Anda di halaman 1dari 8

Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah : Hukum Tata Ruang


Dosen : Dr. Drs. A. A. KT. Sudiana, S.H.,A. Ma.,MH

Perencanaan Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Lebih, Desa Lebih


di Kabupaten Gianyar

Oleh :
Nama : Dewa Gde Giri Okta Wiryana
NPM : 1704742010121 ( 13 )
Kelas : Semester 6 Khusus A

Program Studi : Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun 2020
1. EXISTING
Pantai Lebih merupakan sebuah pantai dengan hamparan pasir suasana yang aman dan
tenang sehingga cocok untuk wisatawan yang ingin berlibur dan sekedar bersantai. Sebagai
wilayah yang telah ditetapkan sebagai salah satu dari enam belas kawasan pariwisata di Bali
(Perda Provinsi Bali No.16 Tahun 2009), Pantai Lebih diharapkan mampu bersaing dengan daya
tarik wisata lainnya sebagai pariwisata berkelanjutan dan memberikan berbagai manfaat
kedepanya untuk membantu kesejahteraan, baik bagi masyarakat lokal Desa Lebih ataupun bagi
kepariwisataan di Bali.

Berbeda dengan kawasan pariwisata pantai lainnya di Bali yang dianggap berhasil, Pantai
Lebih justru dianggap kurang berkembang sebagaimana kawasan pariwisata yang menawarkan
daya tarik wisata pantai. Hal ini dibuktikan dengan ditetapkannya kawasan pariwisata Pantai
Lebih sebagai salah satu kawasan prioritas tertentu yang berada di Kabupaten Gianyar. Penyebab
Pantai Lebih menjadi kawasan prioritas karena mengalami abrasi parah yang terjadi di sepanjang
pinggiran pantai sehingga menghilangkan kealamian pantai yang seharusnya dimiliki sebuah
pantai pada umumnya. Saat ini di bagian tepian Pantai Lebih, banyak terdapat batu-batu untuk
menahan gelombang abrasi yang berfungsi agar abrasi tidak menjadi semakin parah. Selain itu
sudah mulai terlihat dampak lingkungan yang terjadi di sekitar pesisir Pantai Lebih, yaitu
banyaknya sampah yang berserakan dan tidak terawatnya lingkungan sekitar pantai. Ada pula
fasilitas pariwisata yang sudah tidak layak digunakan seperti toilet, papan tanda yang rusak, dan
menara penjaga pantai yang terlihat tidak kokoh.

2. PROBLEM SOLVING
Dengan kondisi pantai lebih yang mengalami kerusakan maka diperlukan penyusunan
perencanaan kawasan pariwisata di Pantai Lebih untuk membantu pengembangan kawasan
pariwisatanya, sehingga hasil yang diperoleh nantinya dapat bermanfaat bagi keberlanjutan
kepariwisataan dan kelestarian lingkungan di pantai Lebih.

Dalam pemugaran kembali kawasan wisata pantai lebih maka dibuatkan beberapa arahan
rencana, yaitu Arahan rencana pengembangan kawasan prioritas Pantai Lebih dan Arahan Tata
Ruangnya. Arahan rencana pengembangan kawasan prioritas Pantai Lebih dibagi menjadi dua,
yaitu :
a) Arahan Fungsi Kawasan Pantai Lebih difokuskan pada empat aspek, yaitu:
1. Kawasan pemandangan alam berupa pantai sebagai potensi wisata alam
2. Pengembangan kuliner khas, yaitu makanan laut (seafood)
3. Penataan fasilitas penunjang wisata secara umum
4. Pengembangan atraksi wisata pesisir dengan menghubungkan berbagai aspek,
seperti binaan terhadap wisata pesisir kemudian terhadap budaya serta aspek
terhadap lingkungan alami.

b) Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Lebih difokuskan pada enam aspek,
yaitu :

1. Mempertahankan keberadaan area pantai sebagaimana mestinya sebagai aset utama


wisata alam

2. Meningkatakan hasil produksi lokal, utamanya ikan sebagai penunjang kuliner khas
laut sebagai lapangan pekerjaan masyarakat setempat

3. Membatasi dan melarang segala macam kegiatan untuk membangun fasilitas


pariwisata di kawasan yang memiliki fungsi lindung

4. Membangun fasilitas penunjang pariwisata berupa akomodasi pariwisata bagi


wisatawan sesuai dengan kebutuhan

5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai ekosistem pesisir sehingga


nantinya memberi kesadaran tentang bagaimana cara masyarakat harusnya bersikap
dalam berupaya melestarikan wilayah pesisir agar lebih berwawasan terhadap
lingkungan serta menyesuaikan dengan prinsip-prinsip untuk pembangunan yang
berkelanjutan.

