Anda di halaman 1dari 11
Pengertian Pemilikan Wakaf Menurut pandangan Islam, hakikat pemilik seluruh benda yang, ada di muka bumi dan bahkan yang di langit pun adalah milik Allah SWT. Manusia ditunjuk oleh Allah sebagai penguasa terhadap benda di muka bumi dan sekelilingnya serta harus mengelolanya sesuai dengan petunjuknya, di antaranya dengan menggunakan untuk keperluan dirinya dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia. Setiap manusia dengan tidak terkecuali nerupakan penguasa terhadap harta benda yang dimilikinya, asalkan dia mendapatkan dan mengelolanya sesuai dengan aturan yang telah titetapkan oleh syariat Islam. Seseorang dapat dikatakan mempunyai hak pribadi terhadap Satu benda dan dinamakan adanya hak milik terhadap benda t. Akan tetapi, dapat pula dikatakan dia itu bukanlah satu: ‘atunya pemilik benda tersebut. Kalau dia tidak menggunakan benda iesebut sesuai dengan aturan pemilik mutlaknya, tidak mustahil ik mutlak tersebut akan memindahkan penguasaannya kepada \ ) Banyak sekali ayatsAL-Quierl yang menjelaskan tentang segala aesuatu yang adda dl "ret dan di bum int adalah milik Alle. : ~ a] Dipindai dengan CamScanner i i benda te, ‘ Jain dapat menguasai ber by a oe Perr yong cibenackan oleh agama. Di antara etraniaatian harta benda selain untuk dirinya dan yan, t, cara d “ i t gan aikan zakat, memberika “Jala ny jaran Islam adalah menuni a dan sedekah serta kurban. Di antara para ulama Sepakat ba ke ; ‘ sedekah yang akan terus mengalir pahalanya meskipun ora," ane | bersedekah sudah meninggal adalah wakaf (Suparman Ustna? { 1994: 26), : Dalam masalah wakaf dan yang terkait dengannya, para fuga, telah membahasnya dengan cara terperinci, kemudian Salah ga i i i dalah tentang pemilikan | bagian yang dibahas dari wakaf ai n te 8 | Wakat. | Para ulama berbeda pendapat dalam hal istihgag ini, bergantung pag, apa yang dimaksudkan oleh orang yang mewakafkan (wagif), Sebagaimana telah diketahui dalam pembahasan sebelumnya bahwa wakaf ada yang disepakati oleh seluruh fugaha,? yaity Wakaf yang ada keterkaitannya dan ditujukan sebagai pendekatan atay | taqgarub kepada Allah SWT., seperti wakaf masjid, wakaf tempat | menuntut ilmu, wakaf untuk fakir dan miskin dan sebagainya, yang | lebih dikenal dengan nama wakaf Kiairi. Adapun yang diperselisihkan | adalah wakaf yang sebaliknya, yaitu wakaf yang dipandang oleh sebagian fuqaha diperselisihkan nilai-nilai taqarrub-nya, seperti wakat kepada diri sendiri dan wakaf kepada anak-anak dan keturunannya Dalam pembahasan sebelumnya wakaf tersebut disebut wakaf ali atau wakaf dzurry (Abu Zahrah, 1959: 210). i rit! dat Pesan imu baru di Madinah, yaity ukecan 1 sho-8 til ddanya sebelum sagan subuh (Syamsudin AsSarkhos! Al Mabeyuth Juz 2 ee anon: Darul Fikr, 1987, him. 27-29), Me i f tidal dari milik wagif (tetap milik wnqif) pun Snurut Malikiyah, benda wakal st | m ‘Ment tnya. Asy-Syaffi serta Ahmad bin Hanbal da [am pena cny eaekabkan manfaaty kal ree dapat yang terkuatnya bahwa Wa og Hah dan wajib menyedekahi hadap hal-hal yp faat dan yang baik (Mi i} edekahkannya terhadap hale Washiyyat, Dar At-Talif, 1957, him’ Le ee Shalabiy, Muhadharat Fi mutlak menjadi milik Al faerie = Dipindai dengan CamScanner | ty TK endapat serta penuntutan hak (Munawir, 198, 4: o berhak alam jual beli dan bidang m, f . istilah istihqag, yang dapat diarthan tre pan dsketil adany’ ‘an dengan segala sesuatu yang, berkenaan dengan hukum-hukum Penuntutan hak, yaitu segala gesuatu yang dituntut dari tangan seseorang karena adanya hal hal ang menetapkan bagi pemiliknya berdasarkan syara’. Contohnya, apabila suatu benda telah berpindah tangan, orang yang dituntut darinya merupakan sesuatu yang dimilikinya dengan pembelian. Dalam hal ini terkadang penuntut memiliki sebagian kecil atau sebagian besar dan mungkin juga seluruhnya. Begitu juga adakalanya barang tersebut mengalami perubahan di tangan orang yang menguasainya berupa penambahan atau penyusutan atau juga adakalanya orang yang dituntut darinya telah membeli barang tersebut dengan membayar harga (tsaman) atau barang yang lain (matsmun). Jika penuntut berhak atas sebagian kecilnya, Imam Malik berpendapat bahwa ia boleh menuntut penjualnya dengan harga bagian yang dituntutnya itu dan seterusnya (Ibnu Rusyd, II, t-t.: 224). Seperti makna istilgaq di atas, begitu juga makna al-istihqaq dalam wakaf yaitu seseorang yang merasa dirinya punya hak atau menganggap berhak atas wakaf. Dalam hal ini, para ulama berbeda Pendapat, bergantung pada maksud orang yang mewakafkannya (waif) serta yang dikehendakinya dan segala sesuatu yang disyaratkan oleh wagif pada benda wakafnya. Wakaf untuk Diri Sendiri ri sendiri ini, menurut ulama Dala f untuk di 5 Pembehasan wakal vi aiken kebolehan kepada wanqif iyah, seperti Abu Yusuf, memberi peu ege Lihat juga Imam Malik bin Anas Al-Asbahi dalam Al-Mudawwanal Al-Kubro, Bairut Libanon: Dar AL-Fikr, t-t,, him, 191-193. Juz-4, Dipindai dengan CamScanner seluruh atau sebagian dari hasij be, untuk dirinya selama hidupnya A pendapat Abu Yusuf betbeg a an bahwa tuk mensyaratk a rail a (mauguf) yang diwakafkariny: nai 9: 210).4 Akan tetapl P ‘ . ea part Deane yang juga apeuiary Gt Yang melarang wagif untuk mensyaratkan tae 7 arnt aitu h s, karen, syarat tersebut berlawanan dengan ashal dari wakal, yattu hanya ni Allah semata* Selanjutnya, dalam meni BeP™ perkataan Ay, Yusuf yang membolehkannya syarat ier i waa Tbnu Hazm (t.t: 182) dari mazhab Zhahiriyah dalam itabnya Al-Muhalla jy membolehkan pemberian syarat oleh waqif terhadap mauguf dengan mewakafkan untuk dirinya, untuk orang di sekitarnya, dan untyy siapa pun yang dikehendakinya. Golongan Malikiyah tidak memperbolehkan adanya Syarat bahwa ghullah (hasil) dari mauquf untuk dirinya. Akan tetapi, syarat ity tidaklah membatalkan wakaf apabila hasilnya diserahkan kepad orang lain, dan kesimpulannya bahwa wakaf Mu’‘aqqot bagi diri sendiri dipandang batal (Abu Zahrah, 1959: 212). Mayoritas golongan Syafi’iyah seperti kita ketahui, dalam hal wakaf mempunyai peraturan yang sangat ketat bahwa wakaf sepenuhnya hanya milik Allah dan dipergunakan untuk sesuatu yang menuju tagarrub kepada-Nya. Wakaf kepada diri sendiri tidak diperbolehkan dan wakafnya pun tidak sah karena adanya syarat di atas (Asy-Syafi‘i IV, t.t.: 69). Selain itu, Ishaq Asy-Syairozi (t-t: 41) dalam Al-Muhadzdzab-nya mengatakan bahwa seseorang yang mewakafkan sesuatu untuk dirinya tidaklah sah dan tidak diperbolehkan memberikan syarat apa pun dari benda yang diwakafkannya untuk dirinya. Adapun sebagian ashab Syafi’iyah yang membolehkan adanya syarat wakaf untuk diri sendiri adalah Az-Zubaidi, Syibromah, Ibnu Shaba’, dan Al-’Ittoh (Sayid Sabi4 a 1983: 381). © Adapun dalam golongan Hanabilah ada dua pendapat Ya keduanya diperbolehkan. Pertama, yang menyatakan bahw? | mewakafkan benda wakaf adalah sah, tetapi syaratnya batal apabilt wagif memberikan syarat bahwa hasil dari wakaf itu untuk dirt!” ‘) Lihat juga