Anda di halaman 1dari 7

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

(Studi pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Kabupaten Lamongan)

Mega Raharja, Ratih Nur Pratiwi, Abdul Wachid


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: megaraharja@ymail.com

Abstract: Financial and Asset Management Area (Study in Finance and Asset Management
Agency Regions of Lamongan). Financial and asset management area must be transparent and
accountable in accordance with the principle of good governance. However, in Lamongan
financial and asset management area is not running optimally. This research was conducted to
describe and analyze the financial and asset management area processes as well as problems in
the area of financial and asset management in Lamongan. This research used a descriptive
method qualitative approach and using an interactive model of data analysis from Miles
Huberman. Research results showed the financial and assets management area in Lamongan is
not optimal. There are still obstacles in management, there are constraints on the discussion of
budget planning areas that are not timely in the legislature and the lack of human resources
accounting background. In the asset management area there are problems in the areas of asset
inventory data processing is still less well and local government land that has not been certified.

Keywords: local financial management, local asset management

Abstrak: Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (Studi pada Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Lamongan). Pengelolaan keuangan dan aset daerah harus
dilakukan secara transparan dan akuntabilitas yang sesuai dengan prinsip good governance.
Namun, di Kabupaten Lamongan pengelolaan keuangan dan aset daerah belum berjalan secara
optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses-proses
pengelolaan keuangan dan aset daerah serta permasalahan dalam pengelolaan keuangan dan aset
daerah Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif
dan menggunakan analisis data model interaktif dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian
menunjukkan pengelolaan keuangan dan aset daerah Kabupaten Lamongan belum optimal. Masih
terdapat kendala dalam pengelolaannya, kendala terdapat pada pembahasan perencanaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah yang tidak tepat waktu di legislatif dan kurangnya sumber daya
manusia yang berlatar belakang akuntansi. Pada pengelolaan aset daerah terdapat permasalahan
pada inventarisasi aset daerah yang pengolahan datanya masih kurang baik dan tanah pemerintah
daerah yang belum tersertifikasi.

Kata kunci: pengelolaan keuangan daerah, pengelolaan aset daerah

Pendahuluan kewenangan pembangunan dari pemerintah pusat


Negara Republik Indonesia sebagai Negara ke pemerintah daerah, tetapi yang lebih penting
kesatuan menganut asas desentralisasi dalam adalah pemerintah daerah dapat mengurus rumah
pemerintahan, dengan memberikan kesempatan tangga sendiri secara profesional, memanfaatkan
dan keleluasaan kepada daerah untuk sumber daya yang dimiliki oleh daerah dan
menyelenggarakan otonomi daerah. Pemberian mengelola keuangan daerah secara efisien dan
kewenangan ini diwujudkan dengan pengaturan efektif. Pengelolaan keuangan daerah yang
pembagian dan pemanfaatan sumber daya dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif
nasional serta perimbangan keuangan antara dan sesuai prinsip-prinsip good governance
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. untuk dapat menciptakan pengelolaan yang
Suparmoko (2002, h.16) mengatakan otonomi akuntabel dan transparan. Pengelolaan keuangan
daerah juga dapat mempercepat pertumbuhan daerah di Kabupaten Lamongan belum dapat
ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi dilakukan dengan maksimal, karena sampai saat
kesenjangan antar daerah. Pemberlakuan ini masih terdapat kekurangan yang menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut penghambat untuk mewujudkan pengelolaan
bukan hanya keinginan untuk melimpahkan keuangan yang baik. Seperti masih kurangnya
kualitas dari beberapa sumber daya manusia karena kurangnya sumber daya manusia yang
yang menguasai pengelolaan keuangan daerah berlatar belakang akuntansi, selain itu pembahasan
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 1, Hal. 111-117 | 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2. Manajemen
