Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ANALISIS VIDEO PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Taufiq Al Farizi, M.Pfis

Disusun Oleh:

Annis Sarah Salsabila (11180163000034)


Dhelia Ramadhani (11180163000038)
Ambar Shinta Hapsari (11180163000040)
Qatrunnida Fatimatu Zahra (11180163000041)
Sekar Rahmawati (11180163000044)

Kelompok I

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat kepada kita semua sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah Mengenai “ANALISIS VIDEO
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran, selain itu sebagai tambahan wawasan penulis, penulis
ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu, teman-teman dan
semua pihak yang telah membantu penulisan berupa tenaga, pikiran
sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pembaca yang sifatnya membantu. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua.

Rabu, 15 juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
A. Kesesuaian antara teori dan praktek pada video pembelajaran discovery
learning. ..................................................................................................................... 6
B. Kesesuaian antara model dan materi ajar pada video pembelajaran discovery
learning. ..................................................................................................................... 9
C. Kesesuaian dengan karakter peserta didik pada video pembelajaran discovery
learning .................................................................................................................... 10
D. Keterkaitan pembelajaran efektif pada video pembelajaran discovery learning ... 10
E. Keterkaitan dengan pengelolaan kelas pada video discovery learning................. 11
F. Keterkaitan dengan teknik bertanya pada video pembelajaran discovery
learning .................................................................................................................... 12
BAB III ......................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
B. Daftar Pustaka ................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Discovery learning (pembelajaran penemuan) merupakan salah satu
pembelajaran yang disarankan oleh pemerintah untuk diterapkan dalam
implementasi kurikulum 2013 (Permendikbud No. 65 Tahun 2013).
Discovery learning menurut Syah (2010) adalah suatu pembelajaran dimana
dalam proses belajar mengajar guru tidak menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk final (utuh dari awal hingga akhir) atau dengan kata lain, guru
hanya menyajikan sebagian bahan saja. Proses selebihnya akan diserahkan
kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri. Sebagai salah satu
pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan dalam implementasi
kurikulum 2013, discovery learning harapannya akan efektif diterapkan
pada setiap mata pelajaran termasuk didalamnya mata pelajaran
Matematika. Pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai
dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai (Slameto, 2010).
Efektivitas pembelajaran yaitu sejauh mana suatu pembelajaran
mencapai tujuan yang direncanakan. Menurut Slavin (2009) efektivitas
pembelajaran dapat dilihat dari; (1) Mutu pengajaran yaitu sejauh mana
penyajian informasi membantu siswa mempelajari bahan, (2) Tingkat
pengajaran yang tepat yaitu sejauh mana guru memastikan siswa sudah siap
untuk belajar, (3) Insentif yaitu sejauh mana guru termotivasi untuk
belajar,(4) Waktu yaitu sejauh mana siswa diberi cukup waktu untuk
mempelajari bahan. Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila
keempat indikator tersebut tercapai. Efektivitas pembelajaran disuatu
sekolah tentunya akan berbeda dengan sekolah lainya. Begitu juga dengan
discovery learning, efektivitas discovery learning akan berbeda di satu
sekolah dan sekolah lainya. Hal ini menurut Slameto (2010) dikarenakan
pembelajaran yang efektif dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar diri siswa, dan faktor strategi belajar yang digunakan. Satuan
pendidikan yang berbeda tentunya akan berbeda pula kondisi siswanya,
begitu juga dengan kondisi di luar diri siswa, dan strategi belajar yang
digunakan.
Penerapan discovery learning di suatu sekolah akan tergantung
bagaimana karakteristik guru, siswa, dan satuan pendidikan tersebut. Setiap
satuan pendidikan memiliki keunggulan masing-masing, baik unggul dalam
manajemen sekolah, mutu pengajaran, input siswa, ataupun unggul dalam
sarana dan prasarana pembelajaran. Keunggulan pada suatu satuan
pendidikan bisa jadi merupakan kelemahan disatuan pendidikan lainya,
begitu juga sebaliknya. Satuan pendidikan yang menjadi bahan diskusi pada
pembahasan kali ini yaitu terkait Pembelajaran discovery learning Pada
video pembelajaran yang telah di cantumkan yaitu di SMA NEGERI 1
SAMALANTAN.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesesuaian antara teori dan praktek pada video
pembelajaran discovery learning?
2. Bagaimana kesesuaian antara model dan materi ajar pada
video pembelajaran discovery learning?
3. Bagaimana kesesuaian dengan karakter peserta didik pada
video pembelajaran discovery learning?
4. Bagaimana keterkaitan pembelajaran efektif pada video
pembelajaran discovery learning?
5. Bagaimana keterkaitan dengan pengelolaan kelas pada
video discovery learning?
6. Bagaimana keterkaitan dengan teknik bertanya pada video
pembelajaran discovery learning?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui kesesuaian antara teori
dan praktek pada video pembelajaran discovery
learning yang telah di cantumkan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kesesuaian antara model
dan materi ajar pada video pembelajaran discovery
learning yang telah di cantumkan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kesesuaian dengan
karakter peserta didik berdasarkan video pembelajaran
discovery learning yang telah di cantumkan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan pembelajaran
efektif Berdasarkan video pembelajaran discovery
learning yang telah di cantumkan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan pengelolaan
kelas pada video pembelajaran discovery learning yang
telah di cantumkan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan teknik
bertanya pada video pembelajaran discovery learning
yang telah di cantumkan.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kesesuaian antara teori dan praktek pada video pembelajaran discovery
learning.
Menurut Jerome Bruner, discovery learning adalah metode belajar
yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.
Menurut Bell (1978) dalam Hosnan mengatakan belajar discovery
(penemuan) adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa
memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi
sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru.
Hanafiah berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu
rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap
dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning
merupakan suatu model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak akan
mudah dilupakan oleh peserta didik.
Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah
sebagai berikut:
a) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran discovery adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian strategi
pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar.
b) Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan
atau pengatur interaksi itu sendiri.
c) Prinsip bertanya
Dalam menggunakan strategi ini guru berperan sebagai penanya
karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya sekedar mengingat sejumlah fakta, akan tetapi
juga merupakan proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e) Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya, karena
pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya.
Adapun langkah-langkah dalam proses penerapan pembelajaran
melalui strategi discovery learning adalah:
a) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran.
Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan strategi pembelajaran discovery sangat tergantung pada
kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya
dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak
mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
1. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh siswa.
2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
langkah serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

b) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Dikatakan teka- teki karena masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam discovery.
Melalui proses berpikir beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merumuskan masalah, antara lain:
1. Masalahnya hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa
akan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila dilibatkan
dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Oleh karenanya
guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran,
guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari.
2. Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya
pasti. Artinya guru perlu mendorong agar siswa dapat
merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sudah ada,
tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses discovery, guru perlu yakin
terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang
konsep-konsep yang ada dalam melakukan tahapan selanjutnya.
c) Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak ia lahir. Potensi itu dimulai dari
kemampuan untuk menebak atau mengira- ngira dari suatu
permasalahan. Ketika individu dapat membuktikan tebakannya, maka
ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih
lanjut. Oleh sebab itu potensi untuk mengembangkan kemampuan
menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan gjawaban sementara,
atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan
suatu permasalahan yang dikaji.
d) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
e) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan. Di samping itu menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung
jawabkan.
f) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran.
Sering terjadi oleh banyaknya data yang diperoleh menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.
Isi Pembahasan Dalam Video
1. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan berisi :
Menit 00.20 penyampaian salam dan berdoa bersama. Termasuk PPK
: religius.
Menit 00.39 Melakukan yel-yel untuk memotivasi siswa
Menit 01.10 Memeriksa kehadiran siswa
Menit 01.34 siswa menyimak tujuan pembelajaran (dalam video
terlihat semua siswa antusias dan menyimak)
Menit 2.24 Apersepsi : memeriksa kemampuan prasyarat ,komunikasi.
PPK: kemandirian
2. Kegiatan inti
Kegiatan inti berisi
Menit 3.21 Sintak pembelajaran 1 : stimulus respon,mengamati video,
literasi digital
*Stimulus respon dilakukan oleh guru dengan menarik/mendorong
meja dan dinding
*Mengamati video (terlihat semua siswa menyimak video yang
disajikan)
Menit 07.12 Sintak Pembelajaran 2 yaitu mengenai Problem
Statement : membagi kelompok, diskusi , kolaborasi
Menit 08.31 Problem statmen yaitu diskusi mengenai konsep usaha
(Guru mengawasi siswa dengan mengontrol diskusi perkelompok)
Menit 08.54 Sintak Pembelajaran 3 mengenai Data colecting :
mengumpulkan data/ informasi demonstrasi video
Menit 09.33 Sintak Pembelajaran 4 mengenai data processing :
membandingkan, menganalisis, mengambil kesimpulan.
Menit 09.53 siswa mempersemtasikan hasil diskusi
Menit 10.59 Sesi tanya jawab ( akan tetapi sesi bertanya monoton )
3. Kegiatan Penutup
Menit 12.15 Sintak pembelajaran 5 mengenai Verification: berdiskusi
dengan guru membandingkan kesimpulan sementara dengan
kebenaran konsep
Menit 13.26 Sintak 6 mengenai Generalization : memperbaiki dan
menarik kesimpulan akhir
Menit 14.16 uji kemampuan penguasaan konsep : mengerjakan soal
Menit 15.20 Motivasi untuk Penutupan.
Dapat disimpulkan dalam Teorinya dan penerapannya dalam video
sudah sesuai, akan tetapi masih belum dapat mencapai beberapa prinsip
yang ada pada pembelajaran discovery learning.

