. Wafatnya Fatahiliah diganti
oleh Panembahan Ratu. Cirebon berhasil dikuasai VOC dan wilayahnya dibagi

16
menjadi tiga yaltu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan yaitu pada tahun
1681.
Sebab – sebab runtuhnya kerajaan Cirebon adalah :
1. Terjadi perpecahan antara putra putra raja cirebon
2. Adanya ikut campur VOC dalam mengatur tatanan kerajaan cirebon.
3. Kematian penembahan Girilaya, sehingga terjadi kevakuman kekuasaan

7. Kerajaan Gowa Talio atau Kerajaan Makassar


Kerajaan Gowa Tallo terletak di wilayah Makassar yang didirikan
oleh Sultan Alaudin dan Sultan Abduliah, yang berhasil menyebarkan pengaruh
kekuasaan Kerajaan Gowa TaIlo dan menyebarkan agama Islam di daerah Bima,
Sumbawa, Manado, Gorontalo, dan Tomini. Kerajaaan Gowa Tallo mengalami
masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin yang berhasil
memperkuat kekuasaan Gowa Talio. Makassar berkembang pesat dan menjadi
pusat perdagangan di Indonesia Timur. Hal inl disebabkan oleh :
- Makassar memiliki syarat yang baik untuk pelabuhan.
- Letaknya strategis untuk perdagangan.
- Perpindahan jalur perdagangan setelah Malaka dikuasai Portugis.
- Melemahnya perdagangan di pantai utara Jawa akibat politik Sultan
Agung yang bersifat agraris.
Akan tetapi, kedatangan VOC di Makassar menyebabkan Kerajaan Gowa
Tallo berhasil dikuasai oleh Belanda. Kemunduran Makassar diawali dengan
perang Makassar yang diakhiri dengan kekalahan di pihak Makassar, kemudian
dilakukan Perjanjian Bongaya.
8. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore berada di Maluku yang berhasil menyebarkan
pengaruh agama Islam melalui pendekatan politik dengan perluasan wilayah dan
pendekatan ekonomi melalui hubungan perdagangan. Raja yang memerintah
adalah Sultan Zainal Abidin. Kegiatan penyebaran agama Islam oleh Ternate dan
Tidore ditunjang oleh kedudukannya sebagai penghasil dan pusat perdagangan
rempah-rempah. Banyak pedagang muslim yang tertarik untuk menjalin

17
hubungan perdagangan sekaligus mengenalkan ajaran agama Islam. Ramainya
perdagangan rempah-rempah di Maluku mendorong munculnya persekutuan
dagang, yaitu Uli lima (persekutuan dagang lima) yang dipimpin Kerajaan
Ternate dan Uli siwa (persekutuan dagang sembilan) yang dipimpin Kerajaan
Tidore.
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata
kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
 Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba
oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut
tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi
yang kuat.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kedatangan Islam di Nusantara dibawa oleh para pedagang dan ulama-
ulama, mereka datang dari Arab, Persia maupun India, penyebarannya
adalah berada pada jalur-jalur dagang internasional pada saat itu.
2. Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam di Indonesia, yaitu
melalui jalur Perdagangan, Perkawinan, Tasawuf, Pendidikan, Kesenian,
dan jalur Politik
3. Adapun teori Masuknya Islam ke Indonesia yaitu : Teori Mekkah, Teori
Gujarat, dan Teori Persia.
4. Kerajaan Islam di Indonesia, antara lain:
a. Kerajaan Samudera Pasai
b. Kerajaan Aceh
c. Kerajaan Demak
d. Kerajaan Banten
e. Kerajaan Mataram Islam
f. Kerajaan Cirebon
g. Kerajaan Gowa-Tallo
h. Kerajaan Ternate dan Tidore
Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sebagai
pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini sangat berpengaruh bagi
proses islamisasi di Indonesia sebagai peranannya didalam penyiaran
agama Islam, melalui para Ulama sebagai mubaligh/ pendidik dalam
penyiaran agama Islam dan kerajaan Islam sebagai wadah kekuasaan
politik Islam, keduanya sangat berperan dalam mempercepat tersebarnya
Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.

19
3.2 Saran
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,
atas rahmatnya dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini, dan dengan kekurangan – kekurangan yang ada
pada penulisan maka dari itu kami mengharap saran dan kritik untuk menuju
kepada yang lebih baik. Penulis mohon kepada para pembaca agar lebih
banyak belajar sejarah islam supaya lebih menyatu dan kuat dalam beragama
serta memahami tentang para pejuang islam. Ungkapan terima kasih kepada
Dosen Pengampu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. aamiin

20
DAFTAR PUSTAKA

Badri, Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000)


Drs. Samsul Munir Amin, MA, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2016)

21

Anda mungkin juga menyukai