6. Pengembangan berupa suatu sistem manajemen atau pengelolaan pesisir untuk


wisata bahari dimana didasarkan pada pengembangan yang berkelanjutan,
lingkungan alam, meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat serta berdasar
karakter dan budaya bahari

Sedangakan Arahan Tata Ruang mengacu pada Perda No.16 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali tahun 2009-2029, perencanaan arahan tata ruang Pantai Lebih
dijabarkan sebagai berikut:
a) Menata kembali kawasan pariwisata berupa kawasan sempadan pantai yang memiliki
masalah abrasi

b) Mengembangakan kawasan pariwisata berbasis daya tarik wisata alam


c) Pelaksanaan pembangunan di kawasan pariwisata Pantai Lebih untuk meningkatakan
kesejahteraan masyarakat
d) Pengelolaan sebuah kawasan prioritas sempadan pantai
e) Keterpaduan rencana pengembangan kawasan Pantai Lebih dengan kawasan
pariwisata lainnya

f) Pengembangan dan pengendalian terhadap perkembangan secara fisik dan membatasi


izin terhadap pengembangan baru di kawasan terbangun yang tidak sesuai kebutuhan

g) Peningkatan untuk kualitas dan kuantitas pelayanan pada sarana dan prasarana
pariwisata pada sebuah kawasan prioritas

h) Membangun fasilitas pariwisata yang sesuai dengan tingkat kebutuhan untuk


menunjang jalannya kepariwisataa

3. KESIMPULAN DAN SARAN


Pantai Lebih termasuk dalam kategori kawasan lindung sempadan pantai. Selain sebagai
kawasan lindung sempadan pantai, Pantai Lebih termasuk dalam pengembangan wilayah
prioritas dan kawasan tertentu. Oleh karena itu diperlukan arahan pengembangan kawasan
prioritas bagi perencanaan Pantai Lebih agar berbagai permasalahan yang timbul dapat ditangani
dan tidak mengancam keselamatan kegiatan pariwisata yang ada di Pantai Lebih dengan
dibuatkan rencana arahan pengembangan kawasan prioritas Pantai yaitu, Arahan Fungsi
Kawasan dan Arahan Tata Ruang.

Saran kepada pemerintah terkait diharapkan dapat membantu perencanaan pengembangan


kawasan pariwisata Pantai Lebih, baik berupa bantuan fisik maupun non fisik sehingga sebuah
kawasan prioritas seperti Pantai Lebih dapat menjadi kawasan pariwisata yang layak untuk
dikunjungi, selain itu, pemerintah seharusnya lebih tanggap terhadap kawasan-kawasan yang
memiliki proritas tertentu seperti Pantai Lebih ini. Untuk masyarakat lokal diharapkan terus
berpartisipasi di setiap kegiatan pariwisata di Pantai Lebih yang diselenggarakan lembaga
masyarakat sebagai keterlibatan aktif di kawasan pariwisata dan kerjasama lembaga-lembaga
terkait untuk pengelolaan Pantai Lebih.

.
 Pertanyaan Minggu Pertama :

1. Bagaimanakah seharusnya law enforcement yg dilakukan apabila terjadi pelanggaran


pemanfaatan tata ruang?

