Oleh:
Jaringan Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan
Jawa Timur
Berikut ini dipaparkan sejumlah catatan kritis terhadap RUU Cipta Kerja (Omnibus Law):
1. Tujuan RUU Cipta Kerja klaster ketenagakerjaan menurut Pasal 88 adalah “penguatan perlindungan kepada tenaga kerja”. Setelah
menganalisis seluruh pasalnya, baru dapat disimpulkan apakah RUU ini merupakan upaya penguatan atau pelemahan bagi buruh/ pekerja.
2.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 42 Pasal 42 Setelah Pasal 42 ayat (1) diubah, setiap badan
(1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan (1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan hukum/ usaha boleh mempekerjakan tenaga
tenaga kerja asing wajib memiliki izin tenaga kerja asing wajib memiliki kerja asing. Sebab RUU Cipta Kerja tidak lagi
tertulis dari Menteri atau pejabat yang pengesahan rencana penggunaan tenaga mewajibkan agar memiliki izin melainkan
ditunjuk. kerja asing dari Pemerintah Pusat. sekadar pengesahan rencana penggunaan
tenaga kerja asing oleh pemerintah.
(2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang (2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang
mempekerjakan tenaga kerja asing. mempekerjakan tenaga kerja asing.
(3) Kewajiban memiliki izin sebagaimana (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
dimaksud dalam ayat (1), tidak berlaku ayat (1) tidak berlaku bagi:
3.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Ketentuan Pasal 43 Dihapus.
Pasal 43 Dengan dihapusnya Pasal 43 UU 13/ 2003,
(1) Pemberi kerja yang menggunakan tenaga maka terdapat kerancuan terkait keterangan
kerja asing harus memiliki rencana yang dimuat dalam rencana penggunaan
penggunaan tenaga kerja asing yang tenaga kerja asing maupun tata cara
disahkan oleh Menteri atau pejabat yang pengesahannya.
ditunjuk.
(2) Rencana penggunaan tenaga kerja asing
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat keterangan:
a. alasan penggunaan tenaga kerja asing;
b. jabatan dan/atau kedudukan tenaga
kerja asing dalam struktur organisasi
perusahaan yang bersangkutan;
c. jangka waktu penggunaan tenaga kerja
asing; dan
d. penunjukan tenaga kerja warga negara
4.
Ketentuan Pasal 44 UU 13/ 2003 dihapus dan dibahas pada nomor 2.
5.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Ketentuan Pasal 48 dihapus.
Pasal 48 Pasal 45
Pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:
kerja asing wajib memulangkan tenaga kerja c. memulangkan tenaga kerja asing ke
asing ke negara asalnya setelah hubungan negara asalnya setelah hubungan
kerjanya berakhir. kerjanya berakhir.
Pasal 45 a. menunjuk tenaga kerja warga negara
(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: Indonesia sebagai tenaga pendamping
a. menunjuk tenaga kerja warga negara tenaga kerja asing yang dipekerjakan
Indonesia sebagai tenaga pendamping untuk alih teknologi dan alih keahlian
tenaga kerja asing yang dipekerjakan dari tenaga kerja asing;
untuk alih teknologi dan alih keahlian b. melaksanakan pendidikan dan
dari tenaga kerja asing; dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja
b. melaksanakan pendidikan dan Indonesia sebagaimana dimaksud pada
pelatihan kerja bagi tenaga kerja huruf a yang sesuai dengan kualifikasi
Indonesia sebagaimana dimaksud pada jabatan yang diduduki oleh tenaga
huruf a yang sesuai dengan kualifikasi kerja asing; dan
6.
Ketentuan Pasal 46 UU 13/ 2003 dihapus dan dibahas pada nomor 2.
7.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 47 Pasal 47
(1) Pemberi kerja wajib membayar (1) Pemberi kerja wajib membayar
kompensasi atas setiap tenaga kerja asing kompensasi atas setiap tenaga kerja asing
yang dipekerjakannya. yang dipekerjakannya.
(2) Kewajiban membayar kompensasi seba- (2) Kewajiban membayar kompensasi
gaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi instansi pemerintah, per- berlaku bagi instansi pemerintah,
wakilan negara asing, badanbadan inter- perwakilan negara asing, badan
nasional, lembaga sosial, lembaga ke- internasional, lembaga sosial, lembaga
agamaan, dan jabatan-jabatan tertentu di keagamaan, dan jabatan tertentu di
lembaga pendidikan. lembaga pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai jabatan-jabatan Dengan dihapusnya Pasal 47 ayat (3) UU 13/
tertentu di lembaga pendidikan 2003 perihal peraturan pelaksanaan, maka
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdapat kerancuan terkait perkecualian atas
diatur dengan Keputusan Menteri. kewajiban pembayaran kompensasi untuk
jabatan tertentu di lembaga pemerintahan.
(4) Ketentuan mengenai besarnya kompensasi (3) Ketentuan mengenai besaran dan
dan penggunaannya diatur dengan penggunaan kompensasi sebagaimana
8.
Ketentuan Pasal 48 UU 13/ 2003 dihapus dan dibahas pada nomor 5.
9.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 49 Pasal 49 Dengan diubahnya Pasal 49 UU 13/ 2003
Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan maka peraturan pelaksanaan terkait
asing serta pelaksanaan pendidikan dan tenaga kerja asing diatur dengan Peraturan penggunaan tenaga kerja asing serta
pelatihan tenaga kerja pendamping diatur Presiden. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga
dengan Keputusan Presiden. kerja pendamping warga negara Indonesia,
akan diubah dan berpotensi diperlunak.
Penurunan kualitas perdidikan dan pelatihan
tenaga kerja pendamping tersebut, kalau betul
terjadi, akan memperlambat alih teknologi dan
keahlian.
10.
Ketentuan Pasal 56 UU dibahas pada nomor 13.
11.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 57 Pasal 57
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
dibuat secara tertulis serta harus dibuat secara tertulis serta harus
menggunakan bahasa Indonesia dan huruf menggunakan bahasa Indonesia dan huruf
latin. latin.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang Sebelumnya, kalau perjanjian kerja waktu
dibuat tidak tertulis bertentangan dengan tertentu (kontrak) dibuat tidak tertulis maka
ketentuan sebagai mana dimaksud dalam konsekuensi hukumnya menurut Pasal 57 ayat
12.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 58 Pasal 58 Redaksi Pasal 58 ditambahi sedikit tapi
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak substansinya tidak berubah.
dapat mensyaratkan adanya masa dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja. percobaan kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan (2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan
kerja dalam perjanjian kerja sebagaimana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan masa percobaan kerja yang disyaratkan
kerja yang disyaratkan batal demi hukum. tersebut batal demi hukum dan masa kerja
tetap dihitung.
14.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 61 Pasal 61
(1) Perjanjian kerja berakhir apabila : (1) Perjanjian kerja berakhir apabila :
a. pekerja meninggal dunia; a. pekerja meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian b. berakhirnya jangka waktu perjanjian
kerja; kerja;
c. selesainya suatu pekerjaan tertentu; Pasal 61 RUU Cipta Kerja menambahkan 1
(satu) hal. Bahwa perjanjian kerja berakhir
apabila pekerjaannya sudah selesai. Ini
menegaskan dasar dari perjanjian kerja waktu
tertentu sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat
(2) RUU Cipta Kerja.
c. adanya putusan pengadilan dan/atau d. adanya putusan pengadilan dan/atau
putusan atau penetapan lembaga putusan lembaga penyelesaian
penyelesaian perselisihan hubungan perselisihan hubungan industrial yang
industrial yang telah mempunyai telah mempunyai kekuatan hukum
kekuatan hukum tetap; atau tetap; atau
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu e. adanya keadaan atau kejadian tertentu
yang dicantumkan dalam perjanjian yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama yang dapat perjanjian kerja bersama yang dapat
15.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 61A RUU Cipta Kerja tampaknya berniat
(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu menghibur buruh/ pekerja yang berstatus
berakhir sebagaimana dimaksud dalam perjanjian kerja waktu tertentu (kontrak).