As-Sarkhosi, Al-Mabs in - . syuth, Juz 12, Beirut, Lebanon: Fikr, 1987; : *) - Lihat dalam Wahbah Az-Zuhaili, Al-1 rut, Lebanon: Darul Fikt, 19°) span Dar Al-Fikr, 1989, lm 369, iy ALFigh Ab-islamiy wa Adillatuhu, Juz 5, Beil Dipindai dengan CamScanner x-anaknya. Kedua, bahwa oy sit /spu Zahra, 1959: 212), akaf dan syarat-syaratnya adalah h Adapun alasan para ulama f | | | iri yang ber a diri sendiri serta syaratnya gore, Pn taPat Sahnya wakat 1h (1985: 952) bahwa walt eae dean ici nya baik a maupun seluruh hasil dari may Fa mauquf- prenatal waq d aepakan syarat yang diang a fi untuk peso dengan khal - yang ditiwayatkan oleh 8 es . Beliau sf mendengarnya dari Tbnu Uyainah dari Tay en i Hanbal, jari Hajar Al-Madri, bahwasanya telah terjadi dalam one pasulullah SAW. yang kemudian has im sedekah t il dirinya dik a jeluarganya. Khabar yang diterima oleh Ahmad cece perkata, “Tidak apa-apa bagi orang yang mewakafkan mengonsumsi hasil dari mauquf-nya.” Menurut Ibnu Qudamah eat ada perbedaan antara mengonsumsi atau mengambil manfat dari mauquf untuk dirinya antara selama hidupnya atau dengan waktu yang ditentukan, juga batas serta kadar yang dikonsumsinya. Kemudian dalam Fahul Bari® dijelaskan bahwa Anas bin Malik ra, mewakafkan suatu tempat di Madinah. Apabila beliau datang (menunaikan haji) melewati tempat itu maka menempati tempat itu. Atsar ini menunjukkan bahwa apabila wagif mengambil manfaat dari harta yang diwakafkannya itu tidaklah menghilangkan tujuan wakaf, seperti yang dikemukakan oleh Malikiyah, sahnya wakaf dengan pengecualian terhadap rumah. XN Selain hal di atas, Sayyid Sabiq menambahkan dengan alasan karena wakaf itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,, sedangkan menafkahi diri sendiri juga merupakan salah satu pendekatan diri kepada Allah SWT. ‘Bahkan,. mereka juga memperbolehkan wakaf nafsi bagi orang yang dibatasi haknya karena kebodohannya atau karena kedunguannya. Apabila dia berwakaf Untuk dirinya kemudian untuk anak-anaknya, perbuatan ini dipandang sebagai jalan untuk memelihara hartanya. Wakaf dengan ‘ara demikian berarti menunjukkan adanya pemeliharaan dan Pengekalan terhadap harta orang dungu itu (Sayid Sabiq, 1983: 381). fe pres . i i : , ,, Bab idza wagafa ardan..., Beirut Dan Ait ALGaataan Fall Ba at hm 27 Lebanon: Dipindai dengan CamScanner Alasan yang tidak momperbolehkan adanya wakaf UNA gj . : : va hasil wakatny, i sendin dan adanya perayaratan bahwa hy : anya Mk aii adalah hadis Nabi SAW, kepada Umar ta Ma pt a opel fe nds Artinya: Berikanlah bualnya kepada orang lain,” Pengertian memberikan buah kepada Orang lain berartj iu menyerahkan pemilikannya kepada orang, lain, sedangkan wats kepada dirt sendiri berarti pemiliknya masih ditinya Sendiri, . pemilikan dari dirinya untuk dirinya tidak sah. Selain itu, Waly merupakan sedekah maka baginya berlaku hukum sedekah, Bagi menetapkan demikian, tidaklah sah bagi seseor, menyedekahkan bendanya dengan mensyaratkan bahwa bagi yang bersedekah (Sayid Sabiq, 1983: 381). Begitu juga, seperti telah dikemukakan sebelumnya. Sebenarya wagif boleh menentukan syarat apa saja yang dia inginkan dalam, wakafnya, namun ada beberapa pengecualian sebagai berikut: Yang ang untuk Manfaatny, 1. Syarat itu hendaklah bersifat mengikat dan harus dilaksanakan manakala disebutkan bersamaan dengan pelaksanaan (tedaksi) wakaf. Akan tetapi, bila disebutkan sesudahnya maka ia dianggap tidak berlaku lagi, sebab pada saat itu sudah tidak ada lagi kekuasaan bagi pewakaf atas barang yang telah keluar dari miliknya. 