Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL

DENGAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PROSES REHABILITASI

Studi di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeroyo Magelang Jawa Tengah

Oleh: Sugiyanto

Staf Pengajar Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta

Abstraction

Research entitle sosial worker communications strategy with patient of Skizofrenia in


course of rehabilitating to trace question on how communications strategy all sosial worker in
course of rehabilitating to client at home Psychopath of Dr. Soeroyo Magelang Central Java.

Research aim to know various applied communications strategy all sosial workers at home
psychopath in course of rehabilitating, and knowing reaction of patient and also affect in each
selected by strategy is sosial worker and also know Sosial Worker resistances in communicating to
client.

Process research by using method qualitative with case study locus, result of research
show all ill sosial worker at home Dr. Soeroyo in communicating with patient at the time of process
rehabilitate to use strategy fight against, going with the tide, persuasif, forcing, incognito,
communications by bringing fact, and backward communications

Keyword : strategy, communications, sosial worker, rehabilitate.

Abstrak

Penelitian berjudul strategi komunikasi pekerja sosial dengan pasien skizofrenia dalam
proses rehabilitasi melacak pertanyaan bagaimana strategi komunikasi para pekerja sosial dalam
proses rehabilitasi terhadap klien di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeroyo Magelang Jawa Tengah.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui berbagai strategi komunikasi yang diterapkan para
pekerja sosial di rumah sakit jiwa dalam proses rehabilitasi, dan mengetahui reaksi pasien serta
dampak pada setiap strategi yang dipilih pekerja sosial serta mengetahui hambatan-hambatan
pekerja sosial dalam berkomunikasi terhadap klien.

Proses penelitian dengan mengunakan metode kualitatif dengan lokus studi kasus, hasil
penelitian menunjukan para pekerja sosial di rumah sakit Dr. Soeroyo dalam berkomunikasi
dengan pasien pada saat proses rehabilitasi mengunakan startegi melawan, mengekor, persuasif,
memaksa, menyamar, komunikasi dengan membawa fakta, dan komunikasi mundur.

Kata kunci: strategi, komunikasi, pekerja sosial, rehabilitasi.

30
A. Latar belakang menjadi misteri para ahli, oleh sebab itu
skizofrenia sampai saat ini terus menerus
Skizofrenia adalah gangguan mental menjadi kajian menarik dan tidak henti-
yang sangat berat, gejala skizofrenia tampak hentinya memunculkan penelitian dari
dalam perilaku seperti pembicaraan yang berbagai disiplin ilmu yang ada. Hasil
kacau, halusinasi, delusi, gangguan kognitif penelitian tersebut dijelaskan bahwa usaha
dan persepsi. Menurut Gabbard (1994) untuk memahami dan mengatasi skizofrenia
penderita skizofrenia cenderung mengalami dari cara ilmiah, yang bersifat coba-coba
gangguan komunikasi, minat komunikasi hingga yang berbahau tahayul telah
menurun dan gangguan relasi personal, dilakukan banyak orang, tetapi hasilnya
akibatnya penderita skizofrenia mengalami sampai saat ini belum ditemukan cara yang
fungsi ketidakmampuan dalam menjalani efektif untuk mengatasi skizofrenia.
hidupnya. Pendapat senada ditegaskan Iman
Merujuk pada masing-masing profesi
Setiadi (2006:3), bahwa penderita skizofrenia
di atas dalam rangka proses pertolongan
sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris
untuk penyembuhan dan atau mencegah
terputus relasinya dengan orang lain.
kekambuhan penderita atas penyakit tertentu
Skizofrenia tidak hanya menimbulkan maka mereka bekerja secara profesional.
rasa cemas dan penderitaan bagi individu Dari berbagai profesi tersebut penelitian ini
penderitanya, tetapi juga bagi orang-orang akan membidik salah satu profesi, yaitu
terdekat terutama keluarganya dan profesi pekerjaan sosial dalam proses
masyarakat di lingkungan sekitar juga pertolongan terhadap klien di sebuah rumah
menerima resiko atas penderita tersebut. sakit jiwa.

Upaya penyembuhan skizofrenia tidak Masing-masing profesi di rumah sakit


dapat diselesaikan dengan satu bidang jiwa memiliki fungsi yang berbeda-beda dan
keahlian atau profesi, tetapi upaya bekerja pada tahapan-tahapan yang berbeda.
penyembuhan atau mencegah kekambuhan Karena bidikan dalam penelitian ini pekerjaan
memerlukan berbagai disiplin keahlian, sosial maka sesuai dengan profesi dan
diantaranya dokter ahli jiwa, psikolog, peranya pekerja sosial di rumah sakit
psikiatri, perawat jiwa, ahli gizi, rohaniawan berfungsi dan bertanggungjawab atas
dan tidak kalah pentingnya peran pekerja pengkondisian keberfungsian sosial setiap
sosial. klien terhadap diri klien, keluarga dan
masyarakat, oleh sebab itu pekerja sosial
Hasil penelitian Neale, Davison dan
bekerja bersama klien dan profesi lain
Haaga (1996) dan Foucault (2002) bahwa
dengan fokus rehabilitasi sosialnya.
skizofrenia telah hadir dalam sejarah
manusia sejak jaman purba namun tetap

31
Pekerja sosial adalah orang yang yang syarat nilai, karena kata sosial dalam
memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan konteks ini merujuk pada kehidupan manusia
tertentu layaknya profesi lain yang memiliki yang tidak dapat dipisahkan dari values yang
hak dan kewenangan atas pengetahuan dan permanen dalam setiap pergaulan.
keterampilan tersebut. Skidmore and
Ada alasan mendasar mengapa
Thackeray (1998:8), mendifinisikan
fungsi pekerja sosial menjadi fokus dalam
Pekerjaan Sosial sebagai suatu bidang
penelitian ini, sebab di dalam perkembangan
keahlian yang memiliki kewenangan untuk
ilmu pekerjaan sosial ada pergeseran
melaksanakan berbagai upaya guna
pendekatan dan kajian, dari pendekatan dan
meningkatkan kemampuan orang dalam
kajian mikro, mezo dan makro saat ini
melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya melalui
cenderung berkembang pada kajian
proses interaksi, agar orang dapat
Pekerjaan Sosial dengan konsentrasi yang
menyesuaikan diri dengan situasi
lebih fokus dan locus. Beberapa contoh
kehidupannya secara memuaskan. Menurut
kajian Pekerjaan Sosial yang saat ini
Wibhawa, dkk (2010:42) pekerja sosial
dikembangkan diantaranya Pekerja Sosial
adalah orang memiliki kewenangan keahlian
Anak, Pekerja Sosial Urban, Pekerja Sosial
dalam menyelenggarakan berbagai
Bencana, Pekerja Sosial Geriatri, Pekerja
pelayanan sosial. Sehingga pekerja sosial
Sosial Skizofrenia, dll. Dalam dunia
memiliki kekhasan yang terletak pada
perkembangan ilmu Pekerjaan Sosial bahwa
pemahamanan dan keterampilan dalam
semua masalah sosial yang dihadapi
memanipulasikan perilaku manusia sebagai
manusia pada dasarnya harus diselesaikan
makhluk sosial. Dalam kontek pekerjaan
dengan multi pendekatan (mikro, mezo dan
sosial manipulasi bukan sebagai konotasi
makro), sebagai contoh dari hasil multi
negatif seperti manipulasi uang/korupsi,
pendekatan lahirlah model penanganan
manipulasi sembakau/penimbunan, tetapi
masalah sosial berbasis masyarakat atau
manipulasi dalam kontek praktek Pekerjaan
dikenal dengan istilah rehabilitasi berbasis
Sosial maka manipulasi tingkah laku
masyarakat (RBM). Agar lebih efektif maka
manusia, berarti mengubah perilaku manusia
penanganan masalah skizofrenia yang
dalam kerangka tujuan praktek pekerjaan
menjadi sasaran garapan tidak saja penderita
sosial itu sendiri yaitu membantu klien untuk
tetapi minimal ada tiga sasaran yaitu
meningkatkan keberfungsian sosialnya.
penderita, keluarga dan masyarakat sekitar
Satu hal yang perlu digarisbawahi dimana penderita skizofrenia bertempat
bahwa bidang garapan praktek Pekerjaan tinggal, dan akan lebih luas lagi jangkauan
Sosial adalah aspek sosial dari kehidupan masyarakat sekitar adalah stakeholder yang
manusia, sebagai konsekuensi logisnya. terdiri, pengurus rukun tetangga, tokoh
Pekerjaan Sosial menjadi sebuah profesi

