Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM III
TEGANGAN PERMUKAAN

Disusun oleh:

NAMA : Asri Uliya Rizqi


NIM : E0018004
DOSEN PENGAMPU : 1. Desi Sri Rejeki, M. Si.
2. Ery Nourika Alfiraza, M. Sc.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
SEMESTER IV
2020
PRAKTIKUM III
TEGANGAN PERMUKAAN
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membiasakan diri dengan konsep dan
pengukuran tegangan permukaan.

II. DASAR TEORI


II.1 Pengertian Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair yang
berperilaku layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh
tegangan. Pengaruh tegangan tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik
antar-molekul di permukaan zat cair tersebut. Besarnya tegangan permukaan
merupakan usaha yang diperlukan cincin untuk menciptakan suatu permukaan baru,
sifat permukaan yang dimiliki oleh zat cair yang berperilaku layaknya selapis kulit
tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh tegangan. Tegangan ini terjadi jika
molekul- molekul di permukaan suatu cairan saling tarik menarik satu sama lain,
sehingga menciptakan pembatas antara udara dengan cairan itu (Ermawati, 2008).
II.2 Tegangan Permukaan Cairan
Tegangan permukaan cairan (γ) adalah kerja yang dilakukan untuk memperluas
permukaan cairan dalam satuan luas. Tegangan permukaan cairan dapat diukur
dengan cara  drop out, cara buble pressure, tensiometer , cara capilary rise. Metode
Pendant drop adalah metode yang sangat luas dipakai, yang hanya membutuhkan
sejumlah kecil cairan dan bisa dipakai kesituasi pengukuran yang sulit secara
eksperimenpada suhu tinggi ataupun dengan bahan reaktif. Dengan peralatan optik
yang baik, itu baik untuk persepuluhan persen. Metode buble juga telah dinyatakan
penting untuk pengukuran tensi permukaan logam lebur. Itu telah dipakai juga
dalam penentuan tenci interfacial elektrolit mercuri encer (Ginting, 2002).
Tegangan permukaan menyebabkan suatu perbedaan tekanan antara gelembung
sabun atau tetesan zat cair bagian dalam dan bagian luar. Suatu gelembung sabun
terdiri permukaan film berbentuk bola yang sangat rapat. Dengan suatu lapisan tipis
dan diantara zat cair. Tegangan permukaan menyebabkan film cenderung untuk
melakukan pengusutan, tetapi sebagaimana gelembung menyusut, sebegitu juga ia
menekan udara didalam, menambah tekanan bagian dalam , ke titik yang mencegah
pengusutan lebih lanjut. Tekanan permukaan tersebut pada cairan khusus biasanya
berkurang sebagaimana temperatur bertambah. Sebagaimana temperatur
bertambah dan molekul zat lain berpindah dengan lebih cepat, interaksi antara
mendapat pengaruh yang mengurangi mosi merekadan mengurangi tegangan
permukaan (Ginting, 2002).

II.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tegangan Permukaan Cairan