Pasal 61 ayat (1) huruf b dan huruf c, Pasal 61A ditambahkan untuk mengatur
pengusaha wajib memberikan uang pemberian kompensasi (semacam pesangon)
kompensasi kepada pekerja/buruh. bagi yang perjanjian kerjanya berakhir (putus
16.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 62 Pasal 62 RUU Cipta Kerja menyatakan mengubah Pasal
Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan 62. Tapi hasil perubahannya sama persis dengan
kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang yang di UU 13/ 2003. Entah bagian mana yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu diubah.
atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
61 ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan 61 ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan
kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada
pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh
sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu
perjanjian kerja. perjanjian kerja.
17.
Ketentuan Pasal 64 dihapus dan dibahas pada nomor 19.
18.
Ketentuan Pasal 65 dihapus dan dibahas pada nomor 19.
19.
20.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 77 Pasal 77
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan (1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja. ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada Jam kerja dalam 1 (satu) hari akan bertambah
ayat (1) meliputi: ayat (1) paling lama 8 (delapan) jam 1 panjang. Pasal 77 ayat (2) RUU Cipta Kerja
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 tidak lagi membedakan antara kerja 5 hari
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu (satu) minggu. dengan 6 hari. Dengan demikian, waktu kerja
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 8 (delapan) jam juga dapat diterapkan dalam
(satu) minggu; atau kerja 6 hari.
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu.
(3) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh
di perusahaan diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
21.
Penambahan Pasal 77A dibahas pada nomor 20.
22.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 78 Pasal 78
(1) Pengusaha yang mempekerjakan (1) Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77
ayat (2) harus memenuhi syarat : ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang a. ada persetujuan pekerja/buruh yang
bersangkutan; dan bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat b. waktu kerja lembur hanya dapat Dengan diubahnya Pasal 78 ayat (1) huruf b
dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dilakukan paling banyak 4 (empat) maka waktu kerja lembur bertambah panjang
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat jam dalam 1 (satu) hari dan 18 menjadi 4 (empat) jam sehari dan 18 (delapan
belas) jam dalam 1 (satu) minggu. (delapan belas) jam dalam 1 (satu) belas) jam seminggu.
minggu.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan (2) Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
wajib membayar upah kerja lembur. membayar upah kerja lembur.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur (3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku
huruf b tidak berlaku bagi sektor usaha bagi pekerjaan atau sektor usaha tertentu.
23.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 79 Pasal 79
(1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat (1) Pengusaha wajib memberi:
dan cuti kepada pekerja/buruh. a. waktu istirahat; dan
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana b. cuti.
dimaksud dalam ayat (1), meliputi : (2) Waktu istirahat sebagaimana dimaksud
a. istirahat antara jam kerja, sekurang pada ayat (1) huruf a wajib diberikan
kurangnya setengah jam setelah kepada pekerja/buruh paling sedikit
bekerja selama 4 (empat) jam terus meliputi:
menerus dan waktu istirahat tersebut a. istirahat antara jam kerja, paling
tidak termasuk jam kerja; sedikit setengah jam setelah bekerja
selama 4 (empat) jam terus menerus
dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja; dan
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk Jumlah hari kerja dalam seminggu turut
6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) berubah sehingga tidak dimungkinkan kerja 5
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 minggu. (lima) hari. Pasal 79 ayat (2) huruf b RUU
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) Cipta Kerja hanya mengizinkan istirahat
minggu; mingguan 1 (satu) hari. Ketentuan ini seirama
dengan Pasal 77 ayat (2) RUU Cipta Kerja.
c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(dua belas) hari kerja setelah huruf b yang wajib diberikan kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan pekerja/buruh yaitu cuti tahunan, paling
bekerja selama 12 (dua belas) bulan sedikit 12 (dua belas) hari kerja setelah
secara terus-menerus; dan pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja
25.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 88A
(1) Hak pekerja/buruh atas upah timbul pada
saat terjadi hubungan kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha dan
berakhir pada saat putusnya hubungan
kerja.
(2) Pengusaha wajib membayar upah kepada Upah berdasarkan kesepakatan yaitu yang
pekerja/buruh sesuai kesepakatan atau lebih tinggi dari upah minimum. Hal ini sesuai
sesuai ketentuan peraturan perundang- dengan Pasal 90A.
undangan.
(3) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
upah yang sama untuk pekerjaan yang
sama nilainya.
26.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 88B Pasal 88B tidak ada pembahasan.
Upah ditetapkan berdasarkan:
a. satuan waktu; dan/atau
b. satuan hasil.
28.
Penambahan Pasal 88D dibahas pada nomor 32.
29.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 88E Penyimpangan terhadap upah minimum dapat
(1) Untuk menjaga keberlangsungan usaha dan dilakukan pada industri padat karya berdasarkan
memberikan perlindungan kepada
Pasal 88E ayat (1) RUU Cipta Kerja. Hal ini
pekerja/buruh industri padat karya, pada pasti merugikan karena buruh/ pekerja akan
industri padat karya ditetapkan upah menerima upah minimum yang lebih rendah.
minimum tersendiri.
(2) Upah minimum pada industri padat karya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Upah minimum pada industri padat karya Lebih mengenaskan, formula perhitungannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum jelas dan menurut ayat (4) baru akan
dihitung dengan menggunakan formula diatur dengan peraturan pemerintah.
tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah
minimum industri padat karya dan formula
tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Penerapan upah minimum industri padat karya
merupakan pelanggaran terhadap Pasal 88 RUU
30.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 88F
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 88C ayat (2) dan Pasal 88E
ayat (1) berlaku bagi pekerja/buruh dengan
masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun pada
perusahaan yang bersangkutan.
Ketentuan Pasal 90 dihapus.
Pasal 90 (2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih Larangan membayar upah lebih rendah dari
(1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana upah minimum juga diterapkan oleh RUU
rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud pada Pasal 88C ayat (2) dan Cipta Kerja. Tapi penerapannya bisa berbeda
dimaksud dalam Pasal 89. Pasal 88E ayat (1). karena ada 2 (dua) jenis upah minimum.
(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu
membayar upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan
penangguhan.
(3) Tata cara penangguhan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
31.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 88G Di luar nalar, pemerintah justru membuka
(1) Dalam hal gubernur: peluang dirinya ditekan oleh pengusaha/
a. tidak menetapkan upah minimum perusahaan. Upah minimum industri padat karya
dan/atau upah minimum industri padat sesuai Pasal 88G RUU Cipta Kerja, apabila
karya; atau tidak ditetapkan maka gubernur dikenai sanksi.
32.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Ketentuan Pasal 89 dihapus.
Pasal 89 Dengan dihapusnya Pasal 89 maka upah
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud minimum berdasarkan sektor atau yang lazim
dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat disebut upah minimum sektoral ditiadakan.
terdiri atas : Hal tersebut tentu berdampak negatif karena
a. upah minimum berdasarkan wilayah selama ini buruh/ pekerja diuntungkan dari
provinsi atau kabupaten/kota; upah minimum sektoral yang lebih tinggi.
b. upah minimum berdasarkan sektor
pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.
(2) Upah minimum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diarahkan kepada
pencapaian kebutuhan hidup layak.
(4) Komponen serta pelaksanaan tahapan Pasal 88D Komponen kebutuhan hidup layak yang
pencapaian kebutuhan hidup layak (1) Upah minimum sebagaimana dimaksud selama ini dipertimbangkan terkait upah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam Pasal 88C ayat (2) dihitung dengan minimum, akan ditiadakan karena Pasal 89
diatur dengan Keputusan Menteri. menggunakan formula perhitungan upah UU 13/ 2003 dihapus.
minimum sebagai berikut: Berdasarkan Pasal 88D ayat (1) RUU
33.
34.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 90A Pasal 90A tidak ada pembahasan.
Upah di atas upah minimum ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh di perusahaan.
35.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 90B Pengecualian upah minimum pada Usaha
(1) Ketentuan upah minimum sebagaimana Mikro dan Kecil adalah pelanggaran atas
dimaksud dalam Pasal 88C ayat (2) dan prinsip penghidupan yang layak bagi
Pasal 88E ayat (1) dikecualikan bagi kemanusiaan (Pasal 88 RUU Cipta Kerja).
Usaha Mikro dan Kecil. Menerapkan pengecualian tersebut berarti
(2) Upah pada Usaha Mikro dan Kecil negara membiarkan warganya hidup tidak
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara layak dan mengabaikan kemanusiaan. Lagi-
pengusaha dengan pekerja/buruh di lagi, RUU ini melanggar dirinya sendiri.
perusahaan.
(3) Kesepakatan upah sebagaimana dimaksud Syarat yang ditetapkan hanya angka garis
pada ayat (2) harus di atas angka garis kemiskinan. Sumber datanya pun harus dari
kemiskinan yang diterbitkan oleh lembaga lembaga yang berwenang di bidang statistik
yang berwenang di bidang statistik. (Badan Pusat Statistik). Berarti, taraf hidup
miskin ditentukan sepihak oleh negara dan
warga dibiarkan hidup dalam keadaan miskin.
(4) Ketentuan mengenai kriteria Usaha Mikro
dan Kecil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Diprediksi, kebijakan penyimpangan upah
minimum pada Usaha Mikro dan Kecil akan
menggeser pola produksi. Perusahaan
36.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 91 Ketentuan Pasal 91 dihapus. Pada Pasal 91 ayat (1) UU 13/ 2003 tersirat
(1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan fungsi serikat buruh/ pekerja dalam
atas kesepakatan antara pengusaha dan kesepakatan pengaturan pengupahan di
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat perusahaan. Dengan dihapuskannya pasal 91
buruh tidak boleh lebih rendah dari maka fungsi tersebut ikut hilang.
ketentuan pengupahan yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kesepakatan tersebut batal demi
hukum, dan pengusaha wajib membayar
upah pekerja/buruh menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
37.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 92 Pasal 92 Perubahan pada Pasal 92 ayat (1) RUU Cipta
(1) Pengusaha menyusun struktur dan skala (1) Pengusaha menyusun struktur dan skala Kerja menghilangkan faktor yang
upah dengan memperhatikan golongan, upah di perusahaan. dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
jabatan, masa kerja, pendidikan, dan dan skala upah yaitu golongan, jabatan, masa
kompetensi. Penjelasan: kerja, pendidikan, dan kompetensi. Hal ini
Penyusunan struktur dan skala upah bertentangan dengan penjelasan ayat tersebut
38.
Ketentuan Pasal 92A dipadankan dengan Pasal 92 ayat (2) UU 13/ 2003 pada nomor 37.
39.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 93 Pasal 93
(1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
tidak melakukan pekerjaan. tidak melakukan pekerjaan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku, dan pengusaha ayat (1) tidak berlaku dan pengusaha wajib
wajib membayar upah apabila : membayar upah apabila:
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak a. pekerja/buruh tidak masuk kerja Istilah “berhalangan” pada Pasal 93 ayat (2)
dapat melakukan pekerjaan; dan/atau tidak melakukan pekerjaan huruf a RUU Cipta Kerja tidak pernah
40.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 94 Pasal 94 Redaksi Pasal 94 dari UU 13/ 2003 maupun
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah Dalam hal komponen upah terdiri atas upah RUU Cipta Kerja berubah sedikit tapi
pokok dan tunjangan tetap maka besarnya pokok dan tunjangan tetap, besarnya upah substansinya sama sekali tidak berubah.
upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh pokok paling sedikit 75 % (tujuh puluh lima
lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan perseratus) dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap. tunjangan tetap.
41.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 95 Penghapusan Pasal 95 ayat (1) UU 13/ 2003
(1) Pelanggaran yang dilakukan oleh bukan serta-merta berarti denda tidak dapat
pekerja/buruh karena kesengajaan atau dikenakan terhadap kesalahan buruh/ pekerja.
kelalaiannya dapat dikenakan denda. Ketentuan mengenai hal ini masih dapat diatur
oleh pengusaha/ perusahaan pada perjanjian
kerja dan atau peraturan perusahaan.
(2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau Sebaliknya, karena Pasal 95 ayat (2) dan (3)
43.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 98 Pasal 98 Perubahan pada Pasal 98 ayat (1) berpengaruh
(1) Untuk memberikan saran, pertimbangan, (1) Untuk memberikan saran dan terhadap bentuk kelembagaan dewan
dan merumuskan kebijakan pengupahan pertimbangan kepada Pemerintah dalam pengupahan. Sebelumnya, UU 13/ 2003
yang akan ditetapkan oleh pemerintah, rangka perumusan kebijakan pengupahan mengatur bentuk dewan pengupahan
serta untuk pengembangan sistem serta pengembangan sistem pengupahan berjenjang mulai dari tingkat nasional,
pengupahan nasional dibentuk Dewan nasional dibentuk dewan pengupahan. provinsi, sampai kabupaten/ kota. Jenjang
Pengupahan Nasional, Provinsi, dan tersebut tidak lagi diatur pada RUU Cipta
Kabupaten/Kota. Kerja. Tidak jelas apakah di tingkat provinsi
dan kabupaten/ kota masih ada dewan
pengupahan atau ditiadakan.
(2) Keanggotaan Dewan Pengupahan (2) Dewan pengupahan terdiri atas unsur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pemerintah, organisasi pengusaha, serikat
terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pekerja/serikat buruh, pakar dan
pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, akademisi.
perguruan tinggi, dan pakar.
(3) Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat Dihapusnya Pasal 98 ayat (3) UU 13/ 2003
Nasional diangkat dan diberhentikan oleh makin menguatkan bahwa bentuk
Presiden, sedangkan keanggotaan Dewan kelembagaan berjenjang dewan pengupahan
Pengupahan Provinsi, Kabupaten/Kota seperti dimaksud ayat (1) betul-betul
27.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 150 Pasal 150 Redaksi pada Pasal 150 diubah sedikit tapi
Ketentuan mengenai pemutusan hubungan Pemutusan hubungan kerja dalam Undang- substansinya sama persis.
kerja dalam undang-undang ini meliputi Undang ini meliputi pemutusan hubungan
pemutusan hubungan kerja yang terjadi di kerja yang terjadi di badan usaha yang
badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, berbadan hukum atau tidak, milik orang
milik orang perseorangan, milik persekutuan perseorangan, milik persekutuan atau milik
atau milik badan hukum, baik milik swasta badan hukum, baik milik swasta maupun milik
maupun milik negara, maupun usaha-usaha negara, milik usaha sosial maupun usaha lain
sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai yang mempunyai pengurus dan
pengurus dan mempekerjakan orang lain mempekerjakan orang lain dengan membayar
dengan membayar upah atau imbalan dalam upah atau imbalan dalam bentuk lain.
bentuk lain.
28.
UU 13/ 2003 RUU Cipta Kerja Catatan Kritis
Pasal 151 Pasal 151 Dengan perubahan redaksi pada Pasal 151
(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat (1) Pemutusan hubungan kerja dilaksanakan ayat (1) UU 13/ 2003, semangat
pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, berdasarkan kesepakatan antara pengusaha mempertahankan hubungan kerja akan pupus.
dengan segala upaya harus mengusahakan dengan pekerja/buruh. Pemerintah sudah tidak lagi dibebani
agar jangan terjadi pemutusan hubungan tanggung jawab untuk mencegah pemutusan