32
masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pemerintah / masyarakat / pemerhati / polisi,
dan lain sebagainya. dll masuk ke instalansi gawat darurat (IGD),
pada tahap ini klien diperiksa oleh tim medis
Mengingat berbagai variantnya
dan hasilnya jika tim medis merekomendasi
skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit
rawat jalan berarti klien kembali pulang, tetapi
Jiwa, maka para Pekerja Sosial di Rumah
jika rekomendasi tim medis rawat inap maka
Sakit Jiwa harus memiliki keterampilan
klien masuk tahap unit perawatan intensif
berkomunikasi dan mampu berkomunikasi
(UPI), dari UPI klien masuk tahap rawat inap
sesuai dengan tingkat penderitanya, sebab
di bangsal, dan tahap ini klien mulai
kemampuan komunikasi para Pekerja Sosial
mendapat perawatan ganda (medis dan
merupakan salah satu indikator
rehabilitasi sosial). Di unit rehabilitasi klien
keprofesionalisme para pekerja sosial.
akan mengikuti seleksi oleh psikolog untuk
Alur atau kerangka berfikir dalam menentukan jenis latihan kerja, penempatan
penelitian ini ada dua fokus, fokus pertama dan pengawasan.
mengambarkan alur klien masuk ke Rumah
Diagram 2 ditunjukan alur berfikir
Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang
strategi-strategi komunikasi yang dipilih oleh
sampai keluar/meninggalkan Rumah Sakit
pekerja sosial dalam proses rehabilitasi
Jiwa karena proses penyembuhan dan
kepada klien. Strategi komunikasi akan
rehabilitasi telah dinyatakan tuntas oleh tim
terlihat pada setiap tahapan diantaranya
medis dan tim rehabilitasi digambarkan pada
tahap persiapan yang terdiri dari resosialisasi
diagram 1. Secara ringkas bahwa klien
dan latihan kerja, tahap penempatan dan
masuk RSJ diantar keluarga / petugas
tahap pengawasan.

33
Diagram 1

Bagan klien/pasien masuk RSJ sampai pulang

Sedang kerangka pikir penelitian sosial sesuai dengan tahapan pasien masuk
strategi komunikasi pekerja sosial dalam RSJ dan dokter memutuskan pasien harus
proses rehabilitasi secara singkat di jelaskan rawat inap, maka start keterlibatan pekerja
pada diagram nomor 2. Diagram ini sosial dimulai sejak perjalanan pasien pada
mengambarkan secara singkat model-model tahap rehabilitasi, pengawasan, penempatan
komunikasi yang harus dipilih para pekerja dan mempersiapkan diri kepulangan pasien.

34
Diagram 2. Strategi komunikasi

guna dapat dipelajari dan disebarluaskan

B. Rumusan Masalah dan Tujuan sebagai pembanding dan referensi penelitian


Penelitian sejenis, serta bagi rumah sakit hasil
penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi
Penelitian ini melacak pertanyaan dalam proses rehabilitasi yang terkait dengan
penelitian ”bagaimana strategi komunikasi profesi pekerja sosial.
Pekerja Sosial dalam proses rehablitasi
Atas itu penelitian ini diharapkan
terhadap klien di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
dapat memberi manfaat bagi rumah sakit,
Soeroyo Magelang Jawa Tengah?” dan
khususnya pelayanan rehabilitasi, pasien dan
tujuan penelitian ingin mengetahui: a).
keluarganya serta memberikan kontribusi
berbagai strategi komunikassi yang
bagi pengetahuan dan penelitian lain yang
diterapkan para pekerja sosial di Rumah
relevan.
Sakit Jiwa dalam proses rehablitasi, b).
mengetahui reaksi pasien dan dampak pada
setiap strategi yang dipilih pekerja sosial dan,
c). mengetahui hambatan-hambatan pekerja C. Metode Penelitian

sosial dalam berkomunikasi terhadap klien.


Selama berproses dari pra observasi
Selanjutnya penelitian ini diharapkan
sampai menyusun laporan penelitian, peneliti
bermanfaat dalam pengembangan ilmu
membutuh waktu kurang lebih enam bulan.
pengetahuan kususnya strategi komunikasi
Subyek penelitian ini adalah para pekerja
para pekerja sosial yang efektif dan tepat

35
sosial rumah sakit jiwa dan untuk sedang yang didokumen/ditulis yang semua
kepentingan triangulasi peneliti melibatkan diucapkan dan dilakukan/dijalankan oleh
karyawan non pekerja sosial yang ditugaskan responden. Oleh karena itu peneliti tidak
di bagian rehabilitasi sosial, klien dan berani mengatakan general/umum karena
keluarga klien. berlaku kasuistik, yaitu khusus di RSJ Prof.
dr. Soeroyo Magelang Jawa Tengah
Dalam perjalanan penelitian peneliti
menetapkan jenis penelitian yang diterapkan Creswel (1989) mengajarkan salah
adalah diskriptif kualitatif, karakteristik satu cara mengambil posisi dalam tradisi
kualitatif dalam ”Research Design” penelitian kualitatif adalah terminologi studi
mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu: kasus (case study) sebagai sebuah jenis
biografi, fenomenologi, grounded theory penelitian. Studi kasus diartikan sebagai
study, etnografi dan studi kasus. Salah satu metode atau strategi dalam penelitian untuk
tradisi yang akan dikaji dalam penelitian ini mengungkap kasus tertentu. Creswell
adalah studi kasus. Berdasarkan tahapan- menjelaskan kedudukan penelitian kualitatif
tahapan yang dilakukan peneliti melalui pada jenis studi kasus adalah spesifikasi
kajian filsafat dan terminology maka dalam kasus dalam suatu kejadian baik itu yang
penelitian ini peneliti menetapkan metode mencakup individu, kelompok budaya
kualitatif sebagai alat analisis, sehingga ataupun suatu potret kehidupan.
penelitian ini tidak melakukan testing teori
Berdasarkan paparan di atas, dapat
dan atau menguji teori, tetapi menempatkan
diungkapkan bahwa studi kasus adalah
teori sebagai guidance agar teori tidak
sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang
mengkontaminasi peneliti.
terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus”
Dalam penelitian ini data dikumpulan yang dari waktu ke waktu melalui
dengan cara observasi, interview, studi pengumpulan data yang mendalam serta
dokumentasi dan forum group discussion melibatkan berbagai sumber informasi yang
(FGD), data yang diperoleh dilakukan analisis “kaya” atas itu studi kasus diikat dalam
dan triangulasi untuk memperoleh data yang konteks sebuah “sistem terikat” yaitu diikat
valid. Kredibilitas sangat akurat sebab oleh waktu dan tempat sedangkan kasus
responden yang dipilih adalah pekerja sosial dapat dikaji dari suatu program, peristiwa,
yang terlibat langsung dalam proses aktivitas atau suatu individu.
rehabilitasi, atas itu penafsiran fenomena
Stake (1995) menyatakan bahwa
bukan peneliti tetapi yang menasirkan adalah
suatu studi kasus memerlukan verifikasi yang
responden/pekerja sosial, tugas peneliti
ekstensif melalui triangulasi dan member
hanyalah memformulasikan atas pernyataan
chek. Stake menyarankan triangulasi
responden, selanjutnya peneliti mendokumen
informasi yaitu mencari pemusatan informasi
seluruh penafsiran responden/pekerja sosial

36
yang berhubungan secara langsung pada jiwa terpadu dan komprehensif; 2).
“kondisi data” dalam mengembangkan suatu Melaksanakan pendidikan dan penelitian
studi kasus. Triangulasi membantu peneliti kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif; 3).
untuk memeriksa keabsahan data melalui Mengembangkan pelayanan berdasarkan
pengecekan dan pembandingan terhadap mutu dan profesionalisme; 4). Menjadi model
data. pelayanan, pendidikan, dan penelitian di
bidang kesehatan jiwa yang terpadu dan
komprehensif melalui pendekatan seni
D. Hasil dan Pembahasan budaya; 5). Melaksanakan tata kelola rumah
sakit yang baik (Good Corporate
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr. Governance)
Soeroyo berada di Kabupaten Magelang
Arah pengembangan rumah sakit:
Propinsi Jawa Tengah, nama Soeroyo
melaksanakan pelayanan kesehatan yang
diambil dari nama seorang dokter jiwa
mandiri dalam rangka mencapai masyarakat
pribumi dan beliau orang pertama kali yang
sehat, mandiri melalui upaya kesehatan jiwa
menjadi direktur rumah sakit tersebut. RSJ
paripurna: promotif, preventif, kuratif dan
Prof. Dr. Soeroyo di bangun pada masa
rehabilitatif untuk meningkatkan kualitas dan
penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun
produktivitas hidup manusia. Rumah Sakit
1916, oleh Scholtens dalam program
Jiwa Prof Dr. Soeroyo Magelang memiliki
”Krankzinnige Ngesticht” yang artinya Rumah
sarana prasarana sebagai berikut: Gedung
Sakit Jiwa. Pada saat pembangunan awal
IGD, Gedung Poliklinik Terpadu, Gedung
telah dikonsep dengan dengan kapasitas
Perawatan Jiwa, Napza dan Umum (bedah,
1400 tempat tidur. Luas tanah yang dimiliki
Obsgin, dll), Peralatan penunjang
pada saat awal pembangunan 829.750 m2.
(laboratorium, Fisioterapi, Gigi, Rontgen),
Pada tahun 1923 ”Krankzinnige Kramat”
Instalansi Apotik, Ambulance, Gedung Diklat,
resmi digunakan mulai bulan September dan
asrama, IPAL, Genset, Mesin Cuci,
oleh karena itu setiap bulan September
pengering, setrika, Instalasi gizi, Sarana olah
diperingati sebagai Hari Ulang Tahun RSJ.
raga (lapangan tenis, bulu tangkis, tenis
Prof. Dr. Soeroyo Magelang.
meja, dll), Sarana untuk kesenian, Sarana
RSJ Prof Dr. Soeroyo Magelang pada ibadah (masjid dan musholla).
saat diteliti memiliki visi “Menjadi Pusat
Bentuk-bentuk layanan yang dimiliki
Unggulan Pelayanan dan Pendidikan
RSJ Prof Dr. Soeroyo antara lain: a).
Kesehatan Jiwa Secara Holistik ditingkat
Pelayanan medis terdiri dari Pelayanan rawat
Nasional 2015 dan ASEAN 2018”, visi
jalan Poliklinik spesialis jiwa, kesehatan jiwa
tersebut dijabarkan dalam misi: 1).
anak dan remaja, gigi, anak, Obsgin, syaraf,
Melaksanakan pelayanan prima kesehatan
Bedah, Penyakit dalam, Poliklinik Umum:

37
Poliklinik Psikologi dan Rawat Inap Jiwa dan masuk rehabilitasi oleh psikolog, 5). Masuk
Umum; b). Pelayanan Penunjang, meliputi: Unit Rehabilitasi kurang lebih 40 hari, sangat
Laboratorium klinik, Farmasi, Dapur/Gizi, tergantung kondisi klien, 6). Seleksi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, berdasarkan minat bakat dan pengalaman
Elektromedik/Fisioterapi dan Rontgen untuk menentukan jenis rehabilitasi yang
dipilih untuk penempatan.

Unit rehabilitasi RSJ Prof. Dr. Soeroyo


Gambaran Umum Unit Rehabilitasi
Magelang secara rutin melaksanakan fungsi
Berbagai jenis penderita gangguan rehabilitasi setiap hari mulai pukul 08.00 -
jiwa yang ada di RSJ Prof. dr Soeroyo 11.30, kecuali rehabilitasi untuk penanganan
Magelang antara lain Delusi/waham, khusus dan ada agenda khusus maka waktu
Halusinasi, Disorganized speech, pelaksanaan rehabilitasi dapat ditambah,
Disorganized behavior dan Simtom-simtom sesuai dengan kebutuhan. Dalam
negatif. Dalam proses rehabilitasi jenis pelaksanaan rehabilitasi proses kegiatan
gangguan ini tidak dipermasalahkan sebab rehabilitan di pisah berdasarkan jenis
semua klien yang sudah mengikuti aktivitas di kelamin. Dari pemisahan jenis kelamin
rehabilitasi semua dianggap telah memiliki selanjutnya dipisah lagi berdasarkan minat
dasar rehab yang sama. Untuk itu proses rehabilitannya.
yang dilakukan para pekerja sosial tidak
Untuk pelaksanaan rehabilitasi
dibedakan berdasarkan cluster jenis
pekerja sosial akan mendampingi rehabilitan
gangguan. Sumber yang sama menyebutkan
sesuai dengan skill masing-masing dengan
salah satu bentuk gangguan psikosis
menggunakan setting, media dan fasilitas
ditambah dengan kreteria lain seperti jangka
yang tersedia di RSJ. Prof. dr. Soeroyo
waktu dan konsekuensi.
Magelang diantaranya: fasilitas lapangan
Seorang rehabilitan dengan sebutan (bola volly, lapangan sepak bola dan tenis
lain klien atau pasien masuk ke dalam unit meja), fasilitas kesenian (gamelan, wayang
rehabiltasi setelah melalui prosedur atau jalur kulit, alat musik band, dll), alat kerja
sebagai berikut : 1). Pasien datang ke RSJ pendukung seperti mesin jahit, alat
Prof. Dr. Soeroyo diantar oleh keluarga/Dinas pertukangan, alat memasak, alat pertanian,
Sosial/rujukan dari intansi lain/masyarakat alat bengkel dan las, serta alat permainan
/dll. Masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), psikotest. Atas itu tempat pelaksanaan
mendapat tindakan dari tim medis (dokter rehabilitasi dapat bervariasi seperti di sawah
dan perawat), 2). Unit Perawatan Intensif dan kebun, di musholla, di dapur, di kolam
(UPI) lebih kurang 3 hari, 3). Unit Bangsal ikan, di lapangan, di dalam ruang bermain
tenang, satu sampai dua minggu (sangat serta kadang kala di ajak keluar rumah sakit.
tergantung dari kondisi klien), 4). Seleksi

38
1. Sumber Daya Manusia pengetahuan tentang pekerjaan sosial
Sumberdaya manusia (SDM) di unit khusus bidang pekerjaan sosial rehablitasi.
rehabilitasi ada 32 orang dengan kapasitas
2. Model- Model Rehabilitasi
pendidikan yang berbeda-beda, secara
Klien dengan jenis gangguan Delusi,
lengkap data dapat dilihat pada tabel 1.
Halusinasi, Disorganized speech,
Disorganized behavior dan Simtom-simtom

Tabel 1. Data SDM Unit Rehabilitasi berdasarkan negatif semua akan mengikuti proses
Pendidikan rehabilitasi di unit rehabilitasi RSJ Prof. Dr.

No Jenis Pendidikan Jumlah Soeroyo. Model-model rehabilitasi yang


dikembangkan di RSJ Prof. Dr. Soeroyo
1 SMP/sederajat 2 orang
Magelang ada dua jenis yaitu: 1).
2 SMA 7 orang
Resosialisasi, aktivitas sosioterapi
3 SMPS Pekerjaan Sosial 4 orang merupakan proses mengembalikan fungsi-

4 SMK non Pekerja sosial 12 orang fungsi sosial klien, agar mampu berorientasi
terhadap dirinya sendiri, orientasi terhadap
4 Sarjana Psikologi 2 orang
orang lain, orientasi terhadap waktu dan
5 Sarjana Pekerja 3 orang
orientasi tempat secara wajar dan dapat
Sosial/sosiatri
menyesuaikan diri kembali terhadap tuntutan
6 Sarjana Keperawatan 2 orang
norma sosial di lingkungannya. Aktivitas
Sumber : Data primer 2011 sosioterapi dilakukan secara bersama-sama
atau bergantian dengan aktivitas lain dalam
Tabel 1 menunjukkan bahwa RSJ. Prof.
proses rehabilitasi. Tujuan sosioterapi: 1).
Dr. Soeroyo Magelang belum memiliki SDM
Mempercepat proses klien dalam
setingkat sarjana yang murni lulusan Ilmu
penyesuaian psikososial, 2). Meyakinkan
Kesejahteraan Sosial/Pekerjaaan Sosial, dan
pada diri klien maupun lingkungan bahwa
SDM di rehabilitasi didominasi lulusan SMA
mereka memiliki kemampuan, potensi yang
dan SMK non Pekerjaan Sosial. Namun
dapat dikembangkan, 3). Meningkatkan
demikian para pekerja di bagian rehabilitasi
harga diri klien sehingga, klien termotivasi
telah mendapat berbagai macam pelatihan
memperoleh derajat kehidupan yang layak.
yang berkenaan dengan ketugasan sebagai
pendamping klien dalam bidang pekerjaan Bentuk aktivitas resosialisasi di RSJ
sosial. Disisi lain mereka bekerja telah Prof Dr. Soeroyo Magelang antara lain: 1).
berpengalaman, namun demikian ada sisi Terapi musik, terapi sport/olahraga, terapi
lain yang belum tersentuh oleh para pekerja game/permainan, terapi religi, terapi lukis,
sosial karena keterbatasan teori dan terapi dance, 2). Pameran hasil karya dalam
aneka terapi di atas, seperti: pameran hasil
karya klien diantaranya pameran lukisan,

39
karya home industri, karya kerajinan, foto-foto konsentrasi, kemampuan, komunikasi, daya
kegiatan dll, 3). Pekan olah raga dan pekan ingat dan kemauan serta motivasi melalui
seni antar klien/rehabilitan, 4). Forum berbagai kegiatan yang sesuai dengan diri
komunikasi antar klien baik dalam satu pasien.
rumah sakit maupun dengan rumah sakit lain
Petugas terapi kerja di RSJ Prof dr.
dan pihak-pihak lain yang terkait, 5). Kegiatan
Soeroyo Magelang terdiri dari Pekerja Sosial,
sosialisasi di dalam rumah sakit, 6).
Perawat Jiwa dan Psikolog yang bekerja di
Penyuluhan keluarga/forum komunikasi
unit rehabilitasi dan telah memperoleh
antara keluarga pasien dan 7). Perpustakaan
pelatihan kursus tentang terapeutik, serta
pasien
dibantu petugas lain yang berpengalaman
Latihan kerja, dalam proses dan berminat. Catatan penting dalam terapi
rehabilitasi klien diajarkan latihan kerja, kerja adalah atas dasar rekomendasi tim
pelaksanaan antara klien putra dan putri medis/resep bukan paksaan, maka
dipisah sesuai dengan minatnya. Bentuk- kesediaan klien yang didasari oleh kesadaran
bentuk latihan kerja yang diajarkan antara sangat ditumbuhkembangkan, jika kesadaran
lain: 1). Pasien putri meliputi: membuat telur pasien rendah maka petugas berkewajiban
asin, membuat aneka kue/snack, menjahit, melakukan aktivitas membangkitkan
menyulam, dan membatik. 2). Pasien putera kesadaran atau memotivasi klien secara
diajarkan: perikanan, pertanian, pertukangan, individu/personal.
bengkel las, ternak, membuat batako,
Setelah klien mengikuti aktivitas
menjilid, mensablon, membuat permainan
resosialisasi dan latihan kerja maka pasien
anak, dll.
akan diketahui perkembangan sosial dan
Pelaksanaan terapi kerja rata-rata dua mental secara holistik, atas dasar hasil
sampai tiga minggu tergantung dari kondisi perkembangan tersebut pasien akan
klien. Tugas pokok pekerja sosial dalam melanjutkan aktivitas lain yang telah
pendampingan terapi kerja adalah ditetapkan oleh pihak rumah sakit secara
membangkitkan aktivitas positif klien melalui individu sebagai berikut: 1). Tahap
pekerjaan atau aktivitas lain seperti bermain, Persiapan, tahap ini merupakan serangkaian
rekreasi, kesenian, yang semuanya bersifat upaya untuk mempersiapkan klien agar
terapeutik. Kegunaan terapi kerja bagi selanjutnya dapat disalurkan ke dalam
pekerja sosial adalah sebagai media masyarakat (persiapan dikembalikan kepada
mengevaluasi perkembangan tingkah laku keluarga) melalui kegiatan seleksi, evaluasi
klien secara teratur dan kontinyu untuk dan uji kerja/work assessment. Aktivitas ini
mengetahui efek terapi yang diberikan. dilaksanakan oleh tim dari berbagai profesi
Makna terapeutik adalah terapis dapat seperti dokter, psikolog, pekerja sosial,
memulihkan/meningkatkan kembali daya okupasi terapi, perawat psikiatri, dan