(APBD) di legislatif yang tidak sesuai dengan Manajemen menurut G. R Terry dalam
jadwal. Sukarna (2011, h.3) dalam buku Principles of
Pemerintah Kabupaten Lamongan dituntut Management menjelaskan Management is the
tidak hanya dapat mengoptimalkan pengelolaan accomplishing of predeterminted objectives
keuangan daerah saja, tetapi juga harus through the efferts of other people (Manajemen
memaksimalkan pengelolaan aset daerah. Namun ialah pencapaian tujuan-tujuan yang telah
pengelolaan aset daerah bukan merupakan ditetapkan bersama dengan orang lain). Richard
perkara yang mudah, selama ini pengelolaan aset L. Daft (2010, h.6) menjelaskan manajemen
daerah kurang diperhatikan dengan baik, adalah pencapaian tujuan organisasional secara
sehingga pengelolaan aset daerah belum bisa efektif dan efisien melalui perencanaan,
berjalan dengan optimal. Kurang optimalnya pengelolaan, kepemimpinan dan pengendalian
pengolahan data aset daerah dalam inventarisasi sumber daya organisasional. Manajemen dapat
aset daerah dan masih terdapatnya tanah berarti pencapaian dari suatu tujuan melalui
pemerintah daerah yang belum tersertifikasi. pelaksanaan fungsi tertentu. Sedangkan fungsi
Pemerintah Kabupaten Lamongan harus dapat manajemen menurut pendapat G. R. Terry dalam
mengoptimalkan pengelolaan aset daerah Sukarna (2011, h.7) dalam buku yang berjudul
sehingga dapat memberikan penerimaan bagi Principles of Management yang disebutkan
daerah yang dapat dipergunakan untuk fungsi dari manajemen yang terdiri atas
pembangunan daerah. Berdasarkan laporan Planning, Organizing, Actuating dan Controlling
keuangan pemerintah daerah yang mendapatkan (POAC).
opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) maka a. Planning: Pemilihan dan penghubungan
pengelolaan keuangan dan aset daerah fakta-fakta serta penggunaan asumsi-asumsi
Kabupaten Lamongan belum berjalan dengan untuk masa yang akan datang dengan jalan
baik atau optimal. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan dan merumuskan kegiatan-
untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses- kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
proses pengelolaan keuangan dan aset daerah hasil yang diinginkan kelompok (Sukarna
serta permasalahan dalam pengelolaan keuangan 2011, h.10).
dan aset daerah Kabupaten Lamongan serta b. Organizing: Penentuan, pengelompokkan dan
faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penyusunan kegiatan yang diperlukan untuk
penghambat pengelolaan keuangan dan aset mencapai tujuan bersama, penempatan
daerah Kabupaten Lamongan. pegawai terhadap kegiatan, penyediaan faktor
fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan
Tinjauan Pustaka penunjukkan hubungan wewenang yang
1. Desentralisasi dan Otonomi Daerah dilimpahkan terhadap individu dalam
Desentralisasi berdasarkan Pasal 1 ayat 7 hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Sukarna 2011, h.38).
tentang Pemerintahan Daerah merupakan c. Actuating: Membangkitkan dan mendorong
penyerahan wewenang pemerintahan oleh semua anggota kelompok agar supaya
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berkehendak dan berusaha dengan keras
untuk mengatur dan mengurus pemerintahan untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik serasi dengan perencanaan dan usaha
Indonesia. Sedangkan Saragih (2003, h. 42) pengorganisasian dari pihak pimpinan
menjelaskan hakekat dari otonomi daerah adalah (Sukarna 2011, h.82).
pembagian wewenang pemerintahan kepada d. Controlling: Proses penentuan apa yang
tingkatan pemerintahan yang lebih rendah tidak harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
berarti pemerintah pusat berlepas tangan dan dilakukan yaitu pelaksanaan dan bilamana
tidak lagi bertanggung jawab terhadap bidang- perlu melakukan perbaikan, sehingga
bidang pemerintahan yang sudah tidak lagi pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu
menjadi kewenangannya. Pusat tetap mempunyai selaras dengan standar (Sukarna 2011,
tanggung jawab, misalnya dalam melakukan h.110).
pengawasan atau dalam hal pembuatan kebijakan
yang bersifat strategis. 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
menurut Bastian (2006, h.189) adalah rencana
kerja pemerintah daerah dalam bentuk satuan
uang untuk kurun waktu satu tahun dan
berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.
Pendapatan daerah, belanja daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
pembiayaan daerah merupakan struktur dari dimana struktur tersebut diklasifikasikan
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 1, Hal. 111-117 | 2
berdasarkan urusan pemerintah yang sesuai pemerintah daerah selama satu periode.
dengan peraturan perundangan, struktur tersebut Pemerintah daerah mempunyai kewajiban
dijelaskan Munir (2003, h.112) sebagai berikut: untuk melaporkan upaya yang telah
a. Pendapatan Daerah: Semua penerimaan kas dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
daerah dalam periode tahun anggaran tertentu pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
yang menjadi hak daerah, merupakan terstruktur pada satu periode pelaporan.
pendapatan daerah. Sumber penerimaan d. Pertanggungjawaban: Bendahara pengeluaran
daerah terdiri dari: (1) Pendapatan asli daerah secara administratif wajib mempertanggung
(PAD); (2) Dana perimbangan; (3) Pinjaman jawabkan penggunaan uang persediaan atau
daerah, dan (4) Lain-lain pendapatan yang ganti uang persediaan atau tambah uang
sah. persediaan terhadap penggunaan anggaran
b. Belanja Daerah: Semua pengeluaran kas Aset Daerah menurut Peraturan Pemerintah
daerah dalam periode tahun tertentu yang Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
menjadi beban daerah. Elemen-elemen Pemerintahan dalam Paragraf 60 (a) dijelaskan
belanja daerah terdiri dari (1) Belanja aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
langsung dan (2) Belanja tidak langsung. dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat
c. Pembiayaan Daerah: Semua penerimaan yang dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran ekonomi dan/atau sosial dimasa depan
yang akan diterima kembali, baik pada tahun diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
anggaran yang bersangkutan maupun pada maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan satuan uang, termasuk sumber daya non-
daerah meliputi segala transaksi keuangan keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
untuk menutup defisit atau memanfaatkan bagi masyarakat umum dan sumber daya yang
surplus. Adanya surplus maka diutamakan dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
untuk pembayaran pokok utang. Apabila Menurut Mardiasmo (2002, h.238) terdapat tiga
defisit, maka ditetapkan pembiayaan untuk prinsip dasar pengelolaan kekayaan (aset) daerah
menutup defisit tersebut yang meliputi:
a. Perencanaan: Dalam hal ini, masyarakat dan
4. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPRD perlu melakukan pengawasan. Setiap
Keuangan daerah menurut Yuwono (2008, pembelian barang atau aset baru harus dicatat
h.42) adalah semua hak dan kewajiban daerah dan terdokumentasi dengan baik dalam
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan sistem database kekayaan daerah. Pengadaan
daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk barang atau kekayaan daerah harus dilakukan
segala bentuk kekayaan yang berhubungan berdasarkan sistem tender.
dengan hak dan kewajiban daerah. Sementara itu b. Pelaksanaan: Kekayaan milik daerah harus
menurut Anisa Sitompul (Jurnal Pemerintahan dikelola secara optimal dengan mem-
Integratif, tahun 2014 volume 2 nomor 1) perhatikan prinsip efisiensi, efektifitas,
pengelolaan keuangan daerah meliputi: transparansi, dan akuntabilitas publik. Serta
a. Perencanaan: Pemberian kewenangan yang menyangkut pendistribusian, pengamanan,
luas kepada Daerah yang memerlukan adanya dan perawatan. Pengamanan terhadap
koordinasi dan pengaturan untuk lebih kekayaan daerah harus dilakukan secara
mengharmoniskan dan menyelaraskan memadai baik pengamanan fisik maupun
pembangunan antar daerah. melalui sistem akuntansi.
b. Pelaksanaan: Larangan untuk melakukan c. Pengawasan: Pengawasan diperlukan untuk
pengeluaran yang membebani anggaran menghindari penyimpangan dalam pe-
belanja daerah untuk tujuan yang tidak rencanaan maupun pelaksanaan pengelolaan
tersedia anggaranya atau tidak cukup tersedia aset yang dimiliki daerah. Sistem dan teknik
anggaranya dalam APBD, dan kewajiban pengawasan perlu ditingkatkan supaya
untuk melaksankan APBD yang didasarkan masyarakat agar tidak mudah dikelabuhi oleh
pada prinsip hemat, efektif dan efisien oknum yang hendak menyalahgunakan
c. Pelaporan: Laporan keuangan pemerintah kekayaan milik daerah.
daerah disusun untuk menyediakan informasi
yang relevan mengenai posisi keuangan dan Metode Penelitian
seluruh transakasi yang dilakukan oleh Jenis penelitian yang dipakai di dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2010, h.4) metodologi
kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang diamati serta diarahkan ke latar belakang
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku secara utuh. Sedangkan yang dimaksud penelitian
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 1, Hal. 111-117 | 3
deskriptif di sini bertujuan untuk RKA-SKPD, jika RKA-SKPD telah disusun
menggambarkan, meringkas dan mengkaji maka kemudian dilakukan konsolidasi
berbagai kondisi, situasi dan berbagai variabel dengan TAPD untuk diusulkan menjadi
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek RAPBD kepada DPRD. Setelah ditetapkan
penelitian. Fokus dalam penelitian ini adalah: oleh DPRD kemudian diajukan untuk
1. Pengelolaan Keuangan Daerah
dievaluasi oleh pemerintah provinsi setelah
a. Perencanaan Keuangan Daerah itu baru ditetapkan menjadi APBD. Pada
b. Pelaksanaan Keuangan Daerah proses perencanaan keuangan daerah di
c. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Kabupaten Lamongan tidak banyak terdapat
Keuangan Daerah permasalahan, hanya saja permasalahan pada
d. Pengelolaan Aset Daerah
legislatif yang kurang disiplin waktu dalam
a. Perencanaan Aset Daerah tahapan pembahasan rancangan APBD.
b. Pelaksanaan Aset Daerah b. Pelaksanaan Keuangan Daerah
c. Pengawasan Aset Daerah Menurut Mahmudi (2010, h.18) dalam
e. Faktor Pendukung dan Penghambat tahap pelaksanaan keuangan daerah
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan implementasi anggaran yang
a. Faktor Pendukung
terdapat suatu proses berupa sistem akuntansi
b. Faktor Penghambat pemerintahan. Tahapan diawali dengan
Lokasi penelitian berada di Kabupaten proses penyusunan DPA oleh masing-masing
Lamongan dan situs penelitian pada Badan SKPD di Kabupaten Lamongan, DPA
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah disusun dengan rincian mengenai sasaran
Kabupaten Lamongan. Sumber data diperoleh yang hendak dicapai, kegiatan untuk
dari data primer dan data sekunder. Teknik mencapai fungsi anggaran.
pengumpulan data dilakukan melalui observasi, Setelah adanya pelaksanaan APBD
wawancara dan dokumentasi. Instrumen kemudian terdapat proses perubahan APBD
penelitian meliputi peneliti sendiri, pedoman untuk memaksimalkan sisa lebih tahun
wawancara, perangkat penunjang dan catatan anggaran (SiLPA). Menurut Anggraini (2010,
lapangan. Analisis data menggunakan model h.258) perubahan APBD dimungkinkan jika
interaktif menurut Miles dan Huberman dalam terjadi perkembangan yang tidak sesuai
Sugiyono (2013, h.246) yang dilakukan dengan dengan asumsi KUA, terdapat keadaan yang
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, menyebabkan harus dilakukan pergeseran
dan penarikan kesimpulan. anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan
dan antar jenis belanja. Pemerintah Daerah
Pembahasan Kabupaten Lamongan saat ini sudah cukup
1. Pengelolaan Keuangan Daerah tertib dalam pelaksanaan pengelolaan
a. Perencanaan Keuangan Daerah
keuangan daerah seiring dengan adanya
Mahmudi (2010, h.17) mengatakan bahwa penerapan sistem aplikasi keuangan dan
tahap perencanaan dalam pengelolaan akuntansi.
keuangan daerah merupakan tahap yang c. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
krusial, peran DPRD dan masyarakat dalam Keuangan Daerah
tahap ini sangat besar. Tahapan awal dalam Pelaporan dan pertanggungjawaban
perencanaan keuangan daerah diawali dengan
keuangan daerah merupakan hal yang wajib
estimasi anggaran oleh TAPD yang kemudian dilakukan sebagai pertanggungjawaban atas
sekretaris daerah selaku ketua TAPD
terlaksananya pengelolaan keuangan daerah.
