NIM : 05011181823182
Kelas : Agribisnis B Indralaya
1. Apa yang anda ketahui tentang Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariah,
apa bedanya dengan Ekonomi Konvensional (seperti Ekonomi Liberal) yang
diadopsi dari dunia Barat.
Jawab : Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu tentang hukum-hukum syarat
aplilatif yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci terkait dengan mencari,
membelanjakan, dan tata cara membelanjakan harta. Fokus kajian ekonomi Islam
adalah mempelajari perilaku muamalah masyarakat Islam yang sesuai dengan
nash Al-Qur’an, Al-Hadis, Qiyas, dan Ijma’ dalam kebutuhan hidup manusia
dalam mencari ridha Allah SWT.
Ilmu ekonomi syariah atau ekonomi islam yaitu ilmu yang mempelajari
aktivitas atau perilaku manusia secara aktual dan empirikal, baik dalam produksi,
distribusi, maupun konsumsi berdasarkan syariat Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an, hadits, dan lain sebagainya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Ekonomi konvensional berorientasi kepada hal-hal yang bersifat dunia,
sedangkan ekonomi Islam berorientasi tidak hanya dunia saja tetapi juga kepada
hal-hal yang bersifat ukhrawi sebagai ibadah kepada Allah SWT. Perbedaan
lainnya yang dapat dilihat dari ekonomi syariah dan ekonomi konvensional,
yakni:
Prinsip Dasar
Ekonomi Syari’ah : Agama dan ekonomi memiliki kaitan yang sangat
erat, dimana kegiatan ekonomi dilakukan sebagai
ibadah.
Ekonomi Konvensional : Ketika pertumbuhan ekonomi berjalan dengan
baik maka semua orang akan mencapai
kepuasan individu yang diinginkan.
Perjanjian Kredit
EkonomiSyari’ah : Perjanjian dibuat oleh kedua belah pihak yang
mencapai kata sepakat tanpa ada yang dirugikan.
7. Apa yang dimaksud dengan riba dalam ekonomi islam. Mengapa riba
dilarang dan apa dalil yang mendasarinya.
Jawab : Riba dalam ekonomi islam (syariah) adalah tambahan yang diperoleh
dengan cara yang tidak diperbolehkan oleh syariat. Yaitu tambahan harta dalam
akad jual beli yang diperoleh dengan cara yang batil. Riba dilarang karena riba
tidak saja membuat pelakunya menderita namun lebih jauh lagi akan membuat
kaum muslimin menjadi dihinakan oleh Alloh SWT. Riba dapat merugikan salah
satu pihak yaitu pihak yang berutang. Oleh karena itu Islam sangat menentang dan
memerangi riba ini karena memiliki banyak pengaruh negatif baik individu
maupun masyarakat. Karena dalam Islam saling tolong menolong adalah suatu
kewajiban, dan sangat bertentangan dengan riba yang bertujuan untuk mendapat
keuntungan dari pihak peminjam yang nantinya akan menyulitkan orang lain.
Dalil yang mendasarinya adalah Ayat al-qur’an yang melarang orang
Mukmin agar tidak memakan riba dalam Surat Al-Baqarah ayat 278:
َيَايُّهَا الَّ ِذ ْىنَ أَ َمنُوْ ا التَّقُوْ ا هللاَ َو َذرُوْ ا َمابَقِ َي مٍنَ الرِّ بَوا ِا ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِ ْين
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut), jika kamu orang yang beriman.” (Q.S. Al-Baqarah:
278)
Pernyataan Allah SWT yang lain tentang riba yaitu :
َ ِاَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ الرِّ بَوا اَل يَقُ ُموْ نَ إِاّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بُّطُهُ ال َّش ْيطَنُ ِمنَ ْال َمسِّ َذل
ك بِأَنَّهُ ْم قَالُو اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْثل
الرِّ بَوا َواَ َح َّل هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَو
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit jiwa (gila).
Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah SWT telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba . . . (Q.S. Al-Baqarah: 275).
9. Mengapa kita tidak boleh ikut spekulasi dalam Pasar Saham dan Paasr
Valas.
Jawab : Spekulasi Valas atau Valuta Asing dalam bursa Valuta Asing maksudnya
adalah melakukan transaksi valas dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
dari turun-naiknya kurs suatu mata uang asing. Kerugian dapat terjadi akibat salah
antisipasi terhadap ketidakpastian kurs suatu valuta asing tertentu. Karena
spekulasi (gambling) yang mendorong aktivitas bisnis yang tidak produktif dan
transaksi ribawi yang mengakibatkan eksploitasi ekonomi oleh para pemilik
modal (riba nasi’ah dan jahiliyah) atau yang tidak menumbuhkan sektor riil
melalui perdagangan dan pertukaran barang sejenis yang ribawi (riba fadhl). Emas
dan perak sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan sejenisnya misalnya
Rupiah kepada Rupiah (IDR) atau US Dolar (USD) kepada Dolar kecuali sama
jumlahnya (contohnya; pecahan kecil ditukarkan pecahan besar asalkan jumlah
nominalnya sama).
kegiatan transaksi dan perdagangan valuta asing (valas) harus terbebas dari
unsur riba, maysir (spekulasi gambling) dan gharar (ketidak jelasan, manipulasi
dan penipuan). Oleh karena itu jual beli maupun bisnis valas harus dilakukan
dalam secara kontan (spot) atau kategori kontan. Motif pertukaran itupun tidak
boleh untuk spekulasi yang dapat menjurus kepada judi/gambling (maysir)
melainkan untukmemebiayai transaksi-transaksi yang dilakukan rumah tangga,
perusahaan dan pemerintah guna memenuhi kebutuhan konsumsi, investasi,
ekspor-impor atau komersial baik barang maupun jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, Forum Kajian Ekonomi dan
Kajian Perbankan Islam (FKEBI) bekerja sama dengan penerbit Citapustaka
Media, Bandung, 2992, hlm.4.
Jurnal Masa Depan Ekonomi Islam : Dari Paradigma Menuju Metodologi, penulis
Aji Dedi Mulawarman