Molekul pada permukaan mengalami tarikan kedalam rongga cairan, karena
gaya tarik-menarik didalam rongga cairan dari pada gaya tarik oleh uap molekul yang
ada diatas permukaan. Akibat tarikan ini, maka permukaan cenderung mengkerut
untuk mencapai luas sekecil mungkin sehingga mempunyai tegangan permukaan.
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya tiap satuan panjang yang bekerja
pada permukaan, atau sebagai energi per satuan luas yang diperlukan untuk
memperluas permukan tiap satu satuan luas pada suhu, tekanan dan komposisi
tetap. Selain tegangan permukaan γ untuk sitem cair-uap, dikenal pula tegangan
antarmuka γᵢ untuk dua cairan yang tak saling campur (Anonim, 2015).
Faktor-taktor yang mempengaruhi γ antara lain suhu, tekanan dan konsentrasi
larutan. Dalam cairan, sebuah molekul mengalami gaya tarik dari molekul
tetangganya, tetapi pada permukaannya, sebuah molekul hanya dikelilingi sebagian
saja dan akibatnya molekul pada permukaan ini hanya mengalami gaya tarik kearah
benda cairannya, (dapat dikatakan seolah-olah benda cairan dibungkus oleh suatu
membran atau lapisan yang tidak tampak). Perilaku cairan pada permukaan cairan
inilah yang disebut tegangan permukaan dan sifat ini pula yang menyebabkan cairan
dapat jatuh membentuk tetesan yang dapat merambat pada pembuluh  atau pipa
kapiler serta dapat mengembangkan selembar kertas logam (Anonim, 2015).
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada dasarnya tegangan permukaan
suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor suhu dan dan zat terlarut. Dimana
keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan
permukaan. Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut juga akan meningkatkan viskositas
larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar (Maulina, 2013).
Molekul pada permukaan suatu cairan ditarik ke dalam rongga cairan karena
gaya tarik dari molekul dibawahnya lebih besar dari pada tarikan oleh molekul uap
yang ada pada bagian lain dari permukaan. Tarikan ke dalam ini bila mungkin,
menyebabkan permukaan berkontraksi dan menyebabkan terjadinya gaya dalam
bidang permukaan. Tegangan permukaan menyebabkan terbentuknya tetesan bulat,
kenaikan air dalam kapiler, dan gerak cairan lewat zat padat berpori. Zat padat juga
mempunyai tegangan permukaan, tetapi sukar untuk ditentukan. Kristal cenderung
untuk membentuk bidang-bidang tegangan permukaan terendah (Mulyono, 2013).
II.4 Macam-macam Metoda yang digunakan dalam Tegangan Permukaan
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode
antara lain (Kosman dkk, 2005);
a. Metode cincin de-Nouy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan
tegangan antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada
kenyataan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup
pada zat cair sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka.
Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal ini diberikan oleh
kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne.
b. Metode kenaikan kapiler
Metode ini hanya digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua
zat cair yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat
cair, maka zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gesek ke atas
diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke bawah akibat berat zat cair.
 Komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan yaitu ;
 Keliling penampang pipa = 2 pr
 Sudut kontak antar permukaan zat dengan dinding kapiler = q maka gaya ke
atas total = 2 prg cos q.
II.5 Sifat Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan mempunyai sifat fiski yang berhubungan dengan antar
molekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan peningkatan luas
permukaan cairan. Awalnya tegengan permukaan didefinisikan pada antar muka
cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada tegangan antar muka
cairan-cairan, atau padatan dan gas, tegangan semaca ini secara umum disebut
dengan tegangan antar muka (Douglas,2001)
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga
permukaannya seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini
disebabkan adanya gaya tarik-menarik antar partikel sejenis didalam zat cair sampai
ke permukaan. Didalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis
didekatnya dengan gaya yang sama kesegala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa
(resultan) gaya yang bekerja pada masing-masing molekul. Adanya gaya atau
tarikan kebawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam
keadaan tegang. Tegangan ini disebut dengan tegangan permukaan (Herinaldi,
2004).

II.6 Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa
besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-
adesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering digunakan untuk
mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang
berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk
oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat
gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara
molekul zat yang berbeda (adesi). (Ansel, 1985)
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul
cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian
atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu
dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang
berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan
di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada
permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya
total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung
memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang
menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput
elastis yang tipis. (Anief, 1993)
Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka
gas/cair. Walaupun istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan.
Karena setiap artikel zat, apabila itu bakteri, sel, koloid, granul atau manusia,
mepunyai suatu antarmuka pada batas sekelilingnya, maka pada topik ini memang
penting. Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang terdapat
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, sedangkan tegangan permukaan
adalah gaya persatuan panjang bias juga digambarkan dengan suatu rangka kawat
tiga sisi dimana suatu bidang datar bergerak diletakkan. (Martin, 1990)
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan
non polar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang
rendah, maka molekul-molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan
membentuk suatu lapisan monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah ke
udara. Hal ini mengakibatkan turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi
yang lebih tinggi nolekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air membentuk agregat
yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel ini mulai terbentuk disebut
konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini dicapai maka tegangan permukaan
zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi misel kritik suatu
surfaktan dapat ditentukan dengan metode tegangan permukaan. (Kosman, 2006).

