Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGAMA

KONSEP DASAR EKONOMI

DAN

TRANSAKSI DALAM SISTEM MU’AMALAH ISLAM

Disusun oleh:

Hendro Ansota Putra

&

Niken Padillah

YAYASAN PENGEMBANGAN ILMU & TEKNOLOGI (YPIT)

AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER

(AMIK) ”BOEKITTINGGI”

BUKITTINGGI

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Ekonomi
dan Transaksi Dalam Sistem Mu’amalah Islam ” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam proses penyusunan makalah ini dan khususnya kepada Bapak
Yusri,Spd.I,M.A, selaku Dosen Agama Islam atas bimbingan, pengarahan, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Bukittinggi, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar belakang masalah..........................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................1
C. Manfaat..................................................................................................................1
D. Rumusan masalah...................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Pengertian Mu’amalah...........................................................................................2
B. Asas – asas Transaksi Ekonomi dalam Islam.........................................................2
C. Penerapan transaksi ekonomi dalam islam.............................................................4
1. Jual Beli.............................................................................................................4
2. Simpan Pinjam...................................................................................................6
3. Ijarah..................................................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dalam buku Ensiklopedia Islam Jilid 3 halaman 245 dijelaskan bahwa muamalah
merupakan bagian dari hukum islam yang mengatur hubungan antar seseorang
dengan orang lain, baik seseorang itu pribadi tertentu maupun berbentuk badan
hukum, sepeti peresoan, firma, yayasan, dan negara. Contoh hukum islam yang
termasuk muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa, perserikatan dibidang
pertanian dan perdagangan, serta usaha perbankan dan asuransi islami.
Dari pengertian muamalah tersebut ada yang berpendapat bahwa
muamalah hanya menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari
transaksi anatara seseorang dengan orang lain atau anatara seseorang dan badan
hukum, atau antara badan hukum yang satu dan badan hukum yang lain.

B. Tujuan
 Tujuan Umum.
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami Hukum Islam tentang Muamalah.
 Tujuan Khusus.
Tujuan khusus pembuatan makalah ini yaitu untuk mengikuti prosedur
pengajaran dalam mata pelajaran Agama Islam .

C. Manfaat
Menambah pengetahuan hukum islam tentang Mu’amalah.

D. Rumusan masalah
 Apakah yang dimaksud dengan Muamalah?
 Apa saja asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam?
 Bagaimanakah penerapan transaksi ekonomi dalam Islam?
 Bagaimanakah Hukum Islam tentang Kerja sama Ekonomi (Syirkah)?
 Apakah yang dimaksud dengan Mudarabah (bagi hasil)?
 Bagaimana Perbankan yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam?

1
2

 Bagaimanakah Sistem Asuransi yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mu’amalah
Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah
jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok
tanam, berserikat dan lain-lain.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain,
masing-masing berhajat kepada yang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar
keperluan dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa
menyewa, pinjam meminjam atau suatu usaha yang lain baik bersifat pribadi
maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian akan terjadi suatu kehidupan
yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi yang erat.
Agar hak masing-masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat,
maka agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan teratur, agama Islam
memberikan peraturan yang sebaik-baiknya aturan.

B. Asas – asas Transaksi Ekonomi dalam Islam


Ekonomi adalah sesuatu yang berkaitan dengan cita-cita dan usaha manusia
untuk meraih kemakmuran, yaitu untuk mendapatkan kepuasan dalam memenuhi
segala kebutuhan hidupnya.
Transaksi ekonomi maksudnya perjanjian atau akad dalam bidang ekonomi,
misalnya dalam jual beli, sewa-menyewa, kerjasama di bidang pertanian dan
perdagangan. Contohnya transaksi jual beli.
Dijelaskan bahwa dalam setiap transaksi ada beberapa prinsip dasar (asas-asas)
yang diterapkan syara’, yaitu:
a) Setiap transaksi pada dasarnya mengikat orang (pihak) yang melakukan transaksi,
kecuali apabila transaksi itu menyimpang dari hukum syara’, misalnya
memperdagangkan barang haram. (Lihat Q. S. Al-Ma’idah, 5: 1!)
       
        
         

3
4

Artinya : [5:1] “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.


Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya”.
b) Syarat-syarat transaksi dirancang dan dilaksanakan secara bebas tetapi penuh
tanggung jawab, tidak menyimpang dari hukum syara’ dan adab sopan santun.
c) Setiap transaksi dilakukan secara sukarela, tanpa ada paksaan dari pihak mana
pun.(lihat Q.S.An-nisaa’,4:29)
      
          
       
Artinya : (4:29) “Hai orang – orang yang beriman, janganlah kalian saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyanyang
Kepadamu”.
d) Islam mewajibkan agar setiap transaksi, dilandasi dengan niat yang baik dan
ikhlas
karena Allah SWT, sehingga terhindar dari segala bentuk penipuan, dst. Hadis
Nabi
SAW menyebutkan: ”Nabi Muhammad SAW melarang jual beli yang
mengandung unsur penipuan.” (H.R. Muslim).
e) Adat kebiasaan atau ’urf yang tidak menyimpang dari syara’, boleh digunakan
untuk menentukan batasan atau kriteria-kriteria dalam transaksi. Misalnya,dalam
akad sewa-menyewa rumah. Insya Allah jika asas-asas transaksi ekonomi dalam
Islam dilaksanakan, maka tujuan filosofis yang luhur dari sebuah transaksi, yakni
memperoleh mardatillah (keridaan Allah SWT) akan terwujud.

C. Penerapan transaksi ekonomi dalam islam.

1. Jual Beli
a) Pengertian dan Dasar Hukum.
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka
bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman :
5

         



Artinya : [39:39] Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan
keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan
mengetahui, (QS Az Zumar : 39)
Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung
makna berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang
artinya Beli. Menurut istilah hukum Syara, jual beli adalah penukaran harta
(dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu
benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad)
tertentu atas dasar suka sama suka (lihat QS Az Zumar : 39, At Taubah :
103, hud : 93)
b) Hukum Jual Beli
Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum
jual beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari
pihak penjual maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya,
hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
Allah SWT berfirman :
      
         
        
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu.”(QS An Nisa : 29)
c) Rukun dan Syarat Jual Beli.
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli
yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum Islam).
Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu
dipenuhi Orang Yang melakukan jual beli,Yaitu:
 Berakal.
 Baligh.
 Berhak menggunakan hartanya.
Barang yang di perjualbelikan,syaratnya:
 Suci atau bersih dan halal barangnya.
 Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu.
6

 Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran


dengan orang lain.
 Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan.
 Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi).
 Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi kuasa.
 Barang itu dapat diserahterimakan.
Adapun nilai barang yang dijual (berupa uang), syaratnya :
 Harga yang disepakati harus jelas jumlahnya
 Bisa diserahkan waktu akad, sekalipun secara hukum
Jual beli barter (muqayyadah) adalah barang yang dijadikan nilai tukar
bukan barang yang diharamkan syara’.
Khiyar.
Khiyar adalah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk
meneruskan jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal,
misalnya; cacat pada barang.
Hukum Islam membolehkan hak khiyar agar tidak ada penyesalan, jika
ada penyesalan dalam jual beli, maka sunnah untuk membatalkannya dengan
cara mengembalikan barang kepada penjual.
Dalam hadist juga dijelaskan mengenai Khiyar ini,yaitu:
Artinya:“Barang siapa yang rela mencabut jual beli terhadap saudaranya,
maka Allah SWT. pun akan mencabut kerugiannya dihari kiamat”. (HR.
Thabrani).
d) Macam macam Jual Beli.
1. Jual Beli yang Sah (terpenuhi rukun dan syaratnya).
2. Jual Beli yang tidak sah (tidak terpenuhi rukun dan syaratnya).
Contoh :
 Jual beli sesuatu yang termasuk najis (bangkai, daging babi, dll).
 Jual beli mani hewan ternak.
 Jual beli anak hewan yang masih dalam kandungan.
 Jual beli yang mengandung kecurangan dan penipuan.
3. Jual Beli yang Sah tapi terlarang (fasid), terlarang karena :
 Merugikan si penjual, pembeli, maupun orang lain.
 Mempersulit peredaran barang.
 Merugikan kepentingan umum.
7

4. Jual Beli Najsyi.


Yaitu menawar sesuatu barang dengan maksud untuk mempengaruhi
orang lain agar mau membeli barang yang ditawarnya, sedang yang
menawar tersebut adalah teman si penjual.
5. Jual Beli Monopoli.
Yaitu Menimbun barang agar orang lain tidak membeli  walaupun
dengan melampaui harga pasaran. Rasulallah SAW melarang jual beli
seperti ini, karena akan merugikan kepentingan umum.

2. Simpan Pinjam.
a) Pengertian Simpan Pinjam.
Ariyah ( simpan pinjam) ialah memberikan manfaat sesuatu yang halal
kepada yang lain untuk di ambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya,
agar dapat  di kembalikan lagi zat barang tersebut.
Firman Allah SWT.
         
 
Artinya:“bertolonglah kamu  atas kebijakan dan taqwa kepada allah, dan
janganlah kamu tolong menolong dalam  perbuatann dosa dan bermusuhan “
(QS. al-Maidah: 2).
Meminjamkan sesuatu berarti menolong yang meminjam.
b) Hukum Pinjam meminjam.
Asal hukum Pinjam meminjam adalah sunnah. Seperti tolong menolong
dengan orang lain, kadang-kadang menjadi wajib, seperti meminjamkan
pisau untuk menyembelih binatang yang hampir mati. Juga kadang-kadang
haram, kalau yang dipinjam itu akan berguna untuk yang haram.
Kaidah: “Jalan menuju sesuatu hukumnya sama dengan hukum yang
dituju.” Misalnya, seseorang yang menunjukan jalan kepada pencuri, maka
keadaannya sama dengan melakukan pencurian itu.
c) Syarat Pinjam meminjam (utang-piutang).
Syarat pinjam meminjam(utang-piutang) dalam Islam adalah:
Yang berpiutang dan yang berhutang syaratnya.
 Sudah baligh dan berakal sehat.
 Yang berpiutang tidak meminta pembayaran melebihi pokok piutang.
 Peminjam tidak boleh menunda – nunda pembayaran utangnya.
8

