PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik. Pelayanan gizi yang
sanitasi jasaboga yaitu bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan
yang lebih luas bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat kesehatan yang
Instalasi Gizi Rumah Sakit sebagai unit pelayanan gizi rumah sakit untuk memenuhi
asupan zat gizi pasien. Penyelenggaraan makanan rumah sakit dilaksanakan dengan
tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang
karyawan (pegawai). Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit dapat juga dilakukan
(Depkes, 2006).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Malang
Soepraoen Malang
1. Latar Belakang
Indonesia sampai saat ini masih tinggi, walaupun prinsip-prinsip pengendalian untuk
berbagai penyakit tersebut pada umumnya telah diketahui. Pengawasan pangan yang
mengandalkan pada uji produk akhir tidak dapat mengimbangi kemajuan yang pesat
dalam industri pangan, dan tidak dapat menjamin keamanan makanan yang beredar di
pasaran. Pendekatan tradisional yang selama ini dilakukan dapat dianggap telah gagal
Oleh karena itu dikembangkan suatu sistem jaminan keamanan pangan yang
disebut Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical
Control Point /HACCP) yang merupakan suatu tindakan preventif yang efektif untuk
lebih diarahkan pada kegiatan tertentu yang penting dalam menjamin keamanan
makanan.
HACCP adalah suatu alat (tools) yang digunakan untuk menilai tingkat bahaya,
menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan,
(Suklan, 1998) Hazard Analysis, adalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya
risiko bahaya yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek
mata rantai produksi pangan yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab
berbagai bahaya yang berhubungan dengan jenis makanan yang dikonsumsi dan
penyelenggaran makanannya dikelola oleh instalasi gizi, untuk itu perlu diterapkan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
DR.SOEPRAOEN
b. Tujuan Khusus
1. Latar Belakang
Sisa makanan merupakan makanan yang tidak habis termakan dan dibuang
sebagai sampah (Azwar, 1990). Sisa makanan adalah bahan makanan atau makanan
1) kehilangan bahan makanan pada waktu proses persiapan dan pengolahan bahan
makanan;
2) makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan disajikan (Hirch, 1979).
Sisa makanan diukur dengan menimbang sisa makanan untuk setiap jenis
hidangan yang ada di alat makanan atau dengan cara taksiran visual menggunakan
skala Comstock 6 point (Murwani, 2001). Sisa makanan dapat memberikan informasi
yang tepat dan terperinci mengenai banyaknya sisa atau banyaknya makanan yang
dikonsumsi oleh perorangan ataukelompok (Graves and Shannon, 1983). Data sisa
mempengaruhi terjadinya sisa makanan yang berakibat pada asupan makan selain
faktor yang berasal dari dalam diri konsumen atau faktor internal, juga faktor di luar
Faktor internal meliputi nafsu makan, kebiasaan makan, rasa bosan dan adanya
makanan tambahan dari luar. Pada umumnya, bagi pasien yang berada dalam keadaan
sedih, merasa takut karena menderita suatu penyakit, ketidakbebasan gerak karena
adanya penyakit tertentu sering menimbulkan rasa putus asa, sehingga pasien
kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, bila pasien dalam keadaan sehat dan senang
biasanya mempunyai nafsu makan yang lebih baik atau meningkat (Moehyi, 1997).
makanan yang disajikan. Bila kebiasaan makan sesuai dengan makanan yang
disajikan baik dalam susunan menu maupun besar porsi, maka pasien cenderung
dapat menghabiskan makanan yang disajikan. Sebaliknya bila tidak sesuai dengan
kebiasaan makan pasien, maka akan dibutuhkan waktu untuk penyesuaian dan ada
kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit (Mukrie, 1990).
bervariasi, sehingga sudah hafal dengan jenis makanan yang disajikan. Rasa bosan
juga dapat timbul bila suasana lingkungan pada waktu makan tidak berubah. Untuk
mengurangi rasa bosan tersebut, selain meningkatkan variasi menu, juga perlu adanya
Adanya sisa makanan mengakibatkan asupan nutrisi pasien tidak adekuat dan
asupan gizi yang tidak adekuat jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama
mempunyai risiko 2,4 kali untuk terjadi malnutrisi pada pasien di rumah sakit.
efisien dan efektif sehingga pengelolaan biaya makan tidak mencapai tujuan yang
yang efektif dan kurang efisien. Efektif dalam artian upaya pemenuhan gizi pasien
selama sakit sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan dan efisien berarti hemat
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui sisa makanan rumah sakit.
b. Tujuan khusus
1. Latar Belakang
Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik
Modifikasi pangan adalah proses perubahan bentuk, rasa maupun tampilan dari
bahan makanan yang akan diolah serta pada produk makanan yang akan dibuat.
telah dilupakan) biasanya makanan khas daerah. Contoh modifikasi makanan yaitu,
makanan berkemasan siap saji yang mudah untuk dibeli kapanpun dan dimanapun
seperti : mie instan, nasi goreng instan, bubur instan dan lain lain, makanan
tradisional seperti tempe dan tahu yang dibuat secara modern, makanan moden yang
dikemas sedemikian rupa agar lebih menarik dan menambah nilai jualan masih
banyak lainnya.
lebih berkualitas dalam hal rasa, warna, aroma, tekstur, dan nilai gizi. Selain itu juga
menu yang disajikan selain itu pengembangan resep dilakukan untuk memperoleh
menuyang telah ada. Variasi dalam pengolahan makanan terutama di rumah sakit
sangat dibutuhkan agar pasien tidak merasa bosan. Hidangan yang dimasak dengan
baik dan menarik akan banyak membantu keadaan dan kesehatan pasien dalam upaya
perkembangan pasien melalui asupan makanan yang telah disajikan di rumah sakit.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Soepraoen Malang.
b. Tujuan khusus