II.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi :


a. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena
meningkatnya energy kinetik molekul
b. Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan
permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan,
sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang
berada dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolecular, maka akan
menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan.
c. Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan,
karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka.
Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus.
Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
d. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti
air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti
bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya
juga kecil.
e. Konsentrasi Zat Terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh
terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada
permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam
larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan. (Mutmainna,
2013)
III. ALAT DAN BAHAN
III.1 Alat
- Labu ukur
- Gelas beaker
- Mistar
- Pipa kapiler
- Pipet tetes
III.2 Bahan
- Gliserol 20%
- Gliserol 40%
- Gliserol 60%
- Gliserol 80%
- Gliserol X%

IV. CARA KERJA

Penentuan Tegangan Permukaan

- Disiapkan larutan gliserin 20;40;60; dan 80%


- Diambil sebanyak 25 mL larutan sampel
- Dimasukkan dalam gelas beaker
- Dimasukkan pipa kapiler, setengah dari tingginya larutan
- Ditunggu hingga air naik ke pipa kapiler
- Diukur kenaikan cairan pada pipa dengan menggunakan penggaris (cm)
- Dihitung tegangan permukaan

HASIL
V. HASIL
V.1 Penentuan Tegangan Permukaan

No Perlakuan Hasil
.
1. Disiapkan larutan gliserin 20;40;60; dan 80% Larutan homogen
2. Sebanyak 25 mL larutan sampel dimasukkan
dalam gelas beaker
3. Dimasukkan pipa kapiler, setengah dari
tingginya larutan
4. Ditunggu hingga air naik ke pipa kapiler
5. Diukur kenaikan cairan pada pipa dengan Kenaikan cairan pada pipa (cm)
menggunakan penggaris (cm) t rata-
I II III
rata
a. Gliserin 20% 1,5 1,6 1,5 1,53
b. Gliserin 40% 1 1,2 1,2 1,13
c. Gliserin 60% 1,3 1,3 1,4 1,33
d. Gliserin 80% 1,3 1,4 1,4 1,36
e. Gliserin X% 1,2 1,3 1,3 1,26
6. Dihitung tegangan permukaan Menggunakan rumus di bawah

5.2 Perhitungan Penentuan Tegangan Permukaan


Diketahui :
- r = jari-jari kapiler = 0,075 cm
- g = percepatan gravitasi =9,81 m/s2 = 981 cm/s2
- ρ gliserin 20% = 1,0446
- ρ gliserin 40% = 1,099
- ρ gliserin 60% = 1,177
- ρ gliserin 80% = 1,223
- ρ gliserin X% = 1,084

Ditanya : Tegangan Permukaan tiap-tiap sampel ?


Dijawab :
a. Gliserin 20%
γ =½.r.g.h.ρ
= ½ . 0,075 cm . 981 cm/s2 . 1,53 cm . 1,0446
= 58,79

b. Gliserin 40%
γ =½.r.g.h.ρ
= ½ . 0,075 cm . 981 cm/s2 . 1,13 cm . 1,099
= 45,68
c. Gliserin 60%
γ =½.r.g.h.ρ
= ½ . 0,075 cm . 981 cm/s2 . 1,33 cm . 1,177
= 57,58
d. Gliserin 80%
γ =½.r.g.h.ρ
= ½ . 0,075 cm . 981 cm/s2 . 1,36 cm . 1,223
= 61,18
e. Gliserin X%
γ =½.r.g.h.ρ
= ½ . 0,075 cm . 981 cm/s2 . 1,26 cm . 1,084
= 50,24

5.3 Membuat Kurva Regresi Linear

N X Y ( x - x́ ) ( x - x́ )2 ( y - ý ) ( y - ý )2 ( x - x́ ) ( y - ý
o )
1 20 58,79 -30 900 2,99 8,94 -89,7
2 40 45,68 -10 100 -10,12 102,41 101,2
3 60 57,58 10 100 1,78 3,16 17,8
4 80 61,18 30 900 5,38 28,94 161,4
Σ X́ = 50 ý = D = 2000 e = 143,45 c = 190,7
55,80

