Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi khususnya pada permasalahan gizi mikro saat ini

menjadi perhatian oleh beberapa pihak. Hasil penelitian tahun 2002

tentang gizi memberikan gambaran masalah gizi mikro seperti

kekurangan energi protein atau yang sering disebut KEP dan masalah

anemia zat besi serta masalah lainnya yang dipengaruhi oleh zat gizi

mikro. Kekurangan energi protein dapat dipengaruhi oleh kekurangan

maupun kelebihan zat gizi mikro tertentu yang berkaitan pada

metabolisme (Soekirman, 2000).

Status gizi di Indonesia telah menunjukkan perbaikan yang

ditandai dengan menurunnya prevalensi gizi kurang dari 24,5% pada

tahun 2005 menjadi 18,4% tahun 2007. Masalah gizi lainnya seperti

Kurang Vitamin A pada balita, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium telah mengalami perbaikan (Depkes, 2009).

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran konsumsi makanan dalam

jangka yang cukup lama, bila kekurangan gizi dalam tahap ringan tidak

akan muncul dampak yang nyata, tetapi akan timbul defisiensi yang lebih

ringan dan kadang tidak disadari gejala yang timbul karena faktor gizi

(Agung, 2002).
Anemia merupakan masalah gizi yang paling utama yang

disebabkan karena kekurangan zat gizi besi. Anemia memberikan

dampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia, karena

kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak. Kurangnya kadar

hemoglobin dalam darah menimbulkan gejala lemah, letih, lesu sehingga

akan mempengaruhi prestasi dan produktivitas kerja serta menurunkan

daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI,

2003). Anemia zat gizi terjadi karena tiga hal penyebab utama yaitu,

karena kekurangan zat besi, sel darah merah mudah pecah, dan

kekurangan vitamin B12 dan asam folat. Selain itu vitamin C berpengaruh

terhadap kejadian anemia karena vitamin C membantu dalam

memperkuat daya tahan tubuh dan membantu melawan infeksi, serta

membantu dalam penyerapan zat besi (Budiyanto, 2002).

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan

tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada balita 40,5%,

ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun 57,1%

dan usia 19-45 tahun 39,5%. Berdasarkan hasil penelitian terhadap

wanita usia subur (WUS) tentang kejadian anemia di Indonesia

didapatkan hasil sebanyak 65,3% mengalami anemia, 53,3% tergolong

anemia tingkat ringan dan 12% masuk dalam anemia sedang (Argana,

2004). Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai risiko

paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri. Remaja

memerlukan banyak besi dan wanita memerlukan besi untuk menganti

besi yang hilang saat haid (Arisman, 2004).

2
Remaja putri rawan terkena anemia dibandingkan anak-anak

dan usia dewasa karena remaja berada pada masa pertumbuhan yang

membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat gizi besi (Lynch,2000).

Remaja putri kebanyakan lebih menjaga bentuk tubuh, sehingga banyak

yang membatasi konsumsi makanan dan melakukan pantangan terhadap

banyak makanan (Sediaoetomo, 1992).

Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006,

yaitu 28% (Depkes RI, 2007). Hasil survei anemia Depkes Provinsi Jawa

Tengah pada wanita usia subur sekitar 0,1% sampai dengan 73,6%

dengan status anemia terendah di Kota Surakarta dan tertinggi di

Kabupaten Sragen. Kejadian anemia pada remaja putri sebanyak 1,016%

di Kota Surakarta, dan 51,1% di Kabupaten Batang (Depkes Provinsi

Jawa Tengah, 2002).

Berdasarkan penelitian pada remaja putri di Kecamatan Gebog,

Kabupaten Kudus sebanyak 36,8% mengalami anemia. Hasil penelitian

tentang kejadian anemia yang dihubungkan dengan konsumsi zat gizi,

menunjukkan adanya hubungan antara anemia dengan konsumsi zat gizi

(energi, protein, besi, vitamin A, dan vitamin C) variabel lain yang

berkaitan adalah pendidikan orangtua, pendapatan keluarga,

pengetahuan dan sikap terhadap anemia, pola menstruasi, serta kejadian

infeksi (Farida, 2007). Hasil penelitian lain yang dilakukan di Kota

Semarang didapatkan hasil 20,8% responden mengalami anemia.

Kejadian anemia ini berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan zat

besi, sehingga mempengaruhi kadar hemoglobin (Tiyas, 2009).

3
Akibat terjadinya anemia pada remaja diantaranya dapat

menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit,

menurunkan aktivitas remaja yang berkaitan dengan kemampuan kerja

fisik dan prestasi belajar serta menurunkan kebugaran remaja, sehingga

menghambat prestasi olahraga dan produktivitas. Anemia yang terjadi

pada remaja putri juga merupakan risiko terjadinya gangguan fungsi fisik

dan mental, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada

saat kehamilan (Arisman, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di

SMK Muhammadiyah 4 Surakarta, menunjukkan bahwa dari 20 (100%)

siswi yang diperiksa kadar hemoglobinnya, ada 9 (45%) siswi yang

memiliki kadar hemoglobin dibawah angka normal. Hasil penelitian

pendahuluan tersebut menjadi dasar dalam pemilihan tempat peneliitian

tentang anemia pada siswi di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat diambil perumusan

masalah yaitu:

“ Apakah ada hubungannya antara asupan zat besi, asam folat, vitamin

B12, dan vitamin C dengan kejadian anemia pada pelajar putri SMK

Muhammadiyah 4 Surakarta”.

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara asupan zat besi, asam folat, vitamin B12,

dan vitamin C dengan kejadian anemia pada pelajar putri SMK

Muhammadiyah 4 Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat asupan zat Besi, asam folat, vitamin B12,

dan vitamin C pada pelajar putri.

b. Mendiskripsikan kejadian anemia pada pelajar putri.

c. Menganalisis hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia

pada pelajar putri.

d. Menganalisis hubungan asupan asam folat dengan kejadian

anemia pada pelajar putri.

e. Menganalisis hubungan asupan vitamin B12 dengan kejadian

anemia pada pelajar putri.

f. Menganalisis hubungan asupan vitamin C dengan kejadian

anemia pada pelajar putri.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Menambah pengetahuan khususnya tentang pentingnya zat gizi

dalam makanan dan pola makan yang baik untuk kesehatan.

2. Bagi pihak sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah agar memperhatikan para siswi

yang memiliki gejala anemia dan menderita anemia, karena akan

5
berpengaruh terhadap penurunan daya konsentrasi dan aktivitas siswi

sehingga berpengaruh terhadap penurunan prestasi belajar siswi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan pembahasan asupan

zat besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin C dengan kejadian anemia

pada pelajar putri SMK Muhammadiyah 4 Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai