Anda di halaman 1dari 19

Hak Kekayaan Industri

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis

Kelompok 5 :

Friska Ananda Johan

Reza Noffianti

Dosen Pembimbing

Destuliadi, SH, M.H

JURUSAN AKUNTANSI KEUANGAN

AMIK/AKTAN BOEKITTINGGI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya dalam penyusunan makalah Hak
Atas Kekayaan Industri. Penyusun menyadari bahwa tanpa penyertaan-Nya, makalah ini
tidak akan terselesaikan dengan baik.

Makalah Hak Atas Kekayaan Industri ini ditulis untuk disusun sebagai syarat


dalam mengikuti mata kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis. Makalah ini dibuat tidak
hanya sebuah syarat semata, melainkan dapat memberi banyak manfaat bagi
penyusun dan pembaca.

Makalah Hak Atas Kekayaan Industri ini membahas mengenai materi hukum
industri. Penyusun berharap dalam pembuatan makalah ini dapat memberi banyak
manfaat bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan. 

Bukittinggi, 23 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

1.3 Sasaran Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)

2.2 Klasisifkasi Hak Atas Kekayaan Intelektual

2.2.1 Hak Cipta

2.2.2 Hak Kekayaan Industri

a. Hak Paten
b. Hak Merek
c. Hak Desain Industri
d. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
e. Hak Rahasia Dagang
f. Hak Indikasi

2.3 Perlindungan Konsumen

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebar
luasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu pengetahuan, seni, dan sastra serta
mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa, maka dirasakan perlunya
perlindungan hukum terhadap hak cipta. Perlindungan hukum tersebut dimaksudkan
sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik untuk tumbuh dan
berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra di tengah-
tengah masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah Undang-
undang nomor 06 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui beberapa perubahan
dan telah diundang – undangkan yang terbaru yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12 bulan sejak diundangkan. Tidak hanya
karya cipta, invensi di bidang teknologi (hak paten) dan kreasi tentang penggabungan
antara unsur bentuk, warna, garis (desain produk industri) serta tanda yang digunakan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa (merek) juga perlu diakui dan dilindungi dibawah
perlindungan hukum. Dengan kata lain Hak atas Kekayaan Industri (HaKI) perlu
didokumentasikan agar kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang
sama dapat dihindari atau dicegah.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “HAK ATAS
KEKAYAAN INTELEKTUAL” berdasarkan rumusan masalah di atas, adalah untuk
membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain:
1. Mengetahui pengertian HAKI
2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Hak Atas Kekayaan Intelektual
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Industri
4. Untuk mengetahui perlindungan konsumen
1.3 Sasaran Penulisan Makalah
Selain tujuan dari pada penulisan makalah, perlu pula diketahui bersama bahwa
manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat
menambah khazanah keilmuan terutama di bidang hukum terutama hukum Bisnis dan
semoga keberadaan hukum ini dapat memberi masukan bagi semua pihak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAKI


Hak Atas Kekayaan Intelektual atau yang kerap disingkat HAKI merupakan sebuah
perlindungan hukum yang diberikan sebuah negara tertentu kepada seseorang atau
sekelompok individu yang telah menuangkan gagasannya dalam wujud sebuah karya.
Hukum ini bersifat teritorial kenegaraan. Artinya, sebuah karya hanya akan dilindungi
hak-haknya di negara tempat karya tersebut didaftarkan untuk memperoleh HAKI.

Sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun


2002, Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu
peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Adapun karya
yang dilindungi adalah dalam bentuk benda tak berwujud seperti hak cipta, paten,
merek dagang dan benda yang berwujud berupa informasi, teknologi, sastra, seni,
keterampilan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Lantas, seberapa pentingnya hak cipta asal kekayaan intelektual? Hal ini sangat
berkaitan dengan kehidupan dalam aspek sosial dan ekonomi. Pasalnya, seseorang yang
menghasilkan sebuah karya boleh jadi berpotensi untuk menghasilkan keuntungan yang
besar. Hal ini tentu akan menjadi sebuah kerugian yang sangat disayangkan bilamana
pihak lain yang tidak terlibat dalam proses kelahiran karya tersebut melakukan
penjiplakan dan pembajakan sehingga menghalangi hak-hak ekonomi si pencipta
(seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menghasilan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi—pasal 1 UU Hak Cipta).
Hak kekayaan industri (industrial property right) adalah hak atas
kepemilikan aset industri. Hak kekayaan industri berdasarkan pasal 1 Konvensi Paris
mengenai perlindungan hak kekayaan industri tahun 1883 yang telah direvisi dan
diamandemen pada tanggal 2 Oktober 1979 adalah: Paten, Merek, Varietas Tanaman,
Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
2.2 Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual
1. Hak cipta
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Hak Cipta
didefinisikan sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak
cipta juga merupakan bagian dari kekayaan intelektual di bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra yang mempunyai peranan strategis dalam mendukung pembangunan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak Cipta sendiri mencakup dua hak lainnya, yakni hak moral dan hak ekonomi. Hal ini
termaktub dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta pasal 5
sampai 19.