B. Kesesuaian antara model dan materi ajar pada video pembelajaran discovery
learning.
Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu model
pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan diperoleh
tahan lama dalam ingatan serta tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.
Menurut Kemendikbud dalam widiadnyana (2014) menyatakan
bahwa, Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam menemukan konsep
sendiri melalui pemberian suatu masalah yang direkayasa guru,sehingga
siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah tersebut melalui proses
penemuan.
Pada video ini terdapat ketersesuian antara model dan bahan ajar
yang dimana model Discovery Learning ini menekankan pada sisiwa untuk
menemukan konsep sendiri melalui pemberian masalah yang direkayasa
oleh guru. Bahan ajar yang disajikan pada video ini berupa tayangan video
selanjutnya siswa melalukan suatu penyelidikan untuk mendiskusikan
penyelesaian dari masalah yang diberikan pada siswa tersebut.

C. Kesesuaian dengan karakter peserta didik pada video pembelajaran


discovery learning
Menurut kelompok kami, guru hanya bertanya sedikit sekali. Dalam
teknik bertanya guru sudah bagus karena melakukan pindah gilir untuk
siswa yang ingin menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi guru juga masih
kurang dalam memberi pertanyaan yang memicu siswa berpikir lebih.
Menurut kelompok kami juga, apa yang ada di video sedikit kurang sesuai
dengan kenyataan. Pada saat guru bertanya apakah mendorong dinding
termasuk usaha, semua peserta didik serempak menjawab tidak. Memang
jawaban tersebut benar dan guru mengharapkan siswa dapat menjawab
dengan benar, namun pada kenyataannya sesuai dengan karakter peserta
didik, belum tentu peserta didik tahu bahwa mendorong dinding bukan suatu
usaha. Salah satu anggota kelompok kami ketika dulu menjadi peserta didik
pernah berpikiran bahwa mendorong dinding adalah usaha karena
mengeluarkan tenaga. Jadi menurut kelompok kami video yang ditampilkan
sedikit kurang sesuai dengan kenyataan karakter peserta didik.