Jawab : Menurut saya jika terjadinya penyimpangan / pelanggaran pemanfaatan


tata ruang yang harus dilakukan adalah dengan mengambil tindakan pemberian
sanksi seperti yg telah dijelaskan dalam penjelasan umum poin 7 UU Tata Ruang
, Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi
administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda. Setiap orang
yang melanggar kewajiban dalam pemanfaatan ruang, dikenai sanksi
administrative “Pasal 62 UU Tata Ruang” sedangkan Sanksi pidana bagi orang
yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang adalah pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta“Pasal 69 ayat (1) UU Tata
Ruang” . Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kerugian terhadap harta
benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.5 miliar. Jika mengakibatkan
kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun
dan denda paling banyak Rp. 5 miliar ”Pasal 69 ayat (2) dan (3) UU Tata
Ruang” .

2. Yang manakah lebih penting didahulukan utk dilakukan apakah kepentingan:


Development...Sustainable...Reservetion...dlm pemanfaatan tata ruang?

Jawab : Menurut saya karena pentingnya dalam menjaga, melindungi, dan


melestarikan lingkungan hidup dari kerusakan lingkungan akibat
pembangunan dan penataan lingkungan, maka dalam pembangunan dan
penataan ruang perlu mengedepankan sustainable sehingga dapat terwujud
pembangunan yg berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan sehingga
keduanya dapat tetap dirasakan generasi yg akan datang .

 Pertanyaan Minggu Kedua :

1. Pola ruang utk kawasan pertanian menjadi issue banyaknya terjadi alih fungsi
lahan pertanian (sawah)
a. Mengapa terjadi banyak alih fungsi lahan pertanian (sawah) ?
Jawab : Menurut saya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi faktor
eksternal (adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun
ekonomi), faktor internal (kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian
pengguna lahan), dan faktor kebijakan (aspek regulasi yang dikeluarkan
pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan
pertanian).

b. Utk mencegah alih fungsi tsb apa kebijakan Pemda yg hrs dibuat ?

Jawab : Menurut saya upaya yang harus dilakukan ialah seperti


- Pengembangan tata ruang untuk menjamin ketersediaan beras bagi
masyarakat Indonesia harus memperhitungkan jumlah beras yang dibutuhkan
per orang per tahun sehingga diketahui jumlah lahan sawah yang harus
tersedia.
- Penataan ruang menyangkut ketersediaan lahan sawah tidak hanya
menyangkut luasan lahan, namun harus memperhatikan ketersediaan air dan
unsur hara guna menjamin hasil panen yang maksimal.
- Mekanisme pemberian insentif kepada petani sawah harus ditingkatkan dan
bentuk insentif yang tepat sehingga dapat menjamin keberlanjutan lahan
sawah.
- Revisi terhadap taat ruang yang menyangkut alokasi lahan sawah harus
dilakukan dengan prosedur sangat ketat dan sedapat mungkin tidak
mengurangi jumlah lahan sawah eksisting.
- Harus dilakukan perluasan lahan sawah pada kondisi fisik ruang yang sesuai
dengan karateristik dan kebutuhan tanaman pangan, yang ditindaklanjuti
dengan penetapan lahan tersebut sebagai lahan abadi pertanian pangan.

2. Peraturan Tata Ruang apa saja yg menjadi dasar penerbit izin zonasi ?
Jawab : Berdasarkan PP No.15 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan
penataan ruang,UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bentuk
pengendalian penyelenggaraan penataan ruang pada dasarnya meliputi
empat jenis, yaitu peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi. Dan Perda No. 16 Tahun 2009
Tentang Rencana tata ruang provinsi bali tahun 2009-2029.

3. Apa pelanggaran zonasi di Bali dpt dikenakan sanksi adat ?


Jawab : Menurut pendapat saya pelanggaran alih fungsi lahan dapat
dikenai sanksi adat apabila terjadi pelanggaran alih fungsi lahan yang
diatur dalam awig-awig atau pun dalam bentuk perarem desa setempat
apabila peraturan dan saksi adat nya telah disepakati oleh masyarakat
setempat . apalagi dengan kedudukan hukum adat tanah setelah berlakunya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 adalah hukum adat berlaku bagi
tanah-tanah yang dikenal dengan hak-hak Indonesia, seperti tanah milik,
tanah usaha, tanah golongan, tanah bengkok dan lain-lain, dualisme
mengenai hukum tanah tersebut dihapuskan yang selanjutnya berlaku
hukum tanah nasional yang berlandaskan hukum adat.

Anda mungkin juga menyukai