Water Treatment PT Krakatau Steel FM
Water Treatment PT Krakatau Steel FM
Krakatau Steel
4. Disinfeksi
Disinfeksi atau menghilangkan kuman dari air minum sangat penting
dilakukan sebelum air tersebut diminum atau dikonsumsi oleh kita. Air yang kita
peroleh dari sumur, hasil penyaringan sederhana, ataupun sumber yang lain mungkin
akan terlihat bening, tidak berasa dan tidak berbau, tetapi hal itu tidak menandakan
bahwa air tersebut bersih dari kuman penyakit.
Adapun alat yang digunakan pada water treatment PT.Krakatau Steel ( PT. Krakatau
Tirta Industri ) :
1. By Pass dan Sump Pump
By Pass adalah terusan dari bangunan sand trap yang langsung menuju sump
pump, sedangkan sump pump berfungsi sebagai penyedia air dan penyeimbang level
air yang dipompakan.
2. Surge Tank
Berfungsi untuk menghindari terjadinya water hammer pada saat pompa
dihidupkan dan dimatikan.
3. Rumah Pompa Cidanau
Rumah pompa cidanau memliki fasilitas 4 buah pompa jenis centrifugal
horisontal, dengan 3 buah pompa yang mampu bekerja secara paralel dan 1 buah
pompa cadangan, kapasitas 1000-3500 m3/jam dengan daya listrik 420-1000 Kw.
a. Rumah Pompa I -Cidanau (PUMP STATION I )
Rumah Pompa I Cidanau memiliki fasilitas 4 buah pompa jenis Centrifugal
horisontal dengan 3 buah pompa yang mampu bekerja secara pararel & 1 buah pompa
cadangan kapasitas 1000-3,500 m3/jam dengan daya listrik 420-1000 Kw.
b. Waduk Krenceng (PUMP STATION II)
Berfungsi sebagai cadangan air baku, luas waduk + 1 Km2, Kapasitas
penyimpanan efektif 3,0 juta m3, dengan fasilitas 5 buah pompa Centrifugal vertikal
dengan kapasitas pompa masing-masing 1,850 m3/jam.
c. Rumah Pompa III (PUMP STATION III )
Dengan fasilitas 5 buah pompa jenis centrifugal horisontal, memliki fasilitas 3
buah pompa digunakan untuk megalirkan air ke tower dengan kapasitas debit air 900
m3/jam dan daya 200 KW, sedangkan untuk 2 pompa digunakan untuk mengalirkan
air ke PS V SEPS dengan kapasitas debit air 810 m3/jam dan daya 34,6 KW.
4. Santrap – SAnd Trap
Bertujuan untuk menyisihkan padatan tersuspensi berukuran > 70 µm, seperti
pasir dan lempung, dengan metode grafitasi tanpa menggunakan koagulan. Terdiri
dari 2 unit bak yang dioperasikan secara bergantian.
5. Pipa Transmisi
Pipa transmisi Air baku dengan diameter 1.400mm dan ketebalan pipa
14,2mm terbuat dari baja spiral dilapisi dengan coaltar enamel sepanjang + 27,2 Km
dari rumah pompa Cidanau sampai dengan unit pengolahan air bersih dan waduk air
baku di kerenceng dengan kemampuan 2,500 l/detik.
6. Rumah Venting
Berfungsi untuk membuang gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam
pipa.
7. Intake Air Baku
Fasilitas Intake meliputi bendung dan fasilitas pemompaan dengan kapasitas
sebesar 3,5 m3/detik, terletak 600 mtr dari pantai.
8. Lime Saturator
Adalah ractor yang digunakan untuk membuat larutan jernih lime (lime
saturated). Prinsip kerjanya adalah larutan kapur (lime slurry) dilarutkan dengan air
(water dilution) untuk didapatkan larutan kapur jenuh, dengan teknologi pengadukan
menggunakan Mixer.
9. Fasilitas Terameter
Alat untuk kalibrasi meter air dari diameter 2 inc sampai 16 inc.
Gambar Horizontal Clarifier (old tech) Gambar Clarifier yang dilengkapi dengan Baffle
Disinilah akan kita lihat fungsi baffle seperti pada gambar-gambar diatas,
dimana oleh karena suatu industri ingin suatu proses yang efisien baik dari segi
pekerja maupun segi waktu, maka dicari solusi agar proses pengendapan suspended
solid dapat berjalan lebih cepat.
Clarifier dilengkapi dengan alat pengaduk (mixer) yang mana sangat
membantu sekali dalam proses pencampuran yang berlangsung dengan homogen.
Mixer ini bekerja dengan prinsip dasar dari proses Agitasi. Proses agitasi ini
merupakan dasar dalam pengadukkan air yang mana dengan adanya baffle hasil dari
proses agitasi ini dapat mengurangi terjadinya vorteks.
2. Clear well
Clear well terbuat dari baja yang berdiameter dan mempunyai tinggi tertentu.
Air yang keluar dari clarifier dikirim ke clear well yang berfungsi sebagai penampung
air dalam jumlah banyak sebelum di pompakan ke unit sand filter. Di clear well air
dijaga pH nya dengan menyuntikkan NaOH (caustic soda).
3. Sand Filter
Dari clear well, air disaring di sand filter yang bertujuan memisahkan kotoran
halus yang terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat ataupun nitrit yang
tidak terendapkan pada flocculator. Untuk melihat indikasi sand filter telah menurun
dapat dimonitoring dengan pressure drop. Untuk mengeluarkan kotoran yang tertahan
pada saat operasi maka dilakukan backwash. Air yang keluar dari sand filter
diharapkan mempunyai turbidity maksimum 1 ppm.
Secara umum fungsi dari Sand Filter sama dengan fungsi dari clarifier yaitu
sebagai proses penjernihan air dengan mengikat floc-floc agar nilai turbidity manjadi
kecil. Tradisional Sand Filter umumnya menggunakan pasir silica biasa digunakan
sebagai media fltrasi. Karena butir-butir pasir mempunyai berat jenis yang hampir
sama, maka butiran besar akan terletak pada bagian dasar filter-bed, sedangkan
butiran halus terletak pada permukaan, sebagai akibatnya, filtrasi terjadi hanya
beberapa centimeter pada permukaan media filter bed yaitu pada butiran halus.
Multimedia Sand Filter atau Depth Filter memiliki filter media yang terdiri
dari empat lapisan, Setiap lapisan memiliki ukuran dan berat jenis yang berbeda.
Pasir yang kasar dan ringan terletak pada permukaan filter Bed semakin
kebawah .lapisan media, senakin halus ukuran pasir dan semakin tinggi pula
densitanya.
Partikel-partkel besar dihilangkan pada lapisan atas filter, sedangkan partikel
pada lapisan bawah. Ini berarti partikel-partikel pengeruh air akan “ditangkap”
sepanjang media filter bed, bukan hanya pada media filter lapisan atas. Hal ini
mebuat Multimedia Filter memiliki waktu untuk broperasi lebih lama dan
menggunakan air yang lebih sedikit untuk pembersihan media filter dibandingkan
dengan tradisional sand filter.
Umumnya mekanisme filtrasi pada sand filter seperti filter pasir, air
umpannya masuk dan menyusup di antara butir-butir pasir berukuran tertentu,
biasanya kurang dari 0,35 mm. Air ini melewati lapisan porus yang disebut parasitas
(perviousness). Teoretisnya, luas permukaan butiran media filter ini sangat besar.
Tipikal parasitas satu meter kubik volume filter pasir dianggap 0,40 dengan nominal
diameter 0,50 mm.
Apabila diasumsikan semua pasirnya berbentuk bola maka jumlah pasir per
m3 ialah 9,17 x 103 dan luas permukaan pasirnya 7,2 x 103 m2/m3. Hanya saja, luas
permukaan efektifnya kurang dari nilai di atas karena pasirnya saling bersentuhan
sehingga saling menutupi. Asumsi luas efektif yang biasa diambil adalah 1% dari luas
tersebut.
Secara hidrolis, air umpan biasanya masuk dari atas filter (downflow)
menerobos ruang antarbutir lalu dikumpulkan di bawah filter yang disebut sistem
underdrain (kolektor). Laju filtrasinya sangat rendah seperti tampak pada tabel 1.
Laju yang nilainya variatif ini bergantung pada gradasi media filter dan kualitas air
bakunya. Ada juga Fipal yang didesain beraliran ke atas (upflow) tetapi dalam modus
ini relatif sulit untuk menumbuhkan dan mempertahankan material biologis
schmutzdecke di permukaan pasir. Padahal ciri khas Fipal adalah mekanisme
biofisika dalam menyisihkan kekeruhan, bakteri, dan protozoa, termasuk reduksi besi
dan mangan yang dapat terjadi dengan mekanisme biokimia dan biofisika. Dengan
kata lain, mekanisme biofisikokimia dapat terjadi di unit Fipal konvensional.
Umumnya Fipal (juga Fipal) terdiri atas tangki, lapisan pasir, kerikil (gravel)
sebagai penopang pasir, sistem underdrain untuk mengoleksi filtrat, dan pengatur
aliran atau laju filtrasi. Salah satu keunggulan Fipal dibandingkan dengan Fipat ialah
tak perlu zat kimia (koagulan) dalam pengolahannya.
Klorinasi pun hakikatnya tak diperlukan lagi. Walau demikian, agar ada upaya
preventif maka Fipal biasanya dilengkapi dengan unit klorinasi. Itu sebabnya, unit ini
termasuk murah biaya operasi-rawatnya, tidak ada kebutuhan energi untuk pompa
dan kompresor sebagai mekanisme pencucian filter (scouring dan backwashing).
Selain pasir, karbon aktif butir pun (granular activated carbon) dapat dijadikan
media sebagai penambah kemampuan Fipal untuk menyerap zat organik sehingga
mayoritas pestisida, organik karbon, prekursor THM (trihalometan) dapat disisihkan.
Media ganda ini mempertinggi kualitas air olahan.
Sebelum dioperasikan atau pada tahap awal operasinya, Fipal butuh
beberapa minggu sampai pertumbuhan mikroba di biolapisnya dalam kondisi
stabil. Di biolapis inilah banyak disisihkan koloid, SS, protozoa, dan bakteri,
termasuk besi dan mangan. Setelah beberapa bulan beroperasi, headloss-nya
mulai meningkat karena lapisan atasnya mulai kotor sehingga harus dibersihkan
dengan cara disekop (scraped ofj). Yang disekop atau dibuang hanya lapisan
atasnya sehingga biolapisnya masih ada yang tersisa dan ini akan cepat dapat
memulihkan kinerjanya. Siklus ini terus berulang sampai pada kedalaman
minimum media yang diizinkan. Semua media sekopan tadi lantas dicuci di bak
cuci pasir (sand washing place) dan setelah bersih dikembalikan lagi ke unit
Fipal.
Mekanisme cuci pasir itu pun menjadi salah satu pembedanya dengan
Fipal. Telah disebut di atas, penyisihan SS, koloid, protozoa, dan bakteri hanya
terjadi di lapisan atas Fipal sedangkan di Fipal dapat terjadi di sebagian besar
lapisan medianya. Karena laju filtrasinya lebih besar pada Fipal maka lebih besar
pula headloss-nya dan makin dalam pula penetrasi koloid dan SS-nya. Pada taraf
tertentu dari penetrasinya, media Fipal perlu dibersihkan dengan aliran ke atas.
Pada cuci-balik ini media filter diekspansi atau diangkat dengan mekanisme
scouring oleh gaya hidrolis dan abrasive scouring oleh gaya gesek antarpartikel.
4. Filtered Water Storage Tank
Air hasil proses di sand filter ditampung di filtered water storage tank
kualitas yang diharapkan ada pada air hasil pengolahan.
5. Carbon Filter
Filter water mengalir lewat atas dan melewati lapisan carbon di dalam
tanki dan keluar lewat bawah. Fungsi carbon filter untuk mengikat zat-zat organik
dan sisa klorin dari filter water, karena zat-zat tersebut dapat merusak resin di unit
berikutnya. Adanya steaming (pemanasan) untuk mengaktifkan karbon aktif. Salah
satu indikasi kehilangan daya serap adalah kehilangan tekanan differensial yang
tinggi (tekanan melampaui 8 – 10 psig diatas tekanan operasi normal). Sehingga
harus dibersihkan dengan cara back wash, yaitu dengan cara membalikkan arah aliran
air. Tekanan inlet carbon filter adalah 6 kg / cm2. Tujuan dari back wash untuk
merenggangkan atau memuaikan media filter dan melepaskan serta membuang
kotoran tanki yang tertahan. Bila media carbon filter ini sudah tidak mampu lagi
menyerap klor atau zat-zat organik maka harus diganti.
Fungsi dari Carbon filter sama halnya dengan fungsi clarifier dan sand filter h
Air Limbah
Air Limbah adalah semua air bekas proses produksi (industrial waste water)
maupun kegiatan hidup manusia (grey dan black water/domestic waste).
anya saja biasanya proses carbon filter digunakan sebagai drinking water.
Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang
bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum
dibuang kebadan air maupun sebelum limbah masuk pada proses pengolahan, baik
pengolahan secara biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa
dilakukan sebelum atau sesudah proses equalisasi.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan
secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5 – 8,5, karena sebagian
besar microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan
flokulasi juga akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral.
Perkembangan pertumbuhan industri di Indonesia dewasa ini cenderung selalu
meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan semakin berkembangnya industri
tersebut. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya permasalahan pencemaran
lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun udara. Untuk ini perlu diupayakan
pelestarian lingkungan secara berkesinambungan, salah satu diantaranya adalah
mengadakan pengolahan limbah yang baik.
Sebagaimana diketahui bahwa industri-industri baja dapat menghasilkan air
limbah yang berwarna dan mengandung unsur-unsur logam. Jika limbah ini dibuang
di badan air penerima tanpa pengolahan terlebih dahulu maka akan mengakibatkan
pencemaran terhadap lingkungan dan dapat membahayakan mahkluk hidup yang ada
di dalamnya.
Penanganan pengurangan kandungan logam dalam air dapat dilakukan dengan
proses pemisahan sebagai berikut :
1. Pengendapan dan penambahan bahan kimia
2. Pemakaian bahan exchanger
Pada proses pemisahan yang pertama banyak memerlukan bahan kimia
(koagulan) dan waktu pengendapan yang lama, sedangkan kandungan logam yang
terendapkan relatif tidak banyak mengalami perubahan. Sedangkan pada proses
pemisahan yang kedua memerlukan waktu yang relatif cepat dan hasilnya baik akan
tetapi proses memerlukan peralatan kation exchanger yang mahal.
Cara-cara pengolahan logam berat Cr banyak memerlukan proses yang rumit
dengan penambahan bahan-bahan kimia tertentu. Hal ini membuat pengolahan logam
berat Cr selain membutuhkan biaya pengolahan yang tinggi, juga dapat menimbulkan
limbah baru akibat penambahan bahan-bahan kimia tertentu didalam pengolahan
tersebut.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka perlu dikembangkan suatu teknik
pengolahan sederhana untuk menurunkan kadar logam berat yang diterapkan pada
industri-industri yang limbahnya mengandung logam berat. Salah satunya adalah
dengan prinsip elektrolisa. Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh suatu
gambaran tentang kemungkinan digunakannya prinsip elektrolisa sebagai salah satu
alternatif pemecahan dalam menangani permasalahan air buangan yang mengandung
logam berat.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah fasilitas pengolahan air
limbah untuk mengolah air limbah industri yang dibuat oleh perusahaan industri
sehingga kualitas air limbah yang di buang ke Badan Air Penerima sesuai dengan
Baku Mutu Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah/ Pemerintah Daerah.
Limbah yang diolah di PT. Krakatau Steel (Lumpur Aktif Tipe A) yaitu
Limbah dari proses greasing.
Pengolahan Limbah Nitrat (NO3-) dan Phosfat (PO4) pada Buangan Air
Boiler PT. Krakatau Steel.
PT. Krakatau Steel telah menggunakan Aerobic biotreatment dan aerasi akan
tetapi kandungan Nitrat dan Phosfat masih tinggi. Kemudian menambahkan dengan
menggunakan Activated Sludge untuk menurunkan kadar Nitrat dan Fosfat dengan
modifikasi chamber berliku dan gravitasi.
Secara teoritis permasalahan tersebut dapat di atasi dengan 2 cara yaitu
dengan cara striping dan dengan teknologi biologi treatment yang dikenal dengan
tahapan proses Nitrifikasi dan denitrifikasi.
Kondisi ini sangat ideal untuk system pengolahan limbah yang memakai
tecnologi yang namanya Sequencing Batch Reactor (SBR) karena tahapan proses ini
sudah memenuhi kondisi untuk terjadinya peristiwa Nitrifikasi dan denitrifikasi.
Pengolahan Limbah Cair
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pengolahan Awal/ Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada
pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan,
penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat
pengolahan air limbaH, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan
partikel-artikel padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan
flotasi. Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel
lemak dan minyak akan berada di atas/ permukaan (disebut grease).
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk
menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah.
Tiga buah pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended
film dan lagoon system.
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan
organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai
dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun
amonia dari air limbah.