Tuberkulosis
Tuberkulosis
Penyakit pada anak pada umumnya disebabkan oleh lingkungan sekitar dan
bisa ditularkan oleh orang tuanya secara tidak sadar, salah satunya adalah TB.
Penyakit TB merupakan penyakit yang berbahaya tetapi terkadang penyakit ini
sulit terindikasi karena perkembangan bakteri TB yang terhitung lambat.
Ketidakpastian diagnostik sangat umum pada anak-anak dirawat karena TB, hal
ini dapat mengakibatkan overdiagnosis (diagnosis yang berlebihan) terutama
untuk TB paru.
Pada tahun 2006 NTP diminta oleh WHO untuk mencatat dan melaporkan TB
pada anak-anak, membagi mereka menjadi dua kelompok umur (0-4) tahun
dan (5-14) tahun.
Namun dalam beberapa kasus respon kekebalan tubuh anak tidak cukup kuat
untuk menghentikan multiplikasi bakteri, dan penyakit TBC kemudian
berkembang. Risiko pengembangan penyakit TB terbesar adalah ketika anak
berusia kurang dari empat tahun, dan pada tingkat lebih rendah ketika mereka
berusia kurang dari sepuluh tahun. Ada juga risiko yang lebih besar untuk
perkembangan TB pada anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh,
misalnya karena mereka HIV positif.
Anak-anak yang mengidap penyakit TBC biasanya dapat langsung memberikan
gejala dalam dua tahun pertama terinfeksi. Sejumlah kecil kasus pada anak-
anak mengalami gejala di kemudian hari, baik karena aktivasi kembali dari
bakteri TB berikut periode ketika bakteri TB telah aktif, atau sebagai akibat dari
infeksi ulang.
Beberapa anak berada pada risiko lebih besar terkena TB daripada yang lain,
termasuk:
Setiap hari, 200 anak meninggal karena tuberkulosis (TBC). Padahal, TBC
adalah penyakit yang dapat dicegah dan dapat diobati. Sekitar setengah juta
anak di dunia jatuh sakit karena TBC setiap tahun dan berjuang dengan obat-
obatan anti-tuberkulosis di mana obat-obatan tersebut tidak bersahabat dengan
anak-anak.
Setiap hari, 200 anak meninggal karena TBC. Padahal, TBC adalah penyakit
yang dapat dicegah dan dapat diobati. Sekitar setengah juta anak di dunia jatuh
sakit karena TBC setiap tahun dan berjuang dengan obat-obatan
antituberkulosis di mana obat-obatan tersebut tidak bersahabat dengan anak-
anak.
TBC pada anak seringkali terlewatkan untuk didiagnosis karena gejalanya tidak
seperti orang dewasa yang batuk selama 2 minggu. Pada anak-anak, gejalanya
tidak spesifik. Hal inilah yang menjadikan TBC pada anak suatu epidemik, yaitu
di mana jumlah yang tercatat tidak sebanyak kenyataan yang terjadi di
kehidupan realita.
Hal ini merupakan suatu masalah yang perlu diprioritaskan dan memerlukan
komitmen di berbagai bidang dari segi pendanaan, kebersihan, dan kepedulian
terhadap nyawa anak-anak agar tidak meninggal karena hanya penyakit plek
paru ini.
Berapa banyak anak yang terkena TBC?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2015 sebanyak
1 juta anak di seluruh dunia menderita TBC, antara usia <15 tahun, dan lebih
dari 136 ribu meninggal setiap tahun. Ini adalah perhitungan untuk anak-anak
yang tidak memiliki HIV, karena anak-anak yang menderita TBC dan juga
menderita HIV positif lalu meninggal, akan diklasifikasikan meninggal bukan
karena TBC-nya, tetapi karena HIV-nya.
Banyak orang percaya bahwa angka di atas lebih sedikit dari jumlah sebenarnya
di dunia nyata. Sekitar 70 persen hingga 80 persen anak-anak dengan TBC
memiliki jenis TBC di paru (TB Cpulmoner). Sisanya memiliki TBC di organ
tubuh lainnya (TBC ekstrapulmoner).
Obat TBC yang resistan juga merupakan masalah pada anak-anak. Diperkirakan
lebih dari 30 ribu anak-anak menderita TBC setiap tahun dengan terserang TBC
yang resisten multi-obat (MDR-TB). Juga, sebuah survei RNTCP di India,
menemukan bahwa 9 persen dari anak-anak dengan TB yang sudah resisten
terhadap rifampisin, sebelum mereka memulai pengobatan. Ini berarti bahwa
mereka telah terinfeksi TB pada bakteri yang resisten terhadap obat.
Di Indonesia, proporsi kasus TB anak di antara semua kasus yang diobati pada
tahun 2007-2013 berkisar pada angka 7,9-12 persen. Angka ini masih berada
pada batas normal proporsi kasus TB anak. Tiap propinsi, kabupaten atau kota,
dan tiap fasilitas pelayanan kesehatan memiliki proporsi yang berbeda.
(ttps://doktersehat.com/tuberkulosis-tbc-pada-anak-1/)
Kenali TBC pada Anak dan Laksanakan Prosedur
Pengobatan yang Tepat
TBC pada anak terjadi karena anak menghirup bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang terbang di udara. Bakteri tersebut kemudian berdiam di paru-
paru dan berkembang.Perkembangan bakteri ini memungkinkannya
untuk menjalar ke bagian tubuh yang lain,seperti tulang belakang, ginjal, bahkan
otak.
Anak-anak yang terkena TBC kemungkinan besar tidak tertular dari teman-temannya
yang sebaya, melainkan dari orang dewasa yang sudah mengidap penyakit tersebut.
Ketika orang dewasa yang sudah mengidap TBC batuk atau bersin, bakteri turut
menyebar ke udara. Pada saat itulah dapat terjadi penularan bagi anak-anak yang
berada di sekitar.
Penyakit TBC atau biasa disebut TB ditandai oleh dua tahap perkembangan.
Pertama, tahap infeksi. Pada tahap ini anak-anak sudah terinfeksi kuman TBC.
Tubuh sudah kemasukan bakteri, namun dalam jumlah kecil. Daya tahan yang
kuat memungkinkan tubuh untuk mencegah infeksi ini berkembang lebih parah
dan menimbulkan gejala.
Namun ketika bakteri sudah berkembang biak, barulah timbul gejala hingga
akhirnya memasuki tahap kedua, yaitu mengidap penyakit TBC.
Pada anak-anak yang lebih tua, penyakit TBC dinilai sebagai penyakit laten karena
biasanya infeksi bakteri masih tidak menunjukkan adanya gejala. Meski sudah
menggunakan pemeriksaan foto Rontgen, biasanya tidak ditemukan adanya tanda-
tanda infeksi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, digunakan
tes kulit tuberkulin.
Tes tuberkulin dilakukan untuk memastikan apakah seseorang terinfeksi bakteri
tuberkulosis. Jika hasil tes tuberkulin adalah positif, kemungkinan besar anak telah
terinfeksi. Meskipun tidak memperlihatkan gejala-gejala penyakit apa pun, anak
disarankan mendapatkan pengobatan jika telah dinyatakan positif pada hasil tes.
Ketika menimbulkan gejala TBC, beberapa keadaan di bawah ini mungkin bisa timbul
pada si anak:
Pengobatan TBC pada anak difokuskan untuk penyembuhan, baik pada anak yang
baru terinfeksi bakteri TBC dan belum menampakkan gejala apa pun, maupun pada
anak yang sudah dalam tahap mengidap TBC.
Sistem pengobatan keduanya berbeda. Anak yang baru terinfeksi bakteri TB akan
diberikan obat yang harus dikonsumsi tiap hari selama sekitar sembilan bulan. Obat ini
adalah jenis antibiotik yang disebut isoniazid yang biasanya juga diberikan kepada
pasien dewasa.
Sementara itu pada anak yang telah mengidap TBC aktif, diberikan pengobatan yang
biasanya terdiri atas dua jenis obat antibiotik atau lebih. Obat tersebut harus dikonsumsi
tiap hari selama sekitar 6-18 bulan. Pada tahap ini, tidak semua obat yang diberikan
pada anak sama dengan obat yang biasa diberikan pada orang dewasa,
misalnya ethambutol. Obat ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena dapat
memberi dampak berbahaya bagi penglihatan.
Indonesia berada pada posisi kelima, negara dengan angka insiden TBC tertinggi di
dunia. Melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan
kesehatan, maka TBC bisa dicegah. Termasuk dalam hal upaya penyembuhan,
pelaksanaan prosedur pengobatan sampai tuntas harus dilakukan. Secara berangsur,
penyakit ini akan sembuh dan anak-anak dapat hidup sehat kembali.
(https://www.alodokter.com/kenali-tbc-pada-anak-dan-laksanakan-prosedur-pengobatan-yang-tepat)
Mengenal Gejala Tuberkulosis (TB)
Pada Anak
Tuberkulosis alias TB merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian.
WHO memperkirakan kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian akibat malaria dan
AIDS. Tidak hanya menyerang orang dewasa, TB juga dapat menyerang anak-anak.
Diperkirakan 10-15% kasus TB di Indonesia menyerang anak berusia 0-14 tahun.
Kadang kala orangtua melarikan anaknya ke rumah sakit karena gejala lain, yang sekilas
seperti tidak ada hubungan dengan penyebab kematian anak terbesar di negara- negara
berkembang ini. Oleh sebab itu, yuk kita belajar cara mengenali infeksi TB pada anak agar
putra-putri Anda dapat tertangani lebih segera.
Kontak erat yang dimaksud adalah anak yang tinggal serumah atau sering bertemu dengan
pasien TB menular, misalnya anggota keluarga, tetangga, atau kerabat yang sehari-hari
berinteraksi dengan anak. Laporkan segera bila di rumah Anda ada yang menderita TB
menular, baik TB paru atau TB lainnya. Biasanya TB menular diderita oleh pasien dewasa yang
hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan adanya kuman (biasanya disebut BTA positif).
Walaupun anak tidak menunjukkan gejala sakit, Anda wajib memeriksakan anak pada dokter
untuk dilakukan skrining TB dan upaya pencegahan
Anak yang menunjukkan tanda dan gejala klinis
TB anak merupakan penyakit infeksi sistemik, dan organ yang paling sering terkena adalah
paru, walaupun organ lain juga dapat terserang kuman ini. Gejala klinis penyakit TB pada anak
dapat berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait.
Berat badan turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas ATAU
Berat badan tidak naik dalam 1 bulan setelah upaya perbaikan gizi yang baik.
Lesu atau malaise. Anak terlihat malas dan tidak bertenaga melakukan kegiatan. Anak pun
terlihat kurang aktif jika diajak bermain.
Demam lama (2 minggu atau lebih) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam
umumnya tidak tinggi (badan hangat saja) dan berlangsung lama. Dapat pula disertai keringat
malam. Demam yang dialami tidak disebabkan oleh demam tifoid (tipes), infeksi saluran kemih,
atau malaria.
Keringat malam. Gejala ini tidak khas pada anak, namun dapat terjadi. Tapi kita harus
perhatikan pula, bila hanya keringat malam saja tanpa disertai dengan gejala-gejala umum lain,
ini mungkin bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak.
TB jenis ini menyerang terbanyak di daerah leher, dengan gejala pembesaran kelenjar getah
bening yang banyak dengan diameter ≥ 1 cm. Biasanya benjolan itu saling melekat sehingga
berbentuk seperti kelereng yang berderet dengan konsistensi kenyal. Benjolan ini tidak nyeri.
Kuman TB juga gampang tersebar ke otak. Bila selaput otak yang terkena, anak akan
menunjukkan gejala rewel, sakit kepala, kaku, sampai kejang. Hal ini terjadi akibat keterlibatan
saraf-saraf otak yang terkena. Hati-hati bila anak cenderung diam dan mengantuk. Itu adalah
tanda anak mengalami penurunan kesadaran
3. Tuberkulosis tulang
4. Skrofuloderma
Disebut juga tuberkulosis kulit. Gejalanya ditandai dengan adanya luka atau borok yang disertai
dengan adanya fistula/jembatan kulit antar tepi luka (skin bridge). Biasanya juga anak disertai
dengan demam karena proses infeksi yang berlangsung.
5. Tuberkulosis usus
Adanya gejala-gejala pencernaan, seperti kembung, diare, nyeri perut. Biasanya anak sangat
rewel. Komplikasi TB usus adalah radang selaput perut yang biasa disebut peritonitis TB.
6. Tuberkulosis ginjal
Dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ ginjal yaitu gangguan buang air kecil, urin
yang terlalu pekat, dan nyeri pinggang tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya
infeksi TB.
(https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/tuberculosis-tbc/mengenal-gejala-tuberkulosis-pada-anak/)