MAKALAH
Kelompok 5 :
Reza Noffianti
Dosen Pembimbing
AMIK/AKTAN BOEKITTINGGI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya dalam penyusunan makalah Hak
Atas Kekayaan Industri. Penyusun menyadari bahwa tanpa penyertaan-Nya, makalah ini
tidak akan terselesaikan dengan baik.
Makalah Hak Atas Kekayaan Industri ini membahas mengenai materi hukum
industri. Penyusun berharap dalam pembuatan makalah ini dapat memberi banyak
manfaat bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Hak Paten
b. Hak Merek
c. Hak Desain Industri
d. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
e. Hak Rahasia Dagang
f. Hak Indikasi
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Lantas, seberapa pentingnya hak cipta asal kekayaan intelektual? Hal ini sangat
berkaitan dengan kehidupan dalam aspek sosial dan ekonomi. Pasalnya, seseorang yang
menghasilkan sebuah karya boleh jadi berpotensi untuk menghasilkan keuntungan yang
besar. Hal ini tentu akan menjadi sebuah kerugian yang sangat disayangkan bilamana
pihak lain yang tidak terlibat dalam proses kelahiran karya tersebut melakukan
penjiplakan dan pembajakan sehingga menghalangi hak-hak ekonomi si pencipta
(seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menghasilan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi—pasal 1 UU Hak Cipta).
Hak kekayaan industri (industrial property right) adalah hak atas
kepemilikan aset industri. Hak kekayaan industri berdasarkan pasal 1 Konvensi Paris
mengenai perlindungan hak kekayaan industri tahun 1883 yang telah direvisi dan
diamandemen pada tanggal 2 Oktober 1979 adalah: Paten, Merek, Varietas Tanaman,
Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
2.2 Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual
1. Hak cipta
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Hak Cipta
didefinisikan sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak
cipta juga merupakan bagian dari kekayaan intelektual di bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra yang mempunyai peranan strategis dalam mendukung pembangunan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hak Cipta sendiri mencakup dua hak lainnya, yakni hak moral dan hak ekonomi. Hal ini
termaktub dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta pasal 5
sampai 19.
Ada beberapa bentuk kegiatan yang dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, antara lain
mengutip sebagian atau seluruh ciptaan orang lain yang kemudiaan dimasukkan ke
dalam ciptaannya sendiri (tanpa mencantumkan sumber) sehingga membuat kesan
seolah-olah karyanya sendiri (disebut dengan plagiarisme) mengambil ciptaan orang
lain untuk diperbanyak tanpa mengubah bentuk maupun isi untuk kemudian
diumumkan, dan memperbanyak ciptaan orang lain dengan sengaja tanpa izin dan
dipergunakan untuk kepentingan komersial.
Untuk lebih jelasnya, batas-batas mengenai perbuatan yang tidak dianggap sebagai
perilaku pelanggaran Hak Cipta dapat ditinjau pada pasal 43 sampai 53 tentang
Pembatasan Hak Cipta di dalam Undang-Undang Hak Cipta.
Pelanggaran terhadap Hak Cipta dapat diproses sebagai pidana sebagaimana yang
tertuang dalam pasal 120 UU Hak Cipta. Adapun sanksi pelanggaran hak cipta yang
diberikan dapat berupa pidana penjara dan/atau denda seperti berikut:
Pasal 112
Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) dan/atau pasal 52 untuk penggunaan secara komersial, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf I untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf C, huruf D, huruf E, dan/atau huruf H
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf A, huruf B, huruf E, dan/atau huruf G
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 114
Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan
sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 115
Setiap orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya
melakukan penggunaan secara komersial, penggandaan, pengumuman, pendistribusian,
atau komunikasi atas potret sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 untuk kepentingan
reklame atau periklanan untuk penggunaan secara komersial baik dalam media
elektronik maupun nonelektronik, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer, secara harfiah arti
kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang.
Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefinisikan konsumen sebagai lawan produsen,
yakni pemakai barang-barang hasil industri, bahan makanan dan sebagainya.
Dari beberapa pengertian diatas maka konsumen dapat dibedakan menjadi tiga
batasan yaitu:
1. Konsumen komersial (commercial consumer), adalah setiap orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk memproduksi barang dan/atau
jasa lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Ada dua istilah mengenai hukum yang mempersoalkan konsumen, yaitu hukum
konsumen dan hukum perlindungan konsumen. Oleh Az. Nasution dijelaskan bahwa
kedua istilah ini berbeda, yaitu bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian
dari hukum konsumen. Hukum konsumen menurut beliau adalah “keseluruhan asas-asas
dan kaidah-kaidah yang mengatur kaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di
dalam pergaulan hidup. Sedangkan hukum perlindungan konsumen diartikan sebagai
“keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi
konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan atau
jasa”. Hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen ini membicarakan hal
yang sama yaitu kepentingan hukum (hak-hak) konsumen. Bagaimana hak-hak
konsumen itu diatur dan ditegakan di dalam praktik kehidupan bermasyarakat.
Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu :
a. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen
tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.
b. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada
konsumen.
2. Asas keadilan
Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini menghendaki bahwa
melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan
produsen-pelaku usaha dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan penunaian
kewajiban secara seimbang.
3. Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual. Asas ini menghendaki
agar konsumen, produsen-pelaku usaha, dan pemerintah memperoleh manfaat yang
seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen. Kepentingan
antara konsumen, produsen-pelaku usaha, dan pemeintah diatur dan harus diwujudkan
secara seimbang sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
3.1 Kesimpulan
a. Penerapan prinsip-prinsip dasar atas sistem perdagangan dan hak kekayaan
intelektual
b. Bagaimana negara-negara harus menegakkan hak kekayaan inte-lektual sebaik-
baiknya
c. Penyelesaian perselisihan atas hak kekayaan intelektual antara negara-negara
anggota WTO
d. Kesepakatan atas transisi khusus selama periode saat suatu sistem baru
diperkenalkan.
3.2. Saran
a. Ditinjau dari sudut perangkat perundang-undangan, Indonesia sudah mempunyai
perangkat yang cukup di bidang HaKI.
b. Pengetahuan tentang HaKI dan perangkat perundang-undangan dimasyarakat
dirasakan masih kurang dan perlu ditingkatkan, sehingga perlindungan HaKI betul-betul
dapat ditegakkan.
c. Perbaikan sistem penenrapan HAKI di Indonesia perlu diperbaiki.
d. Pengawasan terhadap penyalahgunaan HAKI perlu di tingkatkan juga.
Sumber :
a. Buku Saidin, 1997. Aspek Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Raja
Grafindo.
b. Buku Supramono, Gatot, 1989. Tindak Pidana Hak Cipta: Masalah Penangkapan
dalam Tingkat Penyidikan. Jakarta: Pustaka Kartini.
d. Website https://fannynawang.wordpress.com/2011/03/06/klasifikasi-hak-
kekayaan-intelektual/