Rumus = A B R
c
- B=
d
190,7
¿
2000
= 0,095
- A = ý – b . x
= 55,80 – 0,095 . 50
= 55,80 – 4,75
= 51,05
- Vis y = a + b . x
50,24 = 51,05+ 0,095 . x
50,24 – 51,05= 0,095 . x
−0,81
=x
0,095
X = -8,526 %
KURVA LINIER

Tegangan Permukaan
70
f(x) = 7.75 x + 39.32
R² = 0.91
60

50

40
permukaan

tegangan permukaan
tegangan

Linear (tegangan permukaan)


30

20

10

0
50% 100%150%200%250%300%350%400%450%
Konsentrasi
VI.PEMBAHASAN

Pada praktikum yang berjudul tegangan permukaan bertujuan agar mahasiswa dapat
membiasakan diri dengan konsep dan pengukuran tegangan muka. Pada percobaan
tegangan permukaan ini menggunakan metode kenaikan pipa kapiler dengan cara mengukur
tegangan permukaan dengan melihat ketinggian cair atau cairan yang naik melalui pipa
kapiler. Salah satu ujung pipa tersebut dicelupkan kedalam permukaan zat cair maka zat cair
tersebut akan naik sampai ketinggian tertentu. Prinsip kerja pipa kapiler ini adalah gaya
adhesi antara molekul zat cair dan dinding kapiler itu lebih besar daripada gaya kohesi
antara molekul-molekul zat cair, sehingga cairan dapat membasahi dinding kapiler, dan
dapat mengalir naik didalam pipa kapiler. Zat cair dapat naik dalam pipa kapiler selain
dipengaruhi oleh gaya adhesi yang besar juga dipengaruhi oleh tegangan muka yang dimiliki
zat aktif yang menyebabkan suatu zat untuk naik. Suatu saat kenaikan zat cair pada pipa
kapiler dapat berhenti pada saat gaya tekan keatas sama dengan gaya gravitasi maka zat
tersebut akan berhenti naik pada pipa kapiler.
Penggunaan metode kenaikan pipa kapiler memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
Keuntungan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relative singkat serta cara kerjanya
yang praktis. Kerugiaannya adalah presentase hasil pengukuran tinggi yang tidak valid karena
pengaruh tekanan saat pipa dimasukkan kedalam larutan. Metode kenaikan kapiler hanya
dapat digunakan untuk menentukan tegangan permukaan suatu zat tidak dapat digunakan
untuk menentukan tegangan antar muka dari suatu zat.

Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah  Penentuan tegangan permukaan zat cair
dengan metode pipa kapiler yaitu pertama-tama masukkan 25ml sampel (aquadest,larutan
gliserin 20%, 40%, 60%, 80%, dan X%) masing-masing kedalam gelas beaker. Atur posisi pipa
kapiler berada pada setengah dari tinggi larutan. Kemudian ditunggu sampai air naik ke pipa
kapiler. Setelah itu diukur kenaikan cairan pada pipa menggunakan mistar kemudian dihitung
tegangan permukaannya. Dalam percobaan kali ini aquadest hanya digunakan sebagai
pembanding saja
Dari hasil percobaan pada Gliserin 20% diperoleh rata-rata kenaikan tingginya adalah
1,53 dan tegangan permukaannya adalah 58,79 dyne/cm , Gliserin 40% diperoleh rata-rata
kenaikan tingginya adalah 1,13 dan tegangan permukaannya adalah 45,68 dyne/cm.
Sedangkan Gliserin 60% diperoleh rata-rata kenaikan tingginya adalah 1,33 dan tegangan
permukaannya adalah 57,58 dyne/cm . Gliserin 80% diperoleh rata-rata kenaikan tingginya
adalah 1,36 dan tegangan permukaannya adalah 61,18 dyne/cm, Gliserin X diperoleh rata-
rata kenaikan tingginya adalah 1,26 dan tegangan permukaannya adalah 50,24 dyne/cm.
Dan untuk konsentrasi gliserin X% dengan dengan tegangan permukaan 50,24 dyne/cm
didapat konsentrasi X adalah -8,52 %.
Hasil tegangan permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada konsentrasinya. Pada
hasil praktikum pengaruh pertambahan gliserin dapat mempengaruhi tegangan permukaan
dari air.
Dari hasil percobaan pada sampel gliserin 20%, gliserin 40%, gliserin 60% , gliserin 80%,
dan gliserin x%
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi sehingga mempengaruhi hasil yang
diperoleh yaitu
1. Ketidaktepatan jumlah dari medium gliserin
2. Kekeliruan praktikan dalam menentukan kenaikan tinggi gliserin
3. Ketidaktepatan dalam menentukan tegangan permukaan
Manfaat mempelajari tegangan permukaan dalam dunia farmasi antara lain :
1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat sediaan obat
2. Penetrasi molekul melalui membrane biologis
3. Pembentukkan dan kestabilan emulsi dan disperse partikel tidak larut dalam media cair
untuk membentuk sediaan suspensi