Jenis-Jenis Pelanggaran Hak Cipta

Ada beberapa bentuk kegiatan yang dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, antara lain
mengutip sebagian atau seluruh ciptaan orang lain yang kemudiaan dimasukkan ke
dalam ciptaannya sendiri (tanpa mencantumkan sumber) sehingga membuat kesan
seolah-olah karyanya sendiri (disebut dengan plagiarisme) mengambil ciptaan orang
lain untuk diperbanyak tanpa mengubah bentuk maupun isi untuk kemudian
diumumkan, dan memperbanyak ciptaan orang lain dengan sengaja tanpa izin dan
dipergunakan untuk kepentingan komersial.

Adapun batasan-batasan penggunaan, pengambilan, penggandaan, atau pengubahan


suatu ciptaan baik sebagian maupun seluruhnya yang tidak termasuk dalam perbuatan
yang melanggar Hak Cipta bila sumbernya disebutkan secara lengkap untuk
kepentingan:

1. Pendidikan, penelitian, penulisan pendidikan, penelitian, penulisan karya


ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta.
2. Keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan.
3. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
4. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

Untuk lebih jelasnya, batas-batas mengenai perbuatan yang tidak dianggap sebagai
perilaku pelanggaran Hak Cipta dapat ditinjau pada pasal 43 sampai 53 tentang
Pembatasan Hak Cipta di dalam Undang-Undang Hak Cipta.

Sanksi Pelanggaran Hak Cipta

Pelanggaran terhadap Hak Cipta dapat diproses sebagai pidana sebagaimana yang
tertuang dalam pasal 120 UU Hak Cipta. Adapun sanksi pelanggaran hak cipta yang
diberikan dapat berupa pidana penjara dan/atau denda seperti berikut:

Pasal 112

Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) dan/atau pasal 52 untuk penggunaan secara komersial, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 113

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf I untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf C, huruf D, huruf E, dan/atau huruf H
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf A, huruf B, huruf E, dan/atau huruf G
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 114

Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan
sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 115

Setiap orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya
melakukan penggunaan secara komersial, penggandaan, pengumuman, pendistribusian,
atau komunikasi atas potret sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 untuk kepentingan
reklame atau periklanan untuk penggunaan secara komersial baik dalam media
elektronik maupun nonelektronik, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2.Hak atas kekayaan industri


a. Hak Paten
Hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil
penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya (UU 14 tahun 2001, pasal 1 ayat 1).
b. Hak Merek
Merek adalah suatu tanda tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi
suatu barang atau jasa sebagaimana barang atau jasa tersebut diproduksi atau
disediakan oleh orang atau perusahaan tertentu. Merek membantu konsumen
untuk mengidentifikasi dan membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan
karakter dan kualitasnya, yang dapat teridentifikasi dari mereknya yang unik.
c. Hak Desain Industri
Desain industri adalah aspek ornamental atau estetis pada sebuah benda.
Desain tersebut dapat mengandung aspek tiga dimensi, seperti bentuk atau
permukaan benda, atau aspek dua dimensi, seperti pola, garis atau warna.
Desain industri diterapkan pada berbagai jenis produk industri dan kerajinan;
dari instrumen teknis dan medis, jam tangan, perhiasan, dan benda-benda mewah
lainnya dari peralatan rumah tangga dan peralatan elektronik ke kendaraan dan
struktur arsitektural dari desain tekstil hinga barang-barang hiburan.
d. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,
yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari
elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semi konduktor
yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elekronik. Desain tata letak
adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen,
Sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta
sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga
dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.
e. Hak Rahasia Dagang
Rahasia dagang dan jenis-jenis informasi rahasia lainnya yang memiliki
nilai komersil harus dilindungi dari pelanggaran atau kegiatan lainnya yang
membuka rahasia praktek komersial. Namun langkah-langkah yang rasional
harus ditempuh sebelumnya untuk melindungi informasi yang bersifat rahasia
tersebut. Pengujian terhadap data yang diserahkan kepada pemerintah sebagai
langkah memperoleh.
f. Hak Indikasi
Indikasi Geografis merupakan suatu tanda yang digunakan pada barang-
barang yang memiliki keaslian geografis yang spesifik dan memiliki kualitas
atau reputasi berdasar tempat asalnya itu. Pada umumnya, Indikasi Geografis
merupakan nama tempat dari asal barang-barang tersebut. Produk-produk
pertanian biasanya memiliki kualitas yang terbentuk dari tempat produksinya
dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal yang spesifik, seperti iklim dan tanah.