 Barang (uang) yang di utangkan atau dipinjamkan adalah milik sah dari
yang meminjam.
 Pengembalian utang tidak boleh kurang nilainya,disunnahkan
mengembalikan lebih dari pokok utangnya.
Rasulullah SAW. Bersabda.
.‫َـار ٌم‬
ِ ‫غ‬ ِ ‫ْل َع‬
‫اريَةُ ُم َؤ َدةٌ َوال َّر ِع ْي ُم‬
Artinya:”Pinjaman itu wajib dikembalikan, dan orang-orang yang
menanggung sesuatu itu harus membayar.”(HR.Abu Daud dan Turmudzi)

3. Ijarah.
a) Pengertian Ijarah.
Menurut bahasa Ijarah berarti upah, sewa, jasa atau imbalan. Mazhab
Syafi’i mendefinisikan Ijarah sebagai transaksi dengan imbalan tertentu .
b) Dasar Hukum Ijarah.
        
  
Artinya:Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata,”wahai
ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita),sesungguhnya orang yang
paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat dan dapat dipercaya.”(QS,AL-Qasas:26)
c) Macam-macam Ijarah.
 Ijarah yang bersifat manfaat Seperti : sewa menyewa rumah, toko,
kendaraan dan aneka busana, dll.
 Ijarah yang bersifat pekerjaan dengan cara mempekerjakan seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan seperti : Pembantu rumah tangga,
buruh bangunan, tukang jahit, dll.
d) Rukun dan Syarat Ijarah.
 Rukun Ijarah.
 Orang yang berakad
 Sewa/imbalan
 Manfaat
 Sigat/ucapan Ijab kabul.
 Syarat Ijarah.
 Kedua orang yang bertransaksi baligh dan berakal sehat
 Kondisi barangnya diketahui dan bermanfaat bagi penyewa
9

 Objek Ijarah bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung


dan tidak cacat
  Objek Ijarah merupakan sesuatu yang dihalalkan syara’
 Hak yang disewakan tidak termasuk suatu kewajiban bagi penyewa
 Objek Ijarah adalah sesuatu yang biasa disewakan
 Upah/ sewa dalam transaksi Ijarah harus jelas.
e) Sifat Akad/ Transaksi Ijarah.
 Jumhur ulama berpendapat bahwa akad/ transaksi ijarah bersifat
mengikat, kecuali ada cacat atau barang tersebut tidak bisa dimanfaatkan.
Karena bersifat mengikat, kematian salah satu pihak yang menyewakan atau
penyewa tidak membatalkan Ijarah. Manfaat dari sewa menyewa termasuk
harta yang bisa diwariskan.
f) Tanggung jawab Orang yang di Upah/gaji.
Ijarah yang berupa pekerjaan, apabila orang yang dipekerjakan itu
bersifat pribadi, maka seluruh pekerjaan yang ditentukan untuk dikerjakan
menjadi tanggung jawabnya.
Ulama fikih sepakat, apabila objek yang dikerjakan rusak ditangan
pekerja bukan karena kelalaiannya dan tidak ada unsur kesengajaan maka
pekerja tidak dapat dituntut ganti rugi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Muamalah adalah Hukum Islam yang berkaitan dengan hak dan harta yang
muncul dari transaksi antara seseorang dengan orang lain,atau antara seseorang
dengan badan hukum , atau antara badan hukum yang satu dengan badan hukum yang
lainnya .Yang memiliki asas – asas untuk menerapkannya kedalam transaksi ekonomi
maupun menjalankannya untuk kerjasama ekonomi dalam Islam.

B. Saran.
Demikianlah beberapa hal yang menyangkut Hukum Islam tentang
Muamalah.Oleh karena kurangnya literatur, maka makalah yang sederhana ini
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran-saran yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan,agar makalah ini dapat disusun
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

 http :// google.com / Hukum Islam tentang muamalah


 astrieonerz-tutor.blogspot.com / Hukum Islam tentang muamalah
 Buku Dasar Ekonomi. Muhammad Maulana DKK, hal.110-113
 Ahmad Rodoni (dkk), Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta Timur: Bestari Buana
Murni, 2008, hal. 6-7
 Ibid., hal 8-10
 Muhammad Yasir Yusuf, Lembaga Perekonomian Umat,(Banda Aceh: Ar-Raniry
Press,2004),hal 18-25
 http:// www.jurnal-sdm.blogspot.com, Devinisi Hedging dan Teknik Hedging, diakses
pada tanggal 30 Juli 2013.
 Afifudin, Muhammad. 2010. Hukummenabung di Bank Ribawi.
(http://www.asysyariah.comdiakses 8 Februari 2010) Agustianto. 6 Februari 2010.
 Riba Dan Meta Ekonomi Islam, (online), (http://www.pesantrenvirtual.
corn/index.php, diakses 8 Februari 2010)

11

Anda mungkin juga menyukai