Dosen Pengampu:
Taufiq Al Farizi, M.Pfis
Disusun Oleh:
Kelompok I
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
A. Kesesuaian antara teori dan praktek pada video pembelajaran discovery
learning. ..................................................................................................................... 6
B. Kesesuaian antara model dan materi ajar pada video pembelajaran discovery
learning. ..................................................................................................................... 9
C. Kesesuaian dengan karakter peserta didik pada video pembelajaran discovery
learning .................................................................................................................... 10
D. Keterkaitan pembelajaran efektif pada video pembelajaran discovery learning ... 10
E. Keterkaitan dengan pengelolaan kelas pada video discovery learning................. 11
F. Keterkaitan dengan teknik bertanya pada video pembelajaran discovery
learning .................................................................................................................... 12
BAB III ......................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
B. Daftar Pustaka ................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Discovery learning (pembelajaran penemuan) merupakan salah satu
pembelajaran yang disarankan oleh pemerintah untuk diterapkan dalam
implementasi kurikulum 2013 (Permendikbud No. 65 Tahun 2013).
Discovery learning menurut Syah (2010) adalah suatu pembelajaran dimana
dalam proses belajar mengajar guru tidak menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk final (utuh dari awal hingga akhir) atau dengan kata lain, guru
hanya menyajikan sebagian bahan saja. Proses selebihnya akan diserahkan
kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri. Sebagai salah satu
pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan dalam implementasi
kurikulum 2013, discovery learning harapannya akan efektif diterapkan
pada setiap mata pelajaran termasuk didalamnya mata pelajaran
Matematika. Pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai
dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai (Slameto, 2010).
Efektivitas pembelajaran yaitu sejauh mana suatu pembelajaran
mencapai tujuan yang direncanakan. Menurut Slavin (2009) efektivitas
pembelajaran dapat dilihat dari; (1) Mutu pengajaran yaitu sejauh mana
penyajian informasi membantu siswa mempelajari bahan, (2) Tingkat
pengajaran yang tepat yaitu sejauh mana guru memastikan siswa sudah siap
untuk belajar, (3) Insentif yaitu sejauh mana guru termotivasi untuk
belajar,(4) Waktu yaitu sejauh mana siswa diberi cukup waktu untuk
mempelajari bahan. Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila
keempat indikator tersebut tercapai. Efektivitas pembelajaran disuatu
sekolah tentunya akan berbeda dengan sekolah lainya. Begitu juga dengan
discovery learning, efektivitas discovery learning akan berbeda di satu
sekolah dan sekolah lainya. Hal ini menurut Slameto (2010) dikarenakan
pembelajaran yang efektif dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar diri siswa, dan faktor strategi belajar yang digunakan. Satuan
pendidikan yang berbeda tentunya akan berbeda pula kondisi siswanya,
begitu juga dengan kondisi di luar diri siswa, dan strategi belajar yang
digunakan.
Penerapan discovery learning di suatu sekolah akan tergantung
bagaimana karakteristik guru, siswa, dan satuan pendidikan tersebut. Setiap
satuan pendidikan memiliki keunggulan masing-masing, baik unggul dalam
manajemen sekolah, mutu pengajaran, input siswa, ataupun unggul dalam
sarana dan prasarana pembelajaran. Keunggulan pada suatu satuan
pendidikan bisa jadi merupakan kelemahan disatuan pendidikan lainya,
begitu juga sebaliknya. Satuan pendidikan yang menjadi bahan diskusi pada
pembahasan kali ini yaitu terkait Pembelajaran discovery learning Pada
video pembelajaran yang telah di cantumkan yaitu di SMA NEGERI 1
SAMALANTAN.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesesuaian antara teori dan praktek pada video
pembelajaran discovery learning?
2. Bagaimana kesesuaian antara model dan materi ajar pada
video pembelajaran discovery learning?
3. Bagaimana kesesuaian dengan karakter peserta didik pada
video pembelajaran discovery learning?
4. Bagaimana keterkaitan pembelajaran efektif pada video
pembelajaran discovery learning?
5. Bagaimana keterkaitan dengan pengelolaan kelas pada
video discovery learning?
6. Bagaimana keterkaitan dengan teknik bertanya pada video
pembelajaran discovery learning?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui kesesuaian antara teori
dan praktek pada video pembelajaran discovery
learning yang telah di cantumkan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kesesuaian antara model
dan materi ajar pada video pembelajaran discovery
learning yang telah di cantumkan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kesesuaian dengan
karakter peserta didik berdasarkan video pembelajaran
discovery learning yang telah di cantumkan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan pembelajaran
efektif Berdasarkan video pembelajaran discovery
learning yang telah di cantumkan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan pengelolaan
kelas pada video pembelajaran discovery learning yang
telah di cantumkan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan teknik
bertanya pada video pembelajaran discovery learning
yang telah di cantumkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesesuaian antara teori dan praktek pada video pembelajaran discovery
learning.
Menurut Jerome Bruner, discovery learning adalah metode belajar
yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.
Menurut Bell (1978) dalam Hosnan mengatakan belajar discovery
(penemuan) adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa
memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi
sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru.
Hanafiah berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu
rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap
dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning
merupakan suatu model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak akan
mudah dilupakan oleh peserta didik.
Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah
sebagai berikut:
a) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran discovery adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian strategi
pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar.
b) Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan
atau pengatur interaksi itu sendiri.
c) Prinsip bertanya
Dalam menggunakan strategi ini guru berperan sebagai penanya
karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya sekedar mengingat sejumlah fakta, akan tetapi
juga merupakan proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e) Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya, karena
pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya.
Adapun langkah-langkah dalam proses penerapan pembelajaran
melalui strategi discovery learning adalah:
a) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran.
Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan strategi pembelajaran discovery sangat tergantung pada
kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya
dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak
mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
1. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh siswa.
2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
langkah serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
b) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Dikatakan teka- teki karena masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam discovery.
Melalui proses berpikir beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merumuskan masalah, antara lain:
1. Masalahnya hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa
akan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila dilibatkan
dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Oleh karenanya
guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran,
guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari.
2. Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya
pasti. Artinya guru perlu mendorong agar siswa dapat
merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sudah ada,
tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses discovery, guru perlu yakin
terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang
konsep-konsep yang ada dalam melakukan tahapan selanjutnya.
c) Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak ia lahir. Potensi itu dimulai dari
kemampuan untuk menebak atau mengira- ngira dari suatu
permasalahan. Ketika individu dapat membuktikan tebakannya, maka
ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih
lanjut. Oleh sebab itu potensi untuk mengembangkan kemampuan
menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan gjawaban sementara,
atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan
suatu permasalahan yang dikaji.
d) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
e) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan. Di samping itu menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung
jawabkan.
f) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran.
Sering terjadi oleh banyaknya data yang diperoleh menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.
Isi Pembahasan Dalam Video
1. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan berisi :
Menit 00.20 penyampaian salam dan berdoa bersama. Termasuk PPK
: religius.
Menit 00.39 Melakukan yel-yel untuk memotivasi siswa
Menit 01.10 Memeriksa kehadiran siswa
Menit 01.34 siswa menyimak tujuan pembelajaran (dalam video
terlihat semua siswa antusias dan menyimak)
Menit 2.24 Apersepsi : memeriksa kemampuan prasyarat ,komunikasi.
PPK: kemandirian
2. Kegiatan inti
Kegiatan inti berisi
Menit 3.21 Sintak pembelajaran 1 : stimulus respon,mengamati video,
literasi digital
*Stimulus respon dilakukan oleh guru dengan menarik/mendorong
meja dan dinding
*Mengamati video (terlihat semua siswa menyimak video yang
disajikan)
Menit 07.12 Sintak Pembelajaran 2 yaitu mengenai Problem
Statement : membagi kelompok, diskusi , kolaborasi
Menit 08.31 Problem statmen yaitu diskusi mengenai konsep usaha
(Guru mengawasi siswa dengan mengontrol diskusi perkelompok)
Menit 08.54 Sintak Pembelajaran 3 mengenai Data colecting :
mengumpulkan data/ informasi demonstrasi video
Menit 09.33 Sintak Pembelajaran 4 mengenai data processing :
membandingkan, menganalisis, mengambil kesimpulan.
Menit 09.53 siswa mempersemtasikan hasil diskusi
Menit 10.59 Sesi tanya jawab ( akan tetapi sesi bertanya monoton )
3. Kegiatan Penutup
Menit 12.15 Sintak pembelajaran 5 mengenai Verification: berdiskusi
dengan guru membandingkan kesimpulan sementara dengan
kebenaran konsep
Menit 13.26 Sintak 6 mengenai Generalization : memperbaiki dan
menarik kesimpulan akhir
Menit 14.16 uji kemampuan penguasaan konsep : mengerjakan soal
Menit 15.20 Motivasi untuk Penutupan.
Dapat disimpulkan dalam Teorinya dan penerapannya dalam video
sudah sesuai, akan tetapi masih belum dapat mencapai beberapa prinsip
yang ada pada pembelajaran discovery learning.
B. Kesesuaian antara model dan materi ajar pada video pembelajaran discovery
learning.
Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu model
pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan diperoleh
tahan lama dalam ingatan serta tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.
Menurut Kemendikbud dalam widiadnyana (2014) menyatakan
bahwa, Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam menemukan konsep
sendiri melalui pemberian suatu masalah yang direkayasa guru,sehingga
siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah tersebut melalui proses
penemuan.
Pada video ini terdapat ketersesuian antara model dan bahan ajar
yang dimana model Discovery Learning ini menekankan pada sisiwa untuk
menemukan konsep sendiri melalui pemberian masalah yang direkayasa
oleh guru. Bahan ajar yang disajikan pada video ini berupa tayangan video
selanjutnya siswa melalukan suatu penyelidikan untuk mendiskusikan
penyelesaian dari masalah yang diberikan pada siswa tersebut.