menyampaikan rancangan KUA dan Suhadak (2007, h.13) mengatakan jika tahap
rancangan PPAS kepada kepala daerah
pelaksanaan didukung dengan penggunaan
kemudian rancangan KUA-PPAS tadi sistem akuntansi dan sistem pengendalian
disampaikan kepada DPRD untuk dibahas
manajemen baik, diharapkan tahap pelaporan
dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD dan pertanggungjawaban tidak akan menemui
tahun anggaran berikutnya yang dilakukan
banyak masalah. Sedangkan Mardiasmo
oleh TAPD bersama badan anggaran DPRD (2002, h.115) menjelaskan bahwa untuk
hingga tercapai kesepakatan.
menghasilkan laporan pertanggungjawaban
Selanjutnya TAPD memberikan surat pemerintah daerah (termasuk laporan
edaran kepada semua SKPD untuk menyusun
keuangan) yang baik, maka diperlukan sistem
informasi akuntansi, sistem pengendalian
manajemen dan sistem informasi keuangan
daerah.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dengan laporan realisasi semester pada SKPD
dalam pengelolaan keuangan daerah tadi, di Kabupaten Lamongan itu masih sering
maka dibuatlah LKPD. Dalam kaitannya terlambat. LKPD tersebut disusun sesuai
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 1, Hal. 111-117 | 4
dengan standar akuntansi pemerintahan dan pertama adalah penggunaan, pada pemerintah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan daerah Kabupaten Lamongan penggunaan
(BPK) terlebih dahulu sebelum dilaporkan barang milik daerah sudah sesuai dengan
kepada masyarakat melalui DPRD yang tugas dan fungsi SKPD. Menurut Mardiasmo
bersangkutan. Sampai saat ini pemerintah (2002, h.239) menyebutkan kekayaan milik
Kabupeten Lamongan dalam pengelolaan daerah harus dikelola secara optimal dengan
keuangan daerah mendapatkan hasil audit memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas,
wajar dengan pengecualian oleh BPK. Dan transparansi dan akuntabilitas publik.
masih terus membenahi pengelolaannya Penatausahaan atau inventarisasi aset
supaya bisa mendapatkan hasil audit wajar daerah terdapat permasalahan utama dalam
tanpa pengecualian oleh BPK. pengelolaan aset daerah, yaitu ketidaktertiban
dalam pengolahan data barang daerah
2. Pengelolaan Aset Daerah sehingga menyebabkan pemerintah daerah
a. Perencanaan Aset Daerah
kesulitan mengelola aset daerah. Sedangkan
Perencanaan dalam pengelolaan aset pemanfaatan aset daerah dilakukan dalam
daerah mencakup perencanaan kebutuhan, bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
penganggaran, pengadaan, penerimaan, pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun
penyimpanan serta penyaluran barang daerah. serah guna. Pengamanan aset daerah harus
Perencanaan aset daerah dimulai saat didukung sistem administrasi yang tertib
penyusunan atau perencanaan barang khususnya dalam buku inventaris, selain itu
kebutuhan daerah, sistem perencanaan aset perlu dilakukan pemberian kode untuk
daerah. menurut M. Yusuf (2009, h.42) menjaga registrasi barang daerah dan
dalam pembelian aset daerah ada dua macam menghindari klaim pihak lain. Pemeliharaan
perencanaan yang harus dilakukan setiap aset daerah masih dianggap kurang karena
tahunnya yaitu perencanaan kebutuhan aset biaya yang minim dalam pemeliharan barang
daerah dan perencanaan pemeliharaan aset daerah. Penilaian aset daerah yang
daerah. Tahapan dimulai dengan penyusunan merupakan kegiatan menilai atas suatu
Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) barang milik daerah yang bertujuan untuk
dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan penyusunan neraca pemerintah daerah dan
Barang Unit (RKPBU) yang dianggarakan pemindahtanganan.
dalam RKA oleh masing-masing SKPD. Proses pelaksanaan pengelolaan aset
Selanjutnya terdapat tahapan pengadaan daerah Kabupaten Lamongan membutuhkan
barang daerah yang dilakukan dengan sistem adanya sumber daya manusia yang ber-
tender. kompeten untuk melakukan kegiatan-
Tahapan selanjutnya adalah penerimaan, kegiatan dalam pelaksanaan pengelolaan aset
penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah Kabupaten Lamongan khususnya pada
daerah. Proses tersebut dilakukan oleh tahapan pengolahan data barang milik daerah
Pimpinan Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau inventaris. Terkait dengan pengamanan
kepada masing-masing SKPD Kabupaten yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten
Lamongan melalui bendahara barang. Setelah Lamongan saat ini sudah baik dengan
itu dilanjutkan dengan pencatatan aset pengamanan secara fisik, administratif dan
kedalam buku inventaris. Dalam perencanaan hukum. Pemerintah daerah Kabupaten
memerlukan adanya sumber daya manusia Lamongan terus meningkatkan kualitas
yang berkompeten dalam pengelolaan aset sumber daya manusia maupun sistem dalam
daerah yang diharapkan dapat memperbaiki pengelolaan aset daerah Kabupaten
pengelolaan aset daerah Kabupaten Lamongan.
Lamongan. c. Pengawasan Aset Daerah
b. Pelaksanaan Aset Daerah
Tahapan pengawasan aset daerah sangat
Pelaksanaan aset daerah mencakup siklus penting untuk menghindari penyimpangan
penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,
pada tahapan-tahapan sebelumnya. Menurut
pengamanan, pemeliharaan, penilaian, peng- Mardiasmo (2002, h.241) menjelaskan bahwa
hapusan dan pemindahtanganan. Siklus
pengawasan aset daerah diperlukan untuk
menghindari penyimpangan perencanaan
maupun pengelolaan aset yang dimiliki
daerah. Sistem dan teknik pengawasan perlu
ditingkatkan agar oknum-oknum tidak mudah
menyalah-gunakan kekayaan milik daerah.
Pemerintah Kabupaten Lamongan sangat
menyadari pentingnya dari pengawasan penggunaan sistem dan teknik pengawasan
pengelolaan aset daerah, oleh karena itu sangat penting.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 1, Hal. 111-117 | 5
Pengawasan dalam pengelolaan aset serta dapat dilakukan dengan cepat
daerah Kabupaten Lamongan diperlukan agar dengan online karena ketersediaan
aset daerah yang dimiliki Kabupaten komputer dan jaringan internet.
Lamongan tidak mudah dimanipulasi oleh
oknum tertentu karena sangat beragam b. Faktor Penghambat
kepentingannya. Pada pengawasan aset 1) Sumber daya manusia pada Badan
daerah terdapat tindakan penghapusan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
pemindahtanganan yang dilakukan untuk Kabupaten Lamongan
tujuan tertib administrasi setelah adanya Sumber daya manusia merupakan
penilaian terhadap barang daerah. Pelaporan faktor yang utama dalam pengelolaan
barang daerah digunakan sebagai bahan keuangan dan aset daerah Kabupaten
untuk menyusun Neraca Pemerintah Daerah. Lamongan. Sumber daya manusia pada
Berbagai tahapan dalam pengawasan aset Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan
daerah termasuk pelaporan aset daerah juga sudah cukup memadai secara kuantitas,
memerlukan sistem informasi manajemen tetapi belum untuk kualitas dari sumber
daerah untuk menghasilkan laporan daya manusianya.
pertanggungjawaban dan untuk pengadaan 2) Koordinasi dalam pengelolaan keuangan
barang serta dapat memonitor penggunaan dan aset daerah
aset daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Koordinasi dan hubungan kerjasama
Lamongan terus berupaya untuk melakukan baik antara individu maupun dengan
perbaikan dalam pengelolaan aset daerah instansi lain yang berkaitan dengan
yaitu dengan peningkatan kualitas sumber pengelolaan keuangan dan aset daerah
daya manusia yang dapat mengelola aset Kabupaten Lamongan harus lebih
daerah dengan menggunakan sistem ditingkatkan lagi guna terwujudnya
informasi manajemen aset sehingga dapat pengelolaan keuangan dan aset daerah
transparan dan akuntabel. yang baik.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kesimpulan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Berdasarkan hasil penelitian yang telah
a. Faktor Pendukung dilakukan serta pembahasan pada bab-bab
1) Penggunaan program aplikasi sistem sebelumnya mengenai pengelolaan keuangan dan
informasi manajemen keuangan daerah aset daerah Kabupaten Lamongan maka dapat
dan sistem informasi manajemen aset ditarik kesimpulan berupa:
daerah 1. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Lamongan (LKPD) Kabupaten Lamongan yang
sudah mengaplikasi sistem informasi merupakan gambaran dari hasil pengelolaan
manajemen dalam pengelolaan keuangan keuangan dan aset daerah di Kabupaten
dan aset daerah penting untuk mem- Lamongan masih mendapatkan opini Wajar
permudah pengelolaan dan pengawasan Dengan Pengecualian (WDP) oleh Badan
serta upaya dalam memenuhi kebutuhan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kaitannya
informasi secara cepat, lengkap, tepat dengan opini yang diperoleh Pemerintah
untuk menunjang proses administrasi Kabupaten Lamongan atas LKPD tersebut,
pemerintahan dan pelayanan masyarakat. maka dalam pengelolaan keuangan dan aset
2) Sarana dan prasarana pada Badan daerah masih terdapat beberapa permasalahan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang membuatnya belum bisa mendapatkan
Kabupaten Lamongan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Badan Pengelolaan Keuangan dan 2. Sumber daya manusia yang kurang
Aset Daerah Kabupaten Lamongan berkualitas merupakan salah satu penghambat
memiliki sarana dan prasarana yang sudah untuk dapat melaksanakan pengelolaan
memadai untuk proses pengelolaan keuangan dan aset daerah yang baik. Sumber
keuangan dan aset daerah yang baik. daya manusia yang masih kurang bukan
Sarana dan prasarana dibutuhkan dalam hanya dalam Badan Pengelolaan Keuangan
pengembangan sistem pelaporan dan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten
pertanggungjawaban yang sudah baik Lamongan tetapi juga dalam setiap Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan
sudah mengaplikasikan sistem informasi
manajemen daerah dalam pengelolaan
keuangan dan aset daerah untuk mem- mengurangi penyelewengan oleh oknum-
permudah proses pengelolaannya serta dapat
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 1, Hal. 111-117 | 6
oknum tertentu yang terdapat aset daerah.
dalam pengelolaan keuangan dan

Daftar Pustaka
Anggraini, Yunita, dan B. Hendra Puranto. (2010) Anggaran Berbasis Kinerja (Penyusunan Secara
Komprehensif). Yogyakarta, UPP STIM YKPN.
Bastian, Indra. (2006) Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Daerah di Indonesia.
Jakarta, Salemba Empat.
Mahmudi. (2010) Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (edisi kedua). Yogyakarta, UPP
STIM YKPN.
Mardiasmo, (2002) Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah: Paradigma Baru Pengelolaan
Keuangan Sektor Publik. Yogyakarta, Andi.
Moleong, Lexy J. (2010) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Munir, Badrul. (2003) Perencanaan Anggaran Kinerja (Memangkas Inefisiensi Anggaran Daerah).
Mataram, Samawa Center.
M. Yusuf. (2009) Delapan Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan
Daerah Terbaik. Jakarta, Salemba Empat.
Pemerintah Republik Indonesia. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Richard L, Daft. (2010) Era Baru Manajemen. Jakarta, Salemba Empat.
Saragih, Juli Panglima. (2003) Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Jakarta,
Ghalia Indonesia.
Sitompul, Anisa. (2014) Jurnal Pemerintahan Integratif, Vol 2, No. 1, 2014: 97-110.
Sugiyono. (2013) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta.
Suhadak dan Trilaksono Nugroho. (2007) Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah dalam
Penyusunan APBD. Malang, Banyumedia Publishing.
Sukarna. (2011) Dasar-dasar Manajemen. Bandung, Mandar Maju.
Suparmoko. (2002) Ekonomi Publik. Yogyakarta, Andi.
Yuwono, Sony dkk. (2008) Memahami APBD dan Permasalahannya (Panduan Pengelolaan
Keuangan Daerah). Malang, Bayumedia Publishing.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 1, Hal. 111-117 | 7

Anda mungkin juga menyukai