40
pembimbing sosial. Materi yang diperlukan ketika klien dinyatakan sembuh/sehat berada
terdiri dari: hasil pemeriksaan dan pada keluarga/masyarakat, dalam tahap ini
pengobatan tim medis. Hasil pemeriksaan petugas RS (Pekerja Sosial) bersifat
psikolog, Hasil perkembangan dan tingkah monitoring perkembangan mantan klien,
laku pasien dalam perawatan, hasil evaluasi mengevaluasi sejauh mana dinamika
sosial dan hasil observasi dari akupasiterapi, keberfungsian sosial klien dan penerimaan
2). Tahap Penempatan, setelah klien masyarakat sekitar. Hal ini penting dilakukan
dipersiapkan melalui kegiatan seleksi, terapi oleh pihak RSJ Prof dr. Soeroyo Magelang,
dan latihan kerja, maka langkah selanjutnya mengingat pengalaman yang sudah dan
pihak rumah sakit membuat perencanaan sering terjadi adalah pasien keluar dari
penempatan ke dalam keluarga dan atau RSJ/penempatan kepada keluarga dalam
masyarakat. Penempatan tersebut dapat waktu singkat (1-4 minggu) pasien kembali
secara bebas atau penuh (dilindungi dan masuk RSJ kembali karena keluarga dan
dalam pengawasan), usaha penempatan lingkungan tidak mampu memperlakukan
sebagai tujuan akhir dari rehabilitasi yaitu pasien sesuai dengan kebutuhannya, situasi
mengembalikan klien keluarga dan ini yang membuat klien kambuh dan keluarga
masyarakat sebagai warga masyarakat yang merasa khawatir maka pasien dikirm kembali
mandiri dan berguna, 3). Tahap ke RSJ.
Pengawasan, pengawasan terhadap klien di
3. Informan
RSJ Prof dr. Soeroyo Magelang dilakukan
Subyek penelitian adalah unit
dalam tiga tahap. Ketiga tahap tersebut
rehabilitasi dengan obyek penelitian para
adalah sebagai berikut: a). Ketika klien
pekerja sosial, maka ada beberapa
masuk rumah sakit dalam kondisi proses di
kesamaan atau homogenitas dari informan.
bangsal/ dan belum dinyatakan boleh
Atas ini dari 32 subyek di unit rehabilitasi,
mengikuti proses rehabilitasi. Sebagai tahap
peneliti menetapkan informan yang
awal klien baru masuk di RSJ maka
berlatarbelakang pendidikan Pekerjaan
ditempatkan pada bangsal isolasi, di tempat
Sosial yang jenjang pendidikannya Sarjana,
ini waktu yang diperlukan berkisar satu
Diploma dan SMK, sebab menurut hemat
minggu, tetapi tergantung dari situasi mental
peneliti mereka dapat mewakili subyek yang
dan penyebab penderita klien, petugas
lain. Data informan dapat dilihat pada Tabel 2
evaluasi di bangsal ini adalah tim medis dan
psikiater, b). ketika klien mulai mengikuti
proses rehabilitasi, tahap ini sebagai tahap
penentu untuk melihat perkembangan atau
kemajuan keberfungsian sosial dan mental
sehingga perlu diawasi oleh psikolog, pekerja
sosial, pedamping sosial, petugas terapis, c).

41
Tabel 2. dan Simtom-simtom negatif”. Pernyataan
Data Informan
tersebut dilanjutkan dengan ”didalam proses
No Inisial Pendidikan P/L Masa Kerja rehabilitasi kami/pekerja sosial mengunakan
1 LS S-1 Sosiatri / P 29 tahun
Pekerjaan Sosial strategi komunikasi sebagai berikut: a).
2 HP S-1 Sosiatri / L 15 tahun Strategi melawan diterapkan kepada klien-
Pekerjaan Sosial
3 DD S-1 Sosiatri / L 15 tahun klien yang suka tidak mentaati norma-norma
Pekerjaan Sosial
dalam proses rehabilitasi maupun melawan
4 MK SMK/ Pekerjaan P 16 tahun
Sosial terhadap aturan-aturan yang diterapkan di
5 AG SMK/ Pekerjaan L 4 tahun
Sosial bangsal. Dimana klien bertempat tinggal
6 TT SMK/ Pekerjaan P 4 tahun dalam keseharian, b). Strategi mengekor,
Sosial
Sumber : data primer 2011 strategi ini khusus diterapkan kepada
gangguan Disorganized speech, klien jenis ini
Berdasarkan informasi para informan
suka bicara asal, sulit berhenti dan banyak
bahwa informan LS, HP, dan DD ketika
bicara dengan arah yang tidak jelas, c).
masuk menjadi PNS di RSJ. Prof dr. Soeroyo
Strategi persuasif, strategi ini dipilih pekerja
Magelang mengunakan ijazah Sekolah
sosial ketika proses rehabilitasi dilakukan
Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS) 4 tahun
secara kelompok/masal. Pada saat
(sekarang SMK), dan mereka berempat
rehabilitasi berlangsung rata-rata satu hari
melanjutkan studi ke jenjang sarjana baru
ada 70 sampai 80 orang pasien dengan
tahun 2003 dan lulus 2008. Atas informasi
pembimbing/pekerja sosial sekitar 20 orang,
informan SDM Pekerja Sosial di unit
artinya ketika proses rehabilitasi berlangsung
Rehabilitasi di RSJ. Prof. Dr. Soeroyo
rasio bimbingan berkisar 1: 4. Artinya 1
Magelang di dominasi oleh lulusan SMK dan
pekerja sosial bertanggungjawab terhadap 4
Sekolah Menengah Atas. Baru mulai tahun
klien. Pada proses inilah strategi komunikasi
2008 Unit Rehabilitasi memiliki SDM
persuasif diterapkan oleh para pekerja sosial,
Pekerjaan Sosial berjenjang pendidikan
sebab proses ini lebih bermakna dan
sarjana ilmu Kesejahteraan Sosial hanya 1
antusias klien kelihatan perkembangannya
orang sedang tiga orang berjenjang
karena aktivitas dilakukan dengan model
pendidikan sarjana ilmu Sosiatri yang
dinamika kelompok, d). Strategi memaksa
mengambil minat studi pekerjaan sosial.
strategi ini dipilih pekerja sosial ketika pekerja
sosial berhadapan dengan klien gangguan
Disorganized behavior. Strategi komunikasi
4. Strategi komunikasi pekerja sosial
memaksa cenderung diterapkan dalam kasus
Informan menyatakan bahwa selama
individual. Jadi setiap ada aktivitas sering
bekerja di RSJ ini jenis-jenis gangguan yang
terjadi satu atau dua klien yang melakukan
dialami klien antara lain ”Delusi, Halusinasi,
berlawanan atau aktivitas atas kehendak
Disorganized speech, Disorganized behavior
sendiri, bahkan malas-malasan. Klien yang