2.3 Perlindungan Konsumen


A. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer, secara harfiah arti
kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang.
Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefinisikan konsumen sebagai lawan produsen,
yakni pemakai barang-barang hasil industri, bahan makanan dan sebagainya.

Menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sebagaimana disebutkan
dalam penjelasan pasal 1 angka 2 tersebut bahwa konsumen yang dimaksud adalah
konsumen akhir (end consumer) yang dikenal dalam kepustakaan ekonomi.

Inosentius Samsul menyebutkan bahwa konsumen adalah pengguna atau


pemakai akhir suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui cara lain,
seperti pemberian, hadiah, dan undangan. Mariam Darus Badrul Zaman
,mendefinisikan konsumen dengan cara mengambil alih pengertian yang digunakan oleh
kepustakaan belanda, yaitu “Semua individu yang menggunakan barang dan jasa secara
konkret dan riil”.
Di Amerika Serikat, pengertian konsumen meliputi “korban produk yang cacat”
yang bukan hanya meliputi pembeli tetapi juga korban yang bukan pembeli tetapi
pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh perlindungan yang sama
dengan pemakai. Sedangkan di Eropa, pengertian konsumen bersumber dari Product
Liability Directive(selanjutnya disebut directive) sebagai pedoman bagi Negara MEE
dalam menyusun ketentuan Hukum Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Directive
tersebut yang berhak menuntut ganti kerugian adalah pihak yang menderita kerugian
(karena kematian atau cidera) atau kerugian berupa kerusakan benda selain produk yang
cacat itu sendiri.

Dari beberapa pengertian diatas maka konsumen dapat dibedakan menjadi tiga
batasan yaitu:
1.      Konsumen komersial (commercial consumer), adalah setiap orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk memproduksi barang dan/atau
jasa lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

2.      Konsumen antara (intermediate consumer), adalah setiap orang yang


mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan kembali juga
dengan tujuan mencari keuntungan.

3.      Konsumen akhir (ultimate consumer/end user), adalah setiap orang yang


mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi
kebutuhan kehidupan pribadi, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lainnya dan
tidak untuk diperdagangkan kembali dan/atau untuk mencari keuntungan

B. Hak dan Kewajiban Konsumen

Menurut pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen, Hak Konsumen adalah :
a.       Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang
dan/atau jasa.
b.      Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c.       Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa.
d.      Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan kembali.
e.       Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f.       Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g.      Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
h.      Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
i.        Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban Konsumen adalah :


a.       Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
b.      Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
c.       Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d.      Mengikuti upaya hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan diatas dapat dijelaskan bahwa hak


atas kenyamanan , keamanan, dan keselamatan mengandung pengertian bahwa
konsumen berhak untuk mendapatkan produk yang nyaman, aman, dan yang memberi
keselamatan. Maka dari itu konsumen harus dilindungi dari segala bahaya yang
mengancam kesehatan, jiwa, dan harta bendanya karena memakai atau mengonsumsi
produk seperti makanan. Agar konsumen terhindar dari adanya kerugian-kerugian maka
konsumen dapat memutuskan untuk memilih suatu produk yang cocok untuk dirinya
(hak untuk memilih). Apabila setelah mengkonsumsi konsumen merasa dirugikan
karena produk yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan informasi yang diterimanya
maka konsumen berhak untuk di dengar keluhan atau pendapatnya dan termasuk juga
berhak mendapatkan penggantian kerugian atas kerugian yang diderita.

C. Hukum Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Ada dua istilah mengenai hukum yang mempersoalkan konsumen, yaitu hukum
konsumen dan hukum perlindungan konsumen. Oleh Az. Nasution dijelaskan bahwa
kedua istilah ini berbeda, yaitu bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian
dari hukum konsumen. Hukum konsumen menurut beliau adalah “keseluruhan asas-asas
dan kaidah-kaidah yang mengatur kaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di
dalam pergaulan hidup. Sedangkan hukum perlindungan konsumen diartikan sebagai
“keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi
konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan atau
jasa”. Hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen ini membicarakan hal
yang sama yaitu kepentingan hukum (hak-hak) konsumen. Bagaimana hak-hak
konsumen itu diatur dan ditegakan di dalam praktik kehidupan bermasyarakat.