D. Keterkaitan pembelajaran efektif pada video pembelajaran discovery


learning
Menurut Hosnan (2014), ciri atau karakteristik Discovery Learning
adalah (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
mengabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada
siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah ada. Model pembelajaran penemuan (discovery
learning) diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa
tidak disajikan informasi secara langsung tetapi siswa dituntut untuk
mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara
mandiri. Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa
berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan
belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui
prosedur yang tepat. Dari beberapa karakteristik dari pembelajaran
discovery learning, menghasilkan beberapa kelebihan yang dianggap dapat
menciptakan keefektifan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif.
2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
3. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini mampu menguatkan
pengertian, ingatan, dan transfer.
4. Strategi ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerjasama dengan yang lainnya.
5. Berpusat kepada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan.
6. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa dan situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang
7. Menimbulkan rasa senang siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil.
8. Siswa akan mengerti konsep dasar ide-ide lebih baik.
9. Melatih siswa belajar mandiri.
10. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
Pada Video mengenai discovery learning menit ke 2:26 guru
memberikan Stimulation; berupa rangkaian pertanyaan pengantar. Lalu
menit 3:23 guru memberikan beberapa video mengenai masalah yang akan
dibahas. Lalu dari menit 7:05-13:25 siswa mulai berdikusi dengan tahap
pelaksanaan, meliputi: Problem statement membahas atau berdiskusi
masalah bersama kelompok; Data collection; Data Processing; Verification;
ketiga tahap tersebut didlakukan dengan dampingan dari guru. Dan
Generalization merupakan pengambilan kesimpulan mengenai kegiatan
pembahasan materi yang telah dilakukan. Dengan kegiatan yang telah
dilakukan sesuai dengan karakteristik sehingga dapat menghasilkan
kelebihan maka pembelajaran dengan discovery learning ini bisa
menghasilkan kegiatan pembelajaran yang efektif bila dilakukan sesuai
dengan prosedur kegiatan secara tepat.

E. Keterkaitan dengan pengelolaan kelas pada video discovery learning


Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang
ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal.
Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (manajemen)
lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa)
dan barang/ fasilitas.
Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas
yang ada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran
diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas
(cahaya, temperatur udara, ventilasi), dan lain-lain.
Pada kegiatan sintak pembelajaran 1pengelelolaan siswa terjadi
secara klasikal dimana siswa mendengarkan penjelasan guru. Terlihat
bahwa suasana kelas aktif dan menyenangkan, selain itu pengaturan tempat
duduk siswa karena digunakan metode ceramah posisi duduk siswa berjejer
ke belakang. Ditinjau dari perlengkapan dan bahan ajar yang digunakan
pada kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas dapat dikatakan efektif
dengan menggunakan meda pembelajaran digital dan video interaktif.
Pada kegiatan sintak pembelajaran ke 2 ketika guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok diskusi, siswa mudah bergerak untuk
menyusun tempat duduknya sesuai kelompok sehingga suasana kelas tetap
kondusif hal ini meenuhi kriteria susunan meja kursi yaitu mobilitas, selain
itu siswa juga mudah untuk berinteraksi dengan sesame teman dan gurunya
hal ini juga memenuhi kriteria susunan meja kursi yaitu interaksi. Kriteria
fleksibilitas dan aksesibilitas juga tercapai dalam pembelajaran ini terlihat
pada video guru dengan mudah memantau kegiatan siswa selama
pembelajaran.
Pada kegiatan sintak pembelajaran ke 3 terlihat guru memberikan instruksi
dan penjelasan yang rinci mengenai materi yang diajarkan, juga terlihat
adanya bimbingan penyelidikan secara berkelompok.
Pada kegiatan sintak pembelajaran ke 4 terlihat adanya pemusatan perhatian
pada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya dengan
melakukan tanya jawab seputar hasil diskusi dan membandingkan dengan
situasi sebenarnya.
Kemudian pembelajaran berjalan sesuai dengan sintak pembelajaran
hingga akhir kegiatan pembelajaran. Berdasarkan video tersebut dapat
disimpulkan, terkait dengan pengelolaan kelas, keterampilan pengelolaan
kelas perlu dimiliki oleh guru karena hal ini akan membantu dalam
pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Pengelolaan kelas menyangkut
kepada menciptakan iklim atau kondisi belajar yang kondusif dan
maksimal. Penataan tempat duduk yang tepat juga memfasilitasi siswa
untuk belajar dengan aktif dan bersemangat

F. Keterkaitan dengan teknik bertanya pada video pembelajaran discovery


learning
Teknik bertanya adalah bagaimana cara seseorang menanyakan
sesuatu hal. Teknik bertanya dalam pembelajaran sangatlah penting.
Bertanya berfungsu sebagai indikator berpikir. Teknik bertanya memiliki
dua komponen yaitu teknik bertanya dasar dan teknik bertanya lanjut.
Seperti yang pernah kita pelajari sebelumnya, teknik bertanya dasar adalah
teknik bertanya yang menuntut siswanya mengingat kembali informasi yang
telah diterimanya. Sedangkan teknik bertanya lanjutan adalah teknik
bertanya yang menuntut siswanya agar dapat mengembangkan
keterampilan berpikirnya.
Pada video yang kami bahas guru menerapkan kedua komponen
pada teknik bertanya. Komponen pertama yaitu teknik bertanya dasar
dilakukan oleh sang guru pada saat menanyakan tentang konsep dasar
kepada murid-muridnya yaitu bertanya tentang apa itu gaya? Apa itu
perpindahan? Dan sebagainya. Lalu komponen kedua yaitu teknik bertanya
lanjutan yang dilakukan sang guru pada saat bertanya bagaimana ketika
dirinya mendorong meja? Apakah hal itu termasuk usaha? Apakah ketika
mendorong dinding termasuk usaha juga? Pertanyaan seperti ini termasuk
ke pertanyaan lanjutan karena menuntut siswa mengembangkan
keterampilan berpikirnya.
Dalam video juga terlihat bahwa sang guru tidak terlalu banyak
memberikan pertanyaan kepada muridnya. Guru hanya sesekali bertanya di
awal untuk memancing siswa agar lebih aktif. Guru hanya bertanya
pertanyaan yang sudah dibahas di paragraf sebelumnya. Dilihat dari sisi
lain, menurut jenis pertanyaan berdasarkan pola interaksi guru adalah
termasuk ke salam pertanyaan menuntun. Hal ini karena tujuan dari sang
guru adalah menuntun siswanya untuk berpikir tentang materi yang
dipelajari saat itu yaitu gaya, perpindahan, dan usaha. Lalu menurut
taksonomi Blooser pertanyaan tersebut termasuk kepada pertanyaan recall
thinking yang artinya pertanyaan untuk mengingat kembali apa yang
sebelumnya sudah dipelajari. Kemudian jenis pertanyaan menurut
keterampilan proses sains adalah termasuk kedalam pertanyaan mengamati,
dimana sang guru menyajikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-
hari yang berkaitan dengan gaya, perpindahan, dan usaha.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keterkaittan video terhadap teori sudah sesuai, terdapat 3 kegiatan
yaitu kegiatan Pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup
yang masing-masing memiliki isi yang sama. Akan tetapi, ada
beberapa prinsip yang belum terlihat dalam proses pembelajaran
dalam video tersebut.
2. Terdapat ketersesuian antara model dan bahan ajar terhadap video
pembelajaran yang dimana model Discovery Learning ini
menekankan pada sisiwa untuk menemukan konsep sendiri melalui
pemberian masalah yang direkayasa oleh guru.
3. Video yang ditampilkan sedikit kurang sesuai dengan kenyataan
karakter peserta didik. Dikarnakan, karakter peserta didik beragam
dan lebih membutuhkan kesesuaian yang lebih.
4. Dengan kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan karakteristik
dapat menghasilkan kelebihan maka pembelajaran dengan discovery
learning bisa menghasilkan kegiatan pembelajaran yang efektif.
5. Pengelolaan kelas menyangkut kepada menciptakan iklim atau
kondisi belajar yang kondusif dan maksimal. Penataan tempat duduk
yang tepat juga memfasilitasi siswa untuk belajar dengan aktif dan
bersemangat.
6. Pada video guru menerapkan kedua komponen pada teknik
bertanya. Komponen pertama yaitu teknik bertanya dasar dan
komponen kedua yaitu teknik ber Pada video yang kami bahas guru
menerapkan kedua komponen pada teknik bertanya. Komponen
pertama yaitu teknik bertanya dasaranya lanjutan.
B. Daftar Pustaka
Abdul Majid.2015.Strategi Pembelajaran, Cet-4,Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Asep Herdiana. 2016. Aspek – Aspek Pengelolaan Kelas. Dikutip
dari http://bloggemkara-asp-herdiana311.blogspot.com/2016/10/aspek-
aspek pengelolaan-kelas-disusun.html. Diakses pada 16 Juni 2020 pukul
20.00 WIB
Hanafiah, Cucu Suhana.2009. Konsep Strategi
pembelajara.Bandung: Refika Aditama.
M. Hosnan.2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21, cet-2. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wicaksono,dkk. (2015). Teori pembelajaran Bahasa (Suatu
Catatan Singkat). Yogyakarta : Garudhawaca.
Widian dnyana,I. W., Sadia, I. W., & Suastra, I. W.(2014).
Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Pemahaman Konsep IPA
dan Sikap Ilmiah Siswa SMP.Jurnal Pendidikan IPA.

Anda mungkin juga menyukai