Tegangan permukaan merupakan kinerja yang dilakukan dalam memperluas


permukaan cairan dengan satu satuan luas. Sedangkan tegangan muka adalah gaya
persatuan panjang yang terdapat pada antar muka dua fase cair yang tidak bercampur.
Tegangan muka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara
dua cairan tidak bercampur lebih besar daripada adhesi antara cairan dan udara.

VII. KESIMPULAN
Pada praktikum tegangan permukaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah suhu, zat terlarut (solute), dan
surfaktan.
2. Metode yang digunakan untuk menentukan tegangan permukaan yaitu metode
kenaikan kapiler
3. Prinsip kerja pipa kapiler adalah bila mana gaya adhesif antara molekul zat cair dan
dinding kapiler itu lebih besar daripada gaya kohesif antara molekul-molekul zat cair,
maka zat cair akan terus naik dalam pipa kapiler yang disebabkan karena adanya
tegangan muka, sampai gerakan keatas tersebut tepat seimbang dengan gaya ke bawah
gravitasi.
4. Dari percobaan diperoleh hasil, bahwa Gliserin 20% diperoleh tegangan
permukaannya adalah 58,75 dyne/cm , Gliserin 40% diperoleh tegangan permukaannya
adalah 45,68 dyne/cm. Seangkan Gliserin 60% diperoleh tegangan permukaannya
adalah 57,58 dyne/cm . Gliserin 80% diperoleh tegangan permukaannya adalah 61,18
dyne/cm, Gliserin X diperoleh tegangan permukaannya adalah 50,24 dyne/cm.
5. Dan untuk konsentrasi gliserin X% dengan dengan tegangan permukaan 550,24
dyne/cm didapat konsentrasi X adalah -8,52 %.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, A. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair Dengan Menggunakan


Regresi Linear Hukum Stokes. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir
Yogyakarta.
Dogra. 2006. Kimia Fsika dan Soal-soal. Universitas Malang : Malang
Dugdale., R.H. 1986, Mekanika Fluida, Edisi III. Erlangga: Jakarta.
Febrianto, et al., 2013, “Rancang Bangun Alat Uji Kelayakan Pelumas Kendaraan Bermotor
Berbasis Mikrokontroler”, Unnes Physics Journal, Vol. 2 No. (1).
Indarniati  dan  Ennawati, Frida U, 2008.  Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik. jurnal fisika dan aplikasinya. Jurusan Fisika
Universitas Negeri  Surabaya. Surabaya.Vol.4 (1)
Moechtar.1990. Farmasi Fisik.UGM-press: Yogyakarta.
Muhajir, K. 2011. Pengaruh Viskositas Terhadap Aliran Fluida Gas-Cair Melalui Pipa Vertikal
Dengan Perangkat Lunak Ansys Fluent 13.0. Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1.
Samdara et al., 2008, “Rancang Bangun Viskometer Dengan Metode Rotasi Berbasis
Komputer”, Jurnal Gradien, Vol.4 No.2.

Anda mungkin juga menyukai