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan


perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhan dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri. Undang-
undang perlindungan konsumen menyatakan bahwa perlindungan konsumen  itu 
adalah  upaya        yang  menjamin  adanya  kepastian  hukum  untuk memberi
perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang luas,
meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap
kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai akibat-akibat dari
pemakaian barang dan/jasa tersebut.

Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu :
a.       Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen
tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.
b.      Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada
konsumen.

Jadi Hukum Perlindungan Konsumen itu adalah keseluruhan asas-asas dan


kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya,
dalam kehidupan masyarakat.

2.    Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Berdasarkan pasal 2 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999, terdapat lima asas 


yang  terkandung  dalam  usaha  memberikan  perlindungan  hukum  kepada konsumen
yaitu:
1.    Asas manfaat
     Mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelengaraan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku
usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan
hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu
pihak diatas pihak lain atau sebaliknya, tetapi untuk memberikan produsen-pelaku
usaha, dan konsumen apa yang menjadi haknya. Diharapkan bahwa hukum
perlindungan konsumen ini memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan
bermanfaat bagi kehidupan bangsa.

2.    Asas keadilan
Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini menghendaki bahwa
melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan
produsen-pelaku usaha dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan penunaian
kewajiban secara seimbang.
3.    Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual. Asas ini menghendaki
agar konsumen, produsen-pelaku usaha, dan pemerintah memperoleh manfaat yang
seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen. Kepentingan
antara konsumen, produsen-pelaku usaha, dan pemeintah diatur dan harus diwujudkan
secara seimbang sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.

4.    Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen


Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau
jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum
bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi atau
dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk ini tidak akan mengancam ketentraman dan
keselamatan jiwa dan harta bendanya. Maka Undang-Undang ini membebankan
sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larangan yang harus
dipatuhi produsen-pelaku usaha dalam memproduksi dan mengedarkan produknya.

5.    Asas Kepastian Hukum


Asas ini dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara
menjamin kepastian hukum.

Undang-undang ini mengharapkan bahawa aturan-aturan tentang hak dan


kewajiban yang terkandung dalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga masing-masing pihak memperoleh keadilan.

Dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen, tujuan yang ingin dicapai adalah :
a.       Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
b.      Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negative pemakaian barang dan/atau jasa.
c.       Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
d.      Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e.       Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.
f.       Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


ini merupakan isi pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam pasal 2
sebelumnya, karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sasaran
akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan hukum perlindungan
konsumen. Achmad Ali mengatakan masing-masing undang-undang memiliki tujuan
khusus.  Hal ini juga tampak dari pengaturan pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur tujuan khusus perlindungan
konsumen, sekaligus membedakan dengan tujuan umum sebagaimana diatur dalam
pasal 2 diatas.

Keenam tujuan khusus perlindungan konsumen dikelompokan kedalam tiga


tujuan hukum secara umum, maka tujuan hukum untuk mendapatkan keadilan terlihat
dalam rumusan huruf C dan huruf E. Sementara tujuan untuk memberikan kemanfaatan
dapat diliat dalam rumusan A, dan B, termasuk huruf, C, Ddan F. Terakhir tujuan
khusus yang diarahkan untuk tujuan kepastian hukum terdapat dalam rumusan huruf D.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
a.   Penerapan prinsip-prinsip dasar atas sistem perdagangan dan hak kekayaan
intelektual
b.   Bagaimana negara-negara harus menegakkan hak kekayaan inte-lektual sebaik-
baiknya
c.    Penyelesaian perselisihan atas hak kekayaan intelektual antara negara-negara
anggota WTO
d.   Kesepakatan atas transisi khusus selama periode saat suatu sistem baru
diperkenalkan.

3.2. Saran
a.       Ditinjau dari sudut perangkat perundang-undangan, Indonesia sudah mempunyai
perangkat yang cukup di bidang HaKI.
b.      Pengetahuan tentang HaKI dan perangkat perundang-undangan dimasyarakat
dirasakan masih kurang dan perlu ditingkatkan, sehingga perlindungan HaKI betul-betul
dapat ditegakkan.
c.       Perbaikan sistem penenrapan HAKI di Indonesia perlu diperbaiki.
d.      Pengawasan terhadap penyalahgunaan HAKI perlu di tingkatkan juga.

Sumber  :
a.       Buku Saidin, 1997. Aspek Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta:  Raja
Grafindo.
b.      Buku Supramono, Gatot, 1989. Tindak Pidana Hak Cipta: Masalah Penangkapan
dalam Tingkat Penyidikan. Jakarta: Pustaka Kartini.
d.      Website https://fannynawang.wordpress.com/2011/03/06/klasifikasi-hak-
kekayaan-intelektual/

Anda mungkin juga menyukai