Anda di halaman 1dari 6

NASKAH SKENARIO SIMULASI VTC

Disusun Oleh :
 Aisyatirrodiah
 Aliya Cahyani
 Andini Nopia
 Ghina Rizkia
 Heniviona Sinaga
 Zahroh

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
NASKAH SKENARIO SIMULASI VTC

Rian adalah seorang anak yang tinggal dengan orangtuanya, ia adalah anak tunggal
dikeluarganya. Ayahnya seorang wiraswasta dan ibunya seorang ibu rumah tangga, Rian
sekarang tengan duduk di semester akhir di sebuah perguruan tinggi swasta di ibukota.
Rian dulu dikenal sebagai anak yang manja tapi nakal dikalangan komplek rumahnya,
orangtua Rian cukup menyerah dengan kelakuan anaknya, setiap hari ada saja ulah atau hal yang
dibuat oleh Rian, banyak yang mengadu kalau Rian suka minum-minuman keras, suka pulang ke
rumah dengan keadaan mabuk.
Rian dulunya adalah anak yang baik, tapi semenjak kuliah Rian mengalami perubahan
akan sikap dan perilakunya, itu dikarenakan Rian bergaul dengan teman yang salah. Bahkan dulu
badan rian bersih tanpa setitikpun tato ditubuhnya, tapi sekarang cukup banyak tato yang
menghiasi tubuhnya.
Pada suatu hari Rian sakit dan mengeluh banhwa ia demam hingga mengigil, muncul
ruam dikulit, muntaah-muntah, nyeri pada sendi dan otot, sakit kepala, sakit perut, sakit
tenggorokan dan sariawan. Semejak orangtua Rian melihat keadaan Rian semakin parah mereka
membawa Rian ke Rumah Sakit untuk memeriksakan keadaan Rian.
Singkat cerita, Rian dan orangtuanya sudah tiba di RS untuk memeriksa keadaan Rian.

Dirumah sakit
D : “selamat pagi, bagaimana kabarnya?
K : “iya selamat pagi dok, kurang sehat saya dok. Kalau sehat saya tidak kesini dok heheh”
D : “hehehe, kenapa rian? apa yang sedang dirasakan?”
L : “ini dok, anak saya sudah 3hari ini dia demam tinggi terus menggigil juga”
D : “ada keluhan lain selain ini”
K : “saya sering sakit perut, kepala saya juga sakit, ada ruam juga dikulit, terus badan saya
nyeri-nyeri sama ngilu gitu”
D : “ya udah yu mari saya periksa”
(melakukan pemeriksaan)
D : “untungnya ruamnya tidak separah yang saya kira”
L : “terus anak saya kenapa dok?”
D : “sebelumnya mohon maaf pak bu, kalau boleh tau sejak kapan ya Rian memakai tato
ditubuhnya?”
K : “sekitar 3tahun lalu dok
D : “ooohhh, yang saya curigai Rian mengalami gejala HIV bu”
K : “gak mungkin lah dok, saya gak pernah ngapa-ngapain, walaupun saya nakal tapi saya
gak main perempuan, saya gak pernah sampai sejauh sana” (tidak terima dengan apa yang
dikatakan dokter)
D : “gini nak Rian, HIV itu bisa disebabkan oleh beberapa hal, kamu gak main perempuan
bukan berarti kamu bebas dari HIV, bisa jadi kamu terinfeksi virus HIV lewat alat-alat
pemasangan tato”
L : “terus kita harus bagaimana dok?”
D : “nah sebelumnya bapak ibu dan Rian sudah tau belum apa itu HIV? Apa itu penyebab
yang bisa menyebabkan HIV/AIDS?
K : “yang saya tahu HIV itu penyakit yang disebabkan oleh sex bebas”
D : “nah itu juga benar, HIV itu virus yang menyerang secara bertahap dan menyerang
system kekebalan tubuh dan berkembang menjadi AIDS, nah kalau AIDS itu berbeda dengan
HIV. AIDS itu kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
didapat, jadi dia akan menyerang saat kekebalan tubuh kita menurun. Untuk mengetahui lebih
lanjut kita akan melakukan tes”
L : “tes aja dok gapapa”
D : “sebelumnya kalian tahu keuntungan dan kerugian tes HIV itu apa?”
L : “tidak tahu dok”
D : “nah keuntungan tes HIV itu sederhana dan cepat, dan memberikan kita kendali atas
kesehatan diri sendiri. Bila hasil tes HIV positif kita bisa segera mengakses pengobatan Anti
Retri Viral (ARV) yang harus diminum setaip hari untuk menekan perkembangan virus HIV
dalam tubuh. Dengan mengetahui status HIV, kita bisa membantu menghentikan AIDS”
L : “ooohhhh,, kalau kerugiannya apa dok?”
D : “jika kamu mengetahui hasilnya dan tidak sesuai dengan harapan kamu itu bisa
memperburuk kondisi kesehatan dan mental kamu”
K : “lakukan tes saja dok, apapun hasilnya saya akan menerimanya”
D : “kalau begitu untuk memastikan apakah Rian positif HIV atau tidak kita bisa melakukan
tes, takutnya ini hanya dugaan saya saja”
L : “tesnya itu seperti apa dok?
D : “nah tes HIV itu ada beberapa metode bu, ada elisa test, westeren blood, da nada rapid
test HIV”
K : “terus saya mau tes pake metode apa dok?”
D : “nah disini saya menyarankan untuk Rapid test HIV aja, kenapa saya menyarankan
Rapid Test? Karena metode ini digunakan untuk penapisan atau screening awal, sehingga dapat
dilakukan deteksi dini”
L : “selain itu apa kelebihan lainnya dari metode ini dok? Soalnya saya mau yang terbaik
untuk anak saya”
D : “kelebihan dari metode ini yaitu kita bisa mengetahui hasilnya dengan cepat pak bu,
sekitar 20 menit hasilnya keluar”
L : “ ya udah dok lakukan saja”
D : “ sebelum kita melakukan tes ada beberapa hal yang harus bapak dan ibu setujui, nanti
lebih lanjutnya akan dijelaskan oleh perawat Dina ya pak bu”
K : “dok sebelumnya saya ingin bertanya”
D : “iya silahkan”
K : “ apakah HIV ini bisa disembuhkan?”
D : “untuk secara total sembuh tidak bisa karena sampai saat ini belum ada obat yang bisa
menyembuhkan HIV/AIDS”
K : “kalau saya positif HIV, saya harus bagaimana?”
D : “untuk sekarang ini sudah ada terapi obat ARP oabatnya artireportiral yang mana obat
ini dapat menekan perkembangbiakan dari virus HIV”
K : “kalau memang itu yang terbaik saya akan lakukan terapi obat ARP”
D : “sebelum kita mulai tes saya juga ingin bertanya”
K : “iya kenapa dok?”
D : “jika hasilnya positif apakah bersedia memberitahukan keluarga anda?”
K : “bersedia dok, bagaimanapun kondisi saya mereka harus tahu, karena mereka yang akan
merawat dan mensupport saya”

(perawat Dina menjelaskan prosedur yang akan dilakukan)


Diruangan test
P : “selamat siang, bagaimana kondisinya sudah membaik?
K : “siang sus, masih lemes gak enak badan”
P : “nanti kalau sudah diberikan obat akan membaik kok. Oh iya disini saya akan
melakukan tes HIV menggunakan metode rapid tes, sebelumnya sudah dijelakan oleh dokter kan
soal metode rapid test ini?”
K : “iya sus udah”
P : “untuk melakukan rapid test ini saya membutuhkan sedit darah, nanti saya ambil sedikit
darah dari ujung jarinya ya”
K : “iya sus, nurut aja saya mah”
P : “maaf yah, enggak akan sakit kok, kaya digigit semut aja” (mengambil darah dari ujung
jari pasien)
P : “baik, sudah selesai yah, nanti hasilnya akan keluar sekitar 20 – 40 menit. Kalau
hasilnya sudah keluar nanti saya panggil lagi”
K : “iya sus, terimakasih”
P : “iya sama-sama”

30 menit kemudian (diruangan Dokter)


D : “selamat siang, gimana tadi tesnya?”
K : “gak gimana-gimana dok, sebentar tesnya”
D : “kan udah saya bilang, tesnya simple kan?”
K : “hehehe iya dok”
D : “saya sudah menerima hasil tesnya. Apapun nanti hasilnya saya harap tn. Rian dan
keluarga bisa menerimanya”
(hening)
D : “setelah saya baca hasilnya Tn. Rian positif HIV”
K : (hening. Tidak percaya dengan hasilnya)”
D : “saya paham ini berat untuk Tn. Rian, saya yakin kamu bisa melewati ini. Mau saya
jelaskan hasil tesnya?”
K : (setengah sadar) “coba dok jelaskan hasilnya”
D : (menjelaskan hasil tes)
K : (masih terlihat sedih)
D : “ayok semangat dong, kita berjuang bareng-bareng, kana da keluarga tn. Rian juga yang
selalu mendukung, yang selalu disamping tn. Rian”
K : “saya masih gak percaya aja dok kalau saya kena HIV”
D : “jangan putus semangat Rian kita akan melakukan yang terbaik untuk melawan
penyakit tn. Rian asal tn. Rian juga semangat”
K : “iya dok”
D : “setelah ini kita akan melakukan konseling lanjutan, sekitar 3hari kamu dating ke sini
lagi kita akan lakukan kinseling lanjutan”

3 Hari kemudian, diruangan Dokter

D : “selamat pagi, kita bertemu lagi”


K : “iya pagi juga dok”
D : “gimana kabarnya hari ini? Apa jauh lebih baik?”
K : “jauh lebih baik dari kemarin dok”
D : “hari ini datang sama siapa?”
K : “saya datang sendiri dok”
D : “ooh iya tidak apa-apa. Jadi sekarang keadaannya jauh lebih baik ya?”
K : “ iya dok jauh lebih baik”
D : “ok kalau gitu, kamu harus tetap minum obat secara rutin dan teratur ya, jangan sampai
kelupaan minum obat “
K : “baik dok”
D : “bagaimana keluarga sudah tau tentang kondisi kamu?”
K : “sudah tahu dok, mereka juga menerima kondisi saya saat ini”
D : “nah bagus, jadi kamu gak sendirian mengahdapi kondisi kamu, masih ada keluarga
kamu yang mensupport kamu”
K :iya dok saya beruntung punya keluarga seperti mereka”
(melanjutkan konseling lanjutan)

Keterangan :
D = Dokter
P = Perawat
K = Pasien / Klien
L = Keluarga Pasien

Anda mungkin juga menyukai