Anda di halaman 1dari 5

Ahli Waris Menurut Islam.

Ahli waris menurut Islam dapat dilihat dari dua segi :

a. Jika dilihat dari segi sebab-sebab seseorang dapat saling waris mewarisi, maka ahli
waris menurut Islam dapat digolongkan kepada : 1). Ahli waris sababiyah. 2). Ahli
waris nasabiyah,

b. Dan jika dilihat dari segi jenis kelamin, maka ahli waris dapat dibagi kepada: 1). Ahli
waris laki-laki. 2).Ahli waris perempuan.

Jika dilihat dari segi sebab-sebab seseorang dapat saling waris mewarisi, maka
ahli waris menurut Islam dapat digolongkan kepada :

1). Ahli Waris Sababiyah.

Ahli waris sababiyah adalah ahli waris yang berhak memperoleh bagian dari
harta warisan disebabkan terjadinya hubungan perkawinan dengan orang yang
meninggal dunia. Hubungan perkawinan terjadi karena adanya suatu akad yang
menjadikan seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri. Jadi
yang termasuk ahli waris sababiyah adalah suami dan isteri. Jika salah seorang
diantara mereka meninggal dunia, masing-masing diantara mereka dapat saling
mewarisi. Allah SWT telah menjelaskan dalam firmannya Q S An-Nisaa‟ (4) : 12.
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri-isterimu itu mempunyai anak,
Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. para
isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh
seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu....”

Suami dan isteri dapat saling mewarisi bila perkawinan mereka memenuhi
syarat-syarat, yaitu :
a). Perkawinan mereka sah menurut syara‟, akad perkawinan tersebut terpenuhi
rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Jika perkawinan mereka dinyatakan batal
atau fasid, maka mereka tidak dapat saling mewarisi, sebab perkawinan yang
fasid tidak sah menurut syara‟.

b). Hubungan perkawinan mereka masih berlansung. Tolok ukur bahwa hubungan
perkawinan mereka masih berlansung meliputi :

(1). Hubungan perkawinan mereka berlansung sampai dengan salah seorang


diantara mereka meninggal dunia.

(2). Isteri dalam keadaan iddah thalaq raj‟i. Jika salah seorang diantara mereka
tersebut meninggal dunia dalam masa iddah thalaq raj‟i,hubungan mereka
masih berlansung, dan mereka saling mewarisi. 2). Ahli Waris
Nasabiyah.Ahli Waris Nasabiyah adalah ahli waris yang berhak
memperoleh bagian harta warisan karena ada hubungan nasab
(keturunan ) dengan orang yang meninggal dunia.

Dilihat dari arah hubungan nasab, ada garis kebawah, keatas dan
kesamping, maka ahli waris nasabiyah terbagi kepada tiga macam, yaitu :

1). Furu’ al-Mayit, yaitu anak keturunan dari orang yang meninggal (pewaris).
Hubungan nasab antara si pewaris dengan anak keturunannya disebut
hubungan nasab menurut garis lurus kebawah, maka yang termasuk furu‟
al-mayit adalah:

a). Anak laki-laki dan anak perempuan. Allah SWT menjelaskan dalam
firman-Nya Q S An-Nisaa‟ (4) : .“Allah mensyari'atkan bagimu tentang
(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang
anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan ...”

b). Cucu laki-laki dari pancar laki-laki, atau anak laki-laki dari anak laki-laki
dan seterusnya sampai kebawah tanpa diselingi oleh anak perempuan.
Karena lafaz auladukum dalam Q S An-Nisaa (4) : 11 diatas dapat
dijadikan dalil bagi ahli waris ini.
c). Cucu perempuan dari pancar laki-laki, atau anak perempuan dari anak
laki-laki.

2). Ushul al-Mayit. Yaitu orang-orang yang menyebabkan adanya atau lahirnya
orang yang meninggal dunia (sipewaris), atau orang-orang yang
menurunkan orang yang meninggal dunia. Hubungan nasab ini menurut
garis keturunan lurus keatas. Ahli warisnya adalah :

a). Ayah dan Ibu. Hal ini sebagai dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya
Q S An-Nisaa‟ (4) : 11. “... dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka
ibunya mendapat sepertiga....”

b).Kakek shahih (datuk), Yaitu ayah dari ayah, ayah dari ayah dari ayah
seterusnya sampai keatas dengan tidak diselingi oleh perempuan.
Bila diselingi dengan perempuan maka ahli waris ini disebut kakek
ghairu shahih. Dari Sulaiman bin Yasar, bahwa dia berkata: Umar bin
Khathab menetapkan... bagian kakek seperenam

c). Nenek Shahihah, nenek yang dalam hubungan nasabnya tidak


diselingi oleh kakek.Sedangkan nenek yang dalam hubungan
nasabnya diselingi oleh kakek ghairu shahih, disebut nenek ghairu
shahih. Dari Ibnu Buraidah dari Bapaknya bahwa Nabi SAW
menetapkan bagi nenek seperenam harta warisan jika tidak bersama
dangan ibu.

3). Al-Hawasyi ( keluarga menyamping ).

Ahli waris yang termasuk al-hawasyi ini adalah : a). Saudara laki-laki
sekandung, b). Saudara perempuan sekandung, c). Saudara laki-laki
seayah, d). Saudara perempuan seayah, e). Saudara laki-laki seibu,
f). Saudara perempuan seibu, g).Anak laki-laki dari saudara laki-laki
sekandung dan anak laki-laki seterusnya sampai kebawah, tanpa
diselingi oleh anak perempuannya, h).Anak laki-laki dari saudara laki-
laki seayah dan anak laki-laki seterusnya sampai kebawah, tanpa
diseling oleh anak perempuannya, i).Paman sekandung, yaitu
saudara laki-laki ayah dan anak laki-laki kakek shahih yang
sekandung sampai keatas, j).Paman seayah, saudara laki-laki dari
ayah atau saudara laki-laki kakek shahih yang seayah betapapun
jauhnya keatas, k).Anak laki-laki dari paman sekandung dan anak
laki-laki keturunannya seterusnya sampai kebawah, tanpa diselingi
oleh anak perempuan, l). Anak laki-laki dari paman seayah, dan anak
laki-laki keturunannya sampai betapapun jauhnya lebawah, tanpa
diselingi anak perempuan.

b. Jika dilihat dari segi jenis kelamin, maka ahli waris dapat dibagi kepada ahli waris laki-
laki dan ahli waris perempuan

1). Ahli Waris Laki-Laki. Jika dikelompokan ahli waris yang laki-laki saja, maka mereka
tersebut berjumlah 15 macam, yaitu : a). Ayah, b).Kakek, yaitu ayah dari ayah
sekalipun yang teratas,seperti ayah dari ayah dari ayah, c). Anak laki-laki, d).
Cucu laki-laki, yaitu anak laki-laki dari anak laki-laki sekalipun yang terbawah,
seperti anak laki-laki dari anak laki-laki dari anak laki-laki, e).Saudara laki-laki
sekandung, f). Saudara laki-laki seayah, g). Saudara laki-laki seibu, h).Anak
laki-laki dari saudara laki-laki sekandung sekalipun yang terjauh, seperti anak
laki-laki dari anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung, i). Anak laki-laki
dari saudara laki-laki seayah sekalipun yang terjauh, seperti anak laki-laki dari
anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah, j). Paman kandung, yaitu saudara
laki-laki yang kandung oleh ayah, sekalipun yang teratas, seperti paman dari
ayah, k). Paman seayah, yaitu saudara laki-laki yang seayah oleh ayah,
sekalipun yang teratas, seperti paman seayah oleh ayah, l). Anak laki-laki dari
paman yang kandung sekalipun yang terbawah, seperti anak laki-laki dari anak
laki-laki dari paman kandung, m). Anak laki-laki dari paman. seayah sekalipun
yang terbawah, seperti anak laki-laki dari anak laki-laki dari paman seayah, n).
Suami, o). Tuan laki-laki (penghulu) yang telah memerdekakan simayat dari
kebudakannya. Tapi dizaman sekarang ini tidak ada lagi budak, berarti juga
tidak ada lagi orang yang memerdekakan budak.

Jika semua ahli waris yang laki-laki itu ada, tidak semua mereka
mendapat harta warisan karena ahli waris yang dekat kepada pewaris
menghijab yang lebih jauh. Ahli waris yang laki-laki yang tidak pernah terhijab
adalah : a). Suami, b). Anak laki-laki, c). Bapak.

2). Ahli Waris Perempuan.

Jika dikelompokan ahli waris yang perempuan saja, maka mereka


tersebut berjumlah 10 macam, yaitu : a). Ibu, b). Nenek yaitu ibu dari ibu,
sekalipun yang teratas, yaitu ibu dari ibu dari ibu, c). Nenek yang lain, yaitu ibu
dari ayah, sekalipun yang teratas, seperti ibu dari ayah dari ayah, d). Anak
perempuan, e). Anak perempuan dari anak laki-laki sekalipun yang terbawah,
seperti anak perempuan dari anak laki-laki dari anak laki-laki, f). Saudara
perempuan yang kandung, g). Saudara perempuan seayah, h). Saudara
perempuan yang seibu, i). Isteri, sekalipun isteri tersebut masih dalam „iddah
yang boleh dirujuki, j). Penghulu perempuan yang memerdekakan simayat dari
kebudakannya. Tapi dizaman sekarang ini tidak ada lagi budak, berarti tidak
ada lagi orang yang memerdekakan budak.20Jika semua ahli waris yang
perempuan itu ada, tidak semua mereka mendapat harta warisan, karena ahli
waris perempuan yang lebih dekat menghijab yang lebih jauh. Ahli waris
perempuan yang tidak pernah terhijab adalah : a). Isteri. b). Anak perempuan,
c). Ibu.

Anda mungkin juga menyukai