42
demikian agar mau bergabung dalam proses Pernyataan informan lain cenderung
rehabilitasi dan aktivitas lain harus dipaaksa, mengatakan ”untuk terapi kerja kami/pekerja
e). Strategi menyamar, strategi menyamar sosial sering memilih/mengunakan model
cenderung dipergunakan ketika klien komunikasi kelompok, sedang komunikasi
berputar-putar dalam pembicaraan dan personal cenderung untuk pendampingan
kecenderungan berbohong. Untuk masuk yang bersifat personal, baik pada saat proses
dalam pikiran klien dan klien dapat menerima rehabilitasi, penyeleksian dan bimbingan
maksud pekerja sosial maka pekerja sosial khusus di luar jam rehabilitasi. Selain model
seolah-olah tahu dan paham apa yang atau strategi komunikasi di atas pekerja
dibicarakan dan kehendaki klien, walaupun sosial pada situasi tertentu mengunakan
sebenarnya pekerja sosial tidak memahami strategi komunikasi
secara holistik, f). Strategi fakta Komunikasi mengandai/perumpamaan, perwakilan dan
dengan membawa fakta, strategi ini penugasan. Namun demikian rata-rata
diterapkan para pekerja sosial kepada klien pekerja sosial tidak membedakan model
yang mengalami gangguan-gangguan komunikasi terhadap semua jenis klien baik
simtom-simtom tertentu. Atas itu strategi ini Delusi, Halusinasi, Disorganized speech,
sangat variatif dan dinamis tergantung dari Disorganized behavior dan simtom-simtom
jenis-jenis simtom yang dialami klien. negatif. Hal diungkapakan karena komunikasi
Misalnya simtom akibat kehilangan anggota sangat dipengaruh oleh situasi kondisi klien
keluarga, bencana, dll. Maka pekerja sosial sendiri dan lingkungan dimana terjadi proses
harus pandai-pandai dan terampil dalam komunikasi.
menghadapi klien tersebut, g). Strategi
5. Reaksi Pasien
komunikasi mundur, strategi ini diterapkan
Menurut pendapat informan (pekerja
para pekerja sosial ketika klien sangat
sosial) tidak semua klien mau diajak
kesulitan mengingat sejarah/peristiwa-
berkomunikasi, keenam responden
peristiwa yang menimba diri klien. Dengan
sependapat bahwa klien diajak
membuka atau mulai berbicara dari masa lalu
berkomunikasi ada yang senang, ada yang
sebelum masuk RSJ, kemudian dilanjutkan
menolak, ada yang apatis, dan ada yang
dengan aktivitas-aktivitas yang klien selalu
tidak sama sekali merespon/acuh.
ingat, baik peristiwa yang menyenangkan,
Berdasarkan pengalaman reaksi pasien
menyedihkan, bahkan peristiwa-peristiwa
senang/menolak, apatis dan tidak konek
yang klien benci dll. Strategi ini dengan waktu
bukan berdasarkan jenis gangguan tetapi
yang cukup lama akan mengarah pada
berdasarkan lama tinggal, misalnya klien
pengungkapan sesuatu problem yang klien
lama, klien baru, klien tetap dan lain
rasakan dan ingin dipecahkan.
sebagainya. Klien baru cenderung tertutup
dan klien lama bahkan sebagai pasien tetap

43
cenderung lebih suka diajak bicara. dikirim oleh keluarga dan keluarga memberi
Pengalaman pekerja sosal pasien lama akan data tentang sebab-sebab terjadinya
banyak cerita kondisi di tempat gangguan mental maka pekerja sosial akan
tinggal/keluarga yang cuwek, tidak mengerti lebih mudah melakukan pendekatan. Disisi
terhadap dirinya, memusuhi dll, sehingga lain klien juga memiliki hambatan dalam
klien tidak betah tinggal bersama keluarga, berkomunikasi diantaranya , menurut pekerja
klien memilih kembali ke RSJ dengan alasan sosial ada beberapa pasien yang sulit diajak
teman banyak dan lebih senang. komunikasi bahkan mereka sulit bicara, klien
yang demikian ini rata-rata dari situasi
Bagi klien pendatang baru di RSJ
latarbelakang yang : a). Lama
Prof. Dr. Soeroyo Magelang cenderung
mengelendang di jalan., b). Kiriman tokoh
tertutup, sebab lingkungan ini merupakan
masyarakat karena klien ini oleh keluarganya
lingkungan baru bagi klien, belum tahu situasi
tidak diperhatikan dan sering menganggu
dan belum saling mengenal. Bahkan banyak
warga masyarakat., c). Klien kiriman tokoh
klien baru cenderung takut, memberontak
masyarakat karena klien ini oleh keluarganya
dan acuh. Atas itu maka klien baru selalu
dianggap sesuatu yang memlukan lalu di
diawali dengan bertempat tinggal dibangsal
pasung bertahun-tahun dan seringa terjadi
isolasi, selama di bangsal isolasi rata-rata
kecacatan pada bagian tubuh tertentu,
pasien belum mampu berkooperatif tetapi
misalnya kaki mengecil karena dipasung atau
sebaliknya melawan, berontak atau apatis.
tangan tidak mampu mengerakan karena
Setelah beberapa hari di bangsal isolasi
lama diikat. Klien-klien yang demikian
pasien memahami dirinya dan lingkunganya
mengalami tekanan mental dan batin
baru dipindah pada bangsal perawatan dan
sehingga tertutup dan sulit berkomunikasi.
dibangsal ini pasien mulai dilibatkan dalam
Disisi lain ada beberapa klien yang merasa
proses rehabilitasi.
minder/takut untuk berbicara/mengemukakan
6. Hambatan Komunikasi pendapat karena selam di bangsal klien ini
sering di tekan oleh teman-teman nya sendiri.
Pekerja sosial akan kesulitan
berkomunikasi kepada klien jika klien itu tidak 7. Media komunikasi yang dipergunakan,
diketahui sebab-sebabnya mengalami media alami dan non alami
gangguan. Pasien yang demikian ini rata rata Media komunikasi yang dipergunakan
pasien hasil garukan petugas keamanan atau para pekerja sosial ketika berkomunikasi
pasien kirim instansi terkait, atau klien yang dengan klien ada yang bersifat alami dan non
dalam waktu lama dipasung atau diasingkan alami. Media ini berfungsi sebagai
keluarganya, sehingga klien diminta oleh aksesibilitas pekerja sosial kepada klien agar
warga masyarakat dari keluarganya dan lebih mudah dan lebih cepat dalam memulai
dikirim ke RSJ. Tetapi bagi klien-klien yang pembicaraan/komunikasi kepada klien rata-

44
rata pekerja sosial memanfaatkan media atau atau disebut alat peraga/alat rekayasa,
alat sebagai role komunikasi. Media yang seperti: cerita/dongeng, flim, dan alat
sering dan mudah digunakan sebagai media permainan lainnya. Berdasarkan pengalaman
komunikasi adalah alat-alat permainan atau para pekerja sosial media-media ini
alat outbound sederhana seperti bola, memudahkan klien dalam membantu
holahope, catur, foto/lukisan, radio, dan alat berkomunikasi terutama untuk mengawali
permainannya. berkomunikasi.

Menurut pekerja sosial alat-alat ini 8. Waktu Komunikasi


akan mudah mempengaruhi reflek dan Jam kerja para pekerja sosial di RSJ.
indrawi klien dan memancing memori, Prof dr. Soeroyo Magelang dibagi ke dalam
sehingga klien mulai berani unjuk bicara yang berbagai aktivitas inti. Aktivitas ini terdiri dari
berawal dari merespon keberadaan dan pekerjaan administrasi, koordinasi/rapat-
keberfungsian media tersebut. Disamping itu rapat, bimbingan dengan klien, home visit,
pekerja sosial juga memanfaatkan case conference, dll. Atas itu para pekerja
komunikasi verbal melalui gerakan-gerakan sosial di RSJ Dr. Soeroyo Magelang memiliki
tubuh yang dapat dimaknai sebagai bahasa waktu rutin dan formal untuk bimbingan
tubuh. Dari gerakan/bahasa tubuh inilah dengan klien, yaitu setiap hari kerja pada
pekerja sosial mulai merespon untuk mencari pukul 08.00-11.30, waktu ini merupakan
makna apa arti/maksud setiap gerakan jadwal rehabilitasi, sehingga semua pasien
tersebut. Dari sini pekerja sosial akan yang telah memenuhi standar rehabilitasi dari
memahami klien didalam merespon termasuk bangsal di kirim ke unit rehabilitasi untuk
didalamnya kecepatan merespon, benar mengikuti proses rehabilitasi. Di luar jam
salahnya respon, fungsi respon dll. rehabilitasi pekerja sosial diberi kebebasan
oleh pihak rumah sakit untuk bertemu klien
Media lain yang dapat dimanfaatkan
dalam rangka membantu proses
oleh pekerja sosiala adalah lingkungan
penyembuhan pada jam-jam istirahat. Jam
dimana pekerja sosial mulai berkomunikasi,
istirahat pasien adalah jam 13.00 sampai
lingkungan ini ada yang alami dan non alami.
16.00, selain jam tersebut jika pekerja ada
Lingkungan alami seperti kebun/halaman
kepentingan dengan klien harus koordinasi
asrama/halaman ruang rehabilitasi, lapangan,
dengan pihak bangsal. Ketika pekerja sosial
kamar/bangsal tempat tinggal klien, binatang
berkomunikasi formal dengan klien diluar jam
yang ada disekitar lingkungan rumah sakit
rehabilitasi harus menjaga kode etik dan
seperti burung, ayam, ikan di kolam, dll.
diupayakan tidak menganggu klien yang lain.
Media non alami adalah media komunikasi
yang sengaja diciptakan atau diadakan oleh Disisi lain pekerja sosial boleh
pekerja sosial untuk memudahkan melakukan komunikasi dan bimbingan ketika
komunikasi dengan klien, media non alami ada acara-acara tertentu atau menyiapkan

45
acara tertentu, seperti latihan menari malam sosial, seperti klien yang lama
hari karena akan ada lomba atau pentas ke menggelandang dan lama dipasung akan
luar rumah sakit, dll. mengalami kesulitan berkomunikasi, akibat
sulit berkomunikasi maka mereka merasa
9. Derajat kedekatan
asing atau jauh dan cenderung tertutup.
Jika kedekatan komunikasi ini
diklasifikasikan kedalam tiga kategori jauh, c). Situasi pasien, makna situasi pasien disini
dekat dan sangat dekat, maka untuk menyangkut beberapa hal, diantaranya latar
mengetahui seberapa jauh atau seberapa belakang klien masuk RSJ, penyebab sakit
dekat komunikasi antar pekerja sosial dengan klien, jenis kelamin yang diajak
klien sangat di pengaruhi oleh banyak faktor. berkomunikasi, kondisi kesehatan fisik klien,
Faktor-faktor tersebut antara lain : a). jenis latar belakang pendidikan, ekonomi dan
pasien diantara pasien baru, pasien lama, religius klien.
pasien tetap. Pasien baru cenderung jauh
d). Setting/tempat berkomunikasi, tempat
karena mereka masih malu, tertutup dan dan
yang dipilih para pekerja sosial untuk
belum memahami lingkungan, bahkan
berkomunikasi dengan klien akan
mereka merasa kaget atau terasing. Pasien
berpengaruh terhadap klien. Hal ini
lama cenderung dekat karena frekuensi
tergantung dari tujuan pekerja sosial dalam
pertemuan sudah sering, sudah memahami
berkomunikasi, apakah komunikasi sekedar
lingkungan dan sudah berani
say hello, atau komunikasi dalam rangka
mengungkapkan hal-hal yang tidak disuka
memberikan terapi, atau komunikasi sebagai
dan berani meminta sesuatu. Pasien tetap
pengiriman informasi berkait dengan hal-hal
akan cenderung sangat dekat sebab pasien
tertentu, atau komunikasi dalam rangka
ini sering keluar masuk RSJ dan sudah hafal
mengingatkan atau memberikan sesuatu.
dengan para petugas serta paham akan
lingkungan sehingga mereka beranggapan Untuk itu setting komunikasi yang
RSJ sebagi rumah tempat tinggal sehingga terkait dengan proses rehabilitasi biasanya
berkomunikasi dengan siapa saja lancar, ada di arena ruang rehabilitasi, di bangsal, di
mudah dan akrab. Jenis pasien ini sering halaman atau tempat lain. Sekali lagi ini
dimanfaatkan oleh petugas untuk mengorek sangat tergantung dari tujuan yang ingin
atau mencari tahu tentang kondisi klien-klien dicapai oleh seorang pekerja sosial. Sebab
baru yang mereka kenal dekat. pekerja sosial selalu memegang prinsip dan
kode etiknya, terutama tentang kerahasiaan
b). Latar belakang pasien, seperti penjelasan
situasi klien.
di atas pada nomor 4 dan 5 bahwa latar
belakang atau asal usul klien masuk ke RSJ Dimanapun settingnya dan apapaun
sangat berpengaruh terhadap kedekatan tujuan berkomunikasi pekerja sosial selalu
komunikasi antara klien dengan pekerja memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi

46
sesuai yang tersirat dalam berbagai teori disebabkan ketidaksadaran diri atau lalai
seperti : a). proses simbolik, b). setiap cenderung menyerang pada mental manusia.
perilaku mempunyai potensi komunikasi, c). Akibat dari penyakit mental maka manusia
komunikasi mempunyai dimensi isi dan dapat mengalami stres berat, gangguan
dimensi hubungan, d). komunikasi ingatan atau yang disebut dengan
berlangsung dalam berbagai tingkat skizofrenia.
kesengajaan, e). komunikasi terjadi dalam
Dalam sejarah ilmu pengetahuan
konteks ruang dan waktu, f). melibatkan
disebutkan bahwa jenis penyakit mental atau
predikasi peserta komunikasi, g). bersifat
skizofrenia ada sejak jaman Nabi Adam,
sistemik, h). semakin mirip latarbelakang
penyembuhan penyakit ini telah dilakukan
sosial budaya semakin efektif komunikasi, i).
dengan berbagai cara dari yang tradisional
bersifat nonsekuensial, j). bersifat prosesual
sampai dengan cara yang modern. Salah
dinamis dan transaksional, k). bersifat
satu penyembuhan modern adalah
Irreversible dan l). bukan panasea untuk
didirikannya rumah sakit khusus yang disebut
menyelesaikan berbagai masalah
dengan ”Rumah Sakit Jiwa”. Di dalam proses
Sisi lain di unit rehabilitasi ketika klien penyembuhan di RSJ setiap pasien
melakukan proses rehabilitasi bersama para mendapat perawatan ganda yaitu perawatan
pekerja sosial secara otomatis terjadi dan pengobatan medis serta perawatan
berbagai komunikasi , untuk itu komunikasi rehabilitasi sosial. Dalam penelitian ini
dalam praktek rehabilitasi klien lokusnya pada proses rehabilitasi sosial yang
dikelompokkan sesuai dengan jenis kelamin, ditangani tim pekerja sosial. Secara khusus
bakat, kemauan/pilihan dan dibedakan penelitian ini melihat strategi komunikasi para
tempatnya sesuai dengan jenis keterampilan pekerja sosial terhadap para klien.
dan latihan kerja yang sesuai dengan
Setelah dilakukan penelitian ternyata
keinginan klien. Serta dibimbing dan diawali
klien dikelompokan berdasarkan penyebab
oleh para instruktur yang terdiri dari pekerja
penyakit atau ganguan, diantaranya adalah
sosial dan pihak lain yang memiliki kapasitas.
delusi, halusinasi, disorganized speech,
disorganized behavior dan simtom-simtom

E. Penutup lain. Pekerja sosial dalam berkomunikasi


dengan klien di RSJ Prof Dr. Soeroyo

Manusia sebagai golongan makluk Magelang belum membedakan secara jelas

hidup omnivora dan makhluk sosial, sering antara klien yang mengalami gangguan

mengalami disfungsi baik physical mamupun mental satu dengan yang lainnya, sebab

non physical. Disfungsi physical disebut sakit pekerja sosial menyakini bahwa keberhasilan

fisik dan disfungsi non physical yang komunikasi sangat dipengaruhi oleh

47
latarbelakang klien, setting, media dan jenis Peneliti memberikan rekomendasi
gangguannya, serta peran anggota keluarga. untuk RSJ antara lain: 1). Pihak RSJ perlu
menerapkan manajemen perwalian dalam
Untuk mengikuti rehabilitasi klien akan
proses rehabilitasi agar hasilnya lebih efektif,
ditentukan melalui proses seleksi, dimulai
lebih tepat dan berkesinambungan yang
dari tahap persiapan, resosialisasi, latihan
permanen, 2). Pekerja sosial yang
kerja, penempatan dan pengawasan. Test
berpendidikan SMK dan SMA perlu
seleksi dilakukan oleh psikolog sebagai
peningkatan jenjang pendidikan ke disiplin
bagian dari tim rehabilitasi, sedang
ilmu yang mendukung proses rehabilitasi
resosialisasi, latihan kerja, penempatan dan
terutama pendidikan Kesejahteraan
pengawasan dilakukan oleh tim pekerja
Sosial/Pekerjaan Sosial serta sering
sosial.
menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk
Strategi-strategi komunikasi yang dipilih SDM rehabilitasi mengingat sebagian besar
para pekerja sosial dalam proses rehabilitasi SDM rehabilitasi tidak berlatarbelakang
antara lain: strategi komunikasi mengekor, kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial. Jika
melawan, menyamar, persuasif, memaksa, perlu untuk mempersingkat kesenjangan
fakta, dan strategi komunikasi mundur. Untuk RSJ. Prof. dr. Soeroyo menyelenggarakan
terapi kerja model komunikasi yang paling outsourcing., 3) Pihak RSJ khususnya unit
tepat adalah komuniasi kelompok, sedang rehabilitasi menambah fasilitas yang
komunikasi personal tepat digunakan untuk dipergunakan untuk proses rehabilitasi., 4).
pendampingan yang bersifat personal dalam Menambah waktu (jam) rehabilitasi dan 5).
rangka bimbingan khusus dengan Pekerja sosial di beri kesempatan untuk
menerapkan strategi komunikasi mengandai. melakukan proses rehabilitasi dan bimbingan
di bangsal.
Reaksi pasien ketika proses rehabilitasi
dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu reaksi ------------------
terbuka/senang khusus untuk pasien yang
Daftar Pustaka
sudah lama tinggal di RSJ, rata-rata pasien
baru cenderung menolak/apatis dan tertutup. Agus Salim 2006, Teori & Paradigma
Penelitian Sosial. Tiara Wacana,
Sedang hambatan komunikasi pekerja sosial
Yogyakarta.
pada saat rehabilitasi adalah menghadapi
Brannen, Julia. 1997, Memadu Metode
klien yang tidak diketahui latar Penelitian Kualitatif & Kuantitatif,
belakang/penyebab sakit khususnya pasien Pusataka Pelajar Yogyakarta.
kiriman/rujukan petugas lapangan seperti Cohen, L., & Manion, L. (1994). Research
kiriman polisi, hasil garukan Pol PP, dan klien methods in education (4th ed.). Cohen,
L., & Manion, L. (1994). Metode
yang lama di pasung oleh keluarganya.
penelitian dalam pendidikan (4th ed.).

48
London: Routledge. London: Mif.Baihaqi, 2007, Psikiatri : Konsep Dasar
Routledge. dan Gangguan-Gangguan, Aditama,
Bandung.
Creswell, JW, 1998, Qualitative inquiry and
research design: Choosing among five Mulyana, Dedy, 2001, Ilmu Komunikasi Suatu
traditions,. Thousand Oaks, CA: Sage. Pengantar, PT Remaja Rosdakarya,
Thousand Oaks, CA: Sage. Bandung.
Glen O, Gabbard, 1994, Psychodynamic Rahman Hakim, Budi, 2010, Rethinking
Psychiatry in Clinical Practice, Sosial Work Indonesia, RM Books,
Washington, American Psychiatric Jakarta
Press.
Robert. K. Yin. (1989). Case Study Research
Huda, Miftachul, 2009, Pekerjaan Sosial dan Design and Methods. Washington:
Kesejahteraan Sosial, Pustaka Pelajar, COSMOS Corporation
Yogyakarta.
Wibhawa, B., Raharjo, S.T., Santoso, M.B.
Iman Setiadi Arief, 2006, Skizofrenia 2010, Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial,
Memahami Dinamika Keluarga, Widya Pajajaran, Bandung.
Aditama, Bandung.
Zastrow, Charles, 2004, Ninth Edition :
John Jackson dan Lorraine Bosse-Smith, Introduction to Sosial Work and Sosial
2007, By The United Methodist Welfare, Empowering People, George
Publishing House, Abingdon Press. Williams College of Aurora University
Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
.

49

Anda mungkin juga menyukai