2. Hendaknya syarat yang dicantumkan tidak bertentangan dengan maksud dan hakikat wakaf, seperti mensyaratkan agar barang tersebut tetap berada di tangan pemiliknya semula, yang «lapat dia wariskan, dijual, dipinjamkan, disewakan, dan dihibahkan sesukanya. Hal demikian mengandung arti bahwa wakaf tersebut bukanlah wakaf, Seandainya waqif menjadikan syarat ya"s diucapkannya sebagai pernyataan wakaf, itu artinya wakaf = : ia lakukan tanpa disertai maksud berwakat, Wakaf seperti p dianggap tidak sempurna, Dengan kata lain, posisi waqif seP° ——_——_____ 7) Lihat Stman fbn Maja, Juz. 2, dalam wakat hadis no, 2398, tahkik M. Fu'a Abdul Bat Beirut, Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Alamiyah, t.t, him 801, Dipindai dengan CamScanner jenjual yang mengatakan, “Saya jual bara parang ini tidak berpindah tangan kepedans tidak peru engkau serahkan kepadaku,” mazhab sepakat bahwa setia; jaksud akad adalah tidak sah. Akan tetan; i mengatakan bahwa Pendapat Hanan Pn pengecualian dari syarat seperti itu adalah mnasli aa syarat yang tidak sah tersebut tidak menggugurkan sahnya perwakafan masjid. Sedangkan Pada selain masjid, pers: aralae tersebut dipandang fasid dan merusak wakaf, i i 3, Hendaknya persyaratan tersebut tidak menyalahi salah satu hukum syara’ Islam, seperti mensyaratkan perbuatan yang haram atau meninggalkan perbuatan yang wajib, seperti disebutkan dalam hadis: 8 ini dengan syarat ‘amu, dan harganya pun Alas dasar ini, para ulama ‘ang bertentangan dengan eahate dh tage IS JE ty tea US Bay wy 7 ASSL Artinya: “Barang siapa mensyaratkan suatu syarat tidak seperti yang ditetapkan kitab Allah ‘azza wa jalla maka persyaratan seperti itu tidak boleh dia berlakukan untuk dirinya dan atas dirinya.” Selain itu, Ali k.w. juga mengatakan bahwa kaum muslim terikat yang syarat-syarat yang mereka tetapkan, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Adapun syarat selain itu yang disertakan pada akal dan tidak bertentangan dengan watak kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, hukumnya boleh dan harus dipenuhi (Jawad Mughniyah, 1996: 651-652). Para fuqaha berbeda pendapat dengan perbedaan yang sangat ielas dalam menentukan sah atau tidaknya mensyaratkan sebagian atau seluruh gullah dari mauquf bagi waqif selama hidupnya. Abu ‘suf, Ibnu Abi Laila, Ibnu Syibromah, dan sebagian kecil dari 80longan, Syafi’iyah, Hanabilah, dan Zhahiriyah, mengesahkan syarat fan wakafnya. Adapun Muhammad, Malikiyah, jumhur Syafi’iyah, “agian besar Hanabilah, dan Syi’ah Imamiyah tidak mengesahkan Petsyaratan ghullah, baik sebagian maupun seluruhnya bagi wagif. Dipindai dengan CamScanner Muhammad, Syi’ah, dan jumhur Syay Dalam perinciannya, bi Cig menghukumi dengan batalnya wakaf karena batal syara, . sedangkan sisanya hanya menghukumi batal syaratnya dan wak aly * tetap sah. <<) Wakaf kepada Anak dan Kerabat Wagif Apabila seseorang dikaruniai rezeki banyak dan mempunyai beberapa kerabat yang termasuk ahli waris, dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan dalam memenuhi hajat hidup, kemudian ¢i, berkehendak untuk mewakafkan hartanya dan mensyaratkan bahw, hasil dari wakaf itu adalah untuk mereka dan keturunannya, hukum wakafnya sah serta tidak ada pertentangan di kalangan fugaha, terutama dalam hal mewakafkan harta benda atau hasilnya kepada kaum kerabat yang tidak termasuk ahli waris. Hal di atas dikarenakan alasan bahwa menafkahkan ghullah (hasil) wakaf merupakan sedekah yang pasti dan perbuatan yang terpuji, selama maksud utamanya memenuhi kebutuhan hidup mereka dan menolak bahaya kelaparan dari diri mereka. Begitu juga pendapat pendapat kebanyakan fuqaha bahwa wakaf kepada kerabat-kerabat yang fakir dan miskin lebih utama (Abu Zahrah, 1959: 212). Seperti telah diterangkan dalam kitab Ahkam Al-Awgaf yang ditulis oleh Al-Khossof (t.t.: 20) mengatakan bahwa apabila suatt sedekah yang telah diwakafkan kepada orang-orang miskin kemudian anak-anaknya dan kerabat-kerabatnya membutuhkanya, apakah mereka (anak-anak dan kerabat) dapat diberi hasil mauquf itv? Menurutnya, hal yang demikian dibolehkan, bahkan dapat didahulukan sebelum para fakir miskin Jainnya karena anak-al wagif serta kerabat-kerabatnya lebih berhak untuk dinafkahi daripad# fakir miskin yang tidak ada hubungan kekerabatan. Pendapat Ibm Qudamah (t.t.: 348) menguatkan Pendapat sebelumnya bersedekah kepada kerabat-kerabat wagif ketika mereka lebih membutuhkat demikian adalah lebih utama. Kemudian pertanyaan yang lainnya adalah, bagaimana apabil wagif mensyaratkan harta dan hasilnya diwakafkan kepada keraba yang kaya? Dalam hal ini, para ulama berselisih pendapat. Di 2™ Dipindai dengan CamScanner ada yang berpendapat ereka Memperh, a suk ke en maksiat, Beye ees karena tidak gaak ada eee ae ae Sebab syarat ity ea jintara mereka kee manfaat bagi iw, ‘upakan syarat yang a akhiratnya. ‘aif, baik dalam urusan dunia Menurut Ibnu Taimiyyah, se emperkuat pendapat ini, wakaf i] big i yang demiki ravi Jan mey perlebihan serta perbuatan : Tupakan wakaf yang, rlel la mubazir yang dilarang. Bepit akal y WT. tidak menyukai apabil, ; ut juga, Allah SW" Pabila harta itu hanya berputar a. redar di antara orang-orang kaya, se ti z erputar dan a Al-Hasyr ayat 7: Ya, seperti dalam firman-Nya dalam Perti dikutip oleh Sayyid § _ . rtC—=sC=errrrsC 7 *s Td pag EW SNS SEIS. av diy Artinya: “agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.....” (Q. S. Al-Hasyr: 7) Barang siapa mensyaratkan dalam wakaf atau wasiatnya agar harta itu hanya beredar di kalangan orang-orang kaya, berarti dia telah mensyaratkan yang bertentangan dengan kitab Allah. Barang siapa yang mensyaratkan yang bertentangan dengan kitab Allah, syarat tersebut batal (Sayid Sabiq, 1983: 382). Perlindungan kepada Sebagian Ahli Waris Telah ditetapkan dalam perundang-undangan wakaf Pasal 48 hun 1946 tentang perlindungan kepada ahli waris dan Ketentuan Yang harus dimiliki sebagai hak ahli waris, dan ketentuan yang ag imiliki sebagai hak alli waris adalah 2/3 dari harta peninggalan, Adapun yang 1/3 merupakan bagian atau kadar terbesar yang, ae diwakafkan sesuai dengan kehendak wagif kepada ah pun yang Schiiy Sre meri ar i i tetapi, \utama ap tara se tear hart waka itu ketika wagif eas Adapun dengan adanya ahli waris yang aa eine voajb, “tdangan, dibentuk suatu ketentuan yang disebu Dipindai dengan CamScanner Mereka yang dimasukkan dan dikategorikan istihgag wayib dala, i ara ahli waris keturunan wagqif, baik ity anak-anak, suami, dan pa hobal, atau wakaf ters, ang termasuk ashabul furudh maupun 4s 2 bil tidak ad ebut bg juga diberikan kepada dzawil arham apa ila ; '@ seoran, Pup yang berhak terhadap istiliqag way ib dari golongan ashabul furudh, atay ashabah. Sesungguhnya, perundang:snuaneen ae unty perlindungan ahli waris yang tidak disepa ‘ati oleh para ima mazhab, karena Maliki dan Asy-Syafi’i tidak menghukumj emai arham sebagai ahli waris dan tidak adanya nash sharih a menunjukkannya. Seandainya Maliki dan Asy-Syafi i hidup Pada abad keempat, pastinya akan memberikan kewarisan kepada demait arham karena kacau dan rusaknya pengelolaan baitu] mal (Abu Zahrah, 1959: 246). Adapun sebab-sebab pemerintah mengundangkan istihgag wai, sebagai upaya untuk mengantisipasi serta melindungi keluarga dari adanya saling bermusuhan dan pertengkaran. Pemberian batasan terhadap istihqaq wajib sebesar 1/3, merupakan qiyas pada wasiat. Perbedaannya terletak pada apabila tindakan atau pemanfaatan wasiat dilaksanakan setelah wafatnya Ppewasiat, sedangkan wakaf dalam jumlah sebesar wasiat itu boleh dilaksanakan sejak diucapkan oleh wagif (Abu Zahrah, 1959: 249). Dengan kata lain, perbedaan antara wasiat dan wakaf adalah tasharruf munjiz (yang tidak terikat syarat apa-apa). Wasiat adalah suatu urusan yang terkait dengan disandarkan pada sesuatu bila sudah meninggal. Kemudian perbedaan lainnya terletak pada wakaf mengeluarkan sesuatu dari milik waqif, sedangkan sesuatu yang diwasiatkan tetap dalam miliknya sampai meninggalnya mshi (Abu Zahrah, 1959: 277), : Ashab istihgaq wajib tidaklah semua ahli waris, tetapi hany? sebagian saja, yaitu suami, istri dan atau istri-istri, kedua orang kandung dan keturunan ahli waris, baik ahli waris dzawil furl ashobah maupun yang termasuk dzawil arham yang merupakan objé perselisihan pendapat di kalangan imam mazhab seperti telah dikemukakan sebelumnya. Imam Malik dan Imam syafi'i tid menyetujui mereka dalam ahli waris, Keduanya berpendapat bahw? azawil arham hanyalah tambahan, Selanjutnya ganun eratu in) mema: (peraturan pe! -undang# isukkan mereka ke dala: rundang; ib m yang berhak mendapatkan istiliq" von Dipindai dengan CamScanner yan tidak mempersamakan gory eth keturunan ahli waris Sec yeturunannya- Dalam memberlakukan istihgag wajib b andangan menetapkan Syarat-syarat ¢ sebhang dap ee wig wajib terhadap mauquf setelah mening ain a ieee i ae Balnya wagif dengan 1. Hendaklah waqif tidak memberi berhak melalui jalan tasharruf y; dan lain-lain. Hendaklah orang yang menganggap berhak terhadap istihqag wajib tidak mencari-cari alasan kepada wagif yang berakibat dapat menghalanginya dari menerima istihgaq wajib, 3. Hendaklah musahiq tidak membunuh wagif yang tidak menghilangkan penerimaan terhadap istihgaq yang wajib, karena istilqag wajib merupakan waris-mewarisi yang berhak mengambil 2/3 dari harta yang ditinggalkan oleh wagif. Apabila seseorang terhalang untuk menerima waris, secara langsung terhalang pula dari menerima istihqaq wajib. 4. Hendaklah pemberlakuan istihqaq wajib tidak melebihi masa lebih dari dua tahun syamsiah sejak dua tahun setelah meninggalnya wagqif (Abu Zahrah, 1959: 263-264). Istihqag dapat gugur apabila mustahiq rela setelah meninggalnya wagif dengan cara tertulis atau membiarkannya dengan tidak Menuntut haknya selama dua tahun hitungan syamsiah, dengan Syarat: 1 Hendaklah dalam masa itu memungkinkan untuk meninggalkan Semua tuntutannya serta tidak akan menimbulkan pertentangan. Hendaknya diam atau meninggalkan tuntutannya, = aoa sree adanya udzur syara’, seperti wafatnya tongi/ Kea Seg Perjalanan jauh dan tidak mengetahui Sees a atau kecuali setelah masa yang lama, dan tidak i) aevenpetahal informasi apa pun yang menyebabkan di Sebelumnya. anya, tetap; au : tapi mereka menjadikan Perseorangan, Serta para kan suatu apa pun selain yang ang lain, seperti hibah, wasiat, 2 Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai