Anda di halaman 1dari 2

Nurmahmudi Ismail

14819918

1. Mana yang lebih baik Sistem Pemilu secara langsung atau sistem pemilu secara


tidak langsung ? 
Tidak langsung karena sistem pemilihan langsung ini membutuhkan proses panjang
dan anggaran yang tak sedikit.Maraknya politik uang, juga menjadi salah satu
kelemahan mekanisme Pilkada langsung saat ini.

2. Mana menurut pendapat  Sdr/i  apakah anggota DPR , melakukan oposisi atau


melakukan pengawasan ?
Oposisi karena kekuatan oposisi sangatlah penting. Keberadaannya dibutuhkan untuk
melakukan kontrol dan pengawasan terhadap pemerintah sehingga kemungkinan
munculnya sikap kesewenangan, penguasa bisa diminimalkan dan juga agar fungsi
pengawasan lembaga legislatif bisa benar-benar berjalan sesuai harapan.
3. Manurut pandapat Sdr/i bila anggota DPR menyelesai kan masalah apakah dengan
melalui "voting" atau musyawarah mufakat ? Tuliskan alasanmu 1

Musyawarah mufakatlah yang harus dikedepankan. Namun begitu, sistem


voting tidak berarti adalah sistem yang buruk dan dapat kita salahkan. Memang sistem
voting bukan ciri dari demokrasi Pancasila, namun dalam kasus tertentu digunakan
cara voting. Namun voting yang digunakan juga harus merujuk pada nilai-nilai
demokrasi Pancasila tanpa mengurangi esensi kedaulatan rakyat. Dengan begitu,
dapat disimpulkan bahwa cara musyawarah mufakat haruslah menjadi langkah
pertama dalam pengambilan keputusan. Jika sudah tidak ada pilihan lain dan
kemufakatan tidak tercapai, maka upaya voting dapat digunakan sebagai alternatif
pengambilan keputusan dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Demokrasi
Pancasila.
4. Beri satu contoh masalah atau kasus yang timbul akibat pelaksanaan demokrasi Pancasila

Pemilihan umum di Indonesia merupakan arena pertarungan aktor-aktor yang haus


akan popularitas dan kekuasaan. Sebagian besar petinggi pemerintahan di Indonesia adalah
orang-orang yang sangat pandai mengumbar janji untuk memikat hati rakyat. Menjelang
pemilihan umum, mereka akan mengucapkan berbagai janji mengenai tindakan-tindakan
yang akan mereka lakukan apabila terpilih dalam pemilu, mereka berjanji untuk
mensejahterakan rakyat, meringankan biaya pendidikan dan kesehatan, mengupayakan
lapangan pekerjaan bagi rakyat, dan sebagainya.Tidak hanya janji-janji yang mereka gunakan
untuk mencari popularitas di kalangan rakyat melalui tindakan money politics.

Perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak bermoral dan melanggar etika
politik. Hak pilih yang merupakan hak asasi manusia tidak bisa dipaksakan oleh orang lain,
namun melalui money politics secara tidak langsung mereka mempengaruhi seseorang
dalam penggunaan hak pilihnya. Selain itu, perbuatan para calon petinggi pemerintahan
tersebut juga melanggar prinsip pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Tindakan mempengaruhi hak pilih seseorang merupakan perbuatan yang tidak jujur, karena
jika rakyat yang dipengaruhi tersebut mau memilihnya pun hanya atas dasar penilaian yang
subyektif, tanpa memandang kemampuan yang dimiliki oleh calon tersebut. Tindakan ini
juga merupakan persaingan yang tidak sehat dan tidak adil bagi calon lain yang menjadi
pesaingnya.

Apabila calon petinggi pemerintahan yang sejak awal sudah melakukan persaingan
tidak sehat tersebut berhasil menduduki jabatan pemerintahan, tentu sangat diragukan
apakah ia dapat menjalankan pemerintahan yang bersih atau tidak. Terbukti dengan begitu
banyaknya petinggi pemerintahan di Indonesia saat ini, khususnya mereka yang duduk di
kursi DPR sebagai wakil rakyat, yang terlibat kasus korupsi. Ini adalah buah dari kecurangan
yang mereka lakukan melalui money politics dimana mereka sudah mengaluarkan begitu
banyak dana demi membeli suara rakyat, sehingga ketika mereka berkuasa mereka akan
cenderung memanfaatkan kekuasaannya yang antara lain bertujuan untuk mengembalikan
uang yang telah mereka keluarkan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai