Anda di halaman 1dari 18

ASPEK HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI

BERDASARKAN KUHPERDATA

FITRIANI AMAS GULU


D 101 13 448

PEMBIMBNG I : M. DJAFAR, S.H., M.

PEMBIMBING II : NASRUM, S.H.,M.H.

ABSTRAK

Prakteknya salah satu pihak dalam suatu perjanjian jual – beli tidak
memenuhi prestasi yang telah dijanjikannya sehingga menurut hukum ia
dipandang telah menyimpang dari perjanjian yang akan berakibat
timbulnya suatu resiko yang mengakibatkan keraguan dari pihak lain.
undang-undang menetapkan berbagai sanksi yang dapat dikenakan kepada
pihak yang telah melakukan wanprestasi. Namun demikian kadang –
kadang timbul masalah atau kesulitan dalam menetapkan kapan
sesungguhnya salah satu ppihak dapat dipandang telah wanprestasi.
Kesulitan ini akan sangat terasa apabila dalam perjanjian itu tidak
ditetapkan secara tegas kapan para pihak harus memenuhi prestasi yang
dijanjikannya.
Metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kepustakaan
(Library Research) dengan cara membaca berbagai literatur yang ada
kaitannya dengan obyek penelitian serta mengadakan pengkajian terhadap
berbagai ketentuan perundang-undangan yang dipandang erat
hubungannya dengan apa yang menjadi objek pembahasan dalam
penelitian ini. Bahan yang diperoleh selanjutnya dipaparkan secara
deskriptif dan dianalisa secara kualitatif.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa perjanjian jual-beli dapat
dipandang telah wanprestasi atau menyimpang dari syarat – syarat
perjanjian apabila salah satu pihak tidak memenuhi atau menyimpang dari
perjanjian atau kesepakatan jual beli yang diadakannya maka, secara
yuridis ia dipandang telah lalai ataupun ia makar (wanprestasi) maka akan
dikenakan sanksi-sanksi, serta konsekuensi hukum dari suatu perjanjian
jual-beli menurut KUHPerdata ketentuan pasal 1460 KUH.Perdata,
apabila timbul suatu resiko, maka resiko tersebut ditanggung oleh pihak
pembeli meskipun pihak penjual belum menyerahkan barangnya. Ketentuan
dimaksud dipandang sangat bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat

Kata Kunci : Perjanjian Jual Beli, Syarat-Syarat Sahnya Suatu


Perjanjian.

1
undang-undang, melainkan
1. PENDAHULUAN kebebasan dimaksud tetap harus
A. Latar Belakang berdasar pada syarat-syarat
Dalam perjanjian jual beli sahnya suatu perjanjian pada
terdapat dua pihak di pihak yang umumnya, dan khususnya
satu disebut penjual dan pihak perjanjian jual-beli, sebagaimana
lainnya disebut pembeli. Pihak telah ditetapkan dalam undang-
penjual membutuhkan uang dan undang.
pembeli membutuhkan suatu Meskipun dalam undang-
barang, perjanjian seperti ini undang telah ditetapkan tentang
diatur dalam buku III syarat-syarat sahnya suatu
KUHPerdata, mulai pasal 1457 perjanjian yang harus
sampai dengan pasal 1540. dipenuhi,akan tetapi dalam
Terkait dengan perjanjian jual- praktek kadang-kadang terjadi
beli itu, ketentuan undang-undang suatu perjanjian jual-beli dimana
memberikan kebebasan kepada jika dilihat sudut aspek hukumnya
para pihak untuk menentukan dapat dipandang bahwa perjanjian
syarat-syarat yang harus dimaksud menyimpang atau tidak
dipenuhinya. Hal ini sesuai memenuhi syarat sahnya suatu
dengan asas kebebasan berkontrak perjanjian yang ditetapkan dalam
yang terkandung dalam pasal pasal 1320 KUHPerdata, atau
1338 ayat (1) KUH Perdata.1 setidak-tidaknya menyimpang
Sekalipun demikian, bukan berarti dari asas yang terkandung dalam
bahwa para pihak dengan bebas pasal 1338 KUHPerdata ayat (3)
dapat mengadakan perjanjian jual- yang menetapkan bahwa
beli yang dapat mengganggu “Perjanjian harus dilaksanakan
ketertiban umum, atau melanggar dengan itikad baik”.
Perjanjian pada umumnya,
1
Ratna Artha windari, Hukum maka perjanjian jual beli
Perjanjian, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014,
Hlm., 4 merupakan salah satu sumber

2
lahirnya perikatan antara para Kesulitan ini akan sangat
pihak yang mengikat mereka terasa apabila dalam perjanjian itu
sebagaimana layaknya daya ikat tidak ditetapkan secara tegas
undang-undang (pasal 1338 ayat 1 kapan para pihak harus memenuhi
KUHPerdata). Karenanya, segala prestasi yang dijanjikannya.
hak dan kewajiban yang timbul Rumusan Masalah
dari perjanjian tersebut harus Adapun rumusan masalah dari
dipenuhi baik pihak penjual uraian Latar Belakang di atas
maupun pihak pembeli. sebagai berikut :
Hanya saja terkadang 1. Bagaimanakah perjanjian jual-
dalam prakteknya salah satu pihak beli dapat dipandang telah
dalam suatu perjanjian jual – beli wanprestasi atau menyimpang
tidak memenuhi prestasi yang dari syarat-syarat perjanjian?
telah dijanjikannya sehingga 2. Apakah yang menjadi resiko
menurut hukum ia dipandang hukum dari suatu perjanjian
telah menyimpang dari perjanjian jual-beli menurut
yang akan berakibat timbulnya KUHPerdata?
suatu resiko yang mengakibatkan I. PEMBAHASAN
keraguan dari pihak lain. A. Perjanjian Jual Beli Yang
Itulah sebabnya, undang- Menyimpang dari Syarat-
undang menetapkan berbagai Syarat Sahnya Perjanjian
sanksi yang dapat dikenakan Seperti kita ketahui bahwa
kepada pihak yang telah tujuan akhir dari setiap perjanjian
melakukan wanprestasi. Namun adalah terpenuhinya prestasi yang
demikian kadang-kadang timbul dijanjikan oleh masing-masing
masalah atau kesulitan dalam pihak yang terlibat dalam
menetapkan kapan sesungguhnya perjanjian itu. Yang di maksud
salah satu ppihak dapat dipandang prestasi di sini adalah sesuatu
telah wanprestasi. yang harus dipenuhi oleh Debitur,
atau dengan kata lain sesuatu yang

3
dapat di tuntut oleh kreditur, barang tersebut. Apabila salah
dimana dapat berupa satu pihak tidak memenuhi
memberikan/menyerahkan kewajiban tersebut, maka berarti
sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak telah wanprestasi atau ingkar
berbuat sesuatu (1234 janji.
KUH.Perdata). 2 Dengan demikian dapat saja
Jika sekiranya debitur tidak timbul suatu pertanyaan, yakni
memenuhi prestasi yang sejak kapan Debitur yang tidak
dijanjikannya, maka ia dinamakan memenuhi kewajiannya dapat di
wanprestasi atau ingkar janji. pandang wanprestasi atau
lstilah wanprestasi berasal dari menyimpan dari sahnya
Bahasa Belanda yaitu perjanjian? Untuk menjawab
„wanprestatie‟ yang tidak pertanyaan di atas, dapat
memenuhi kewajiban yang diuraikan ketentuan pasal 1238
ditetapkan dalam perjanjian. KUH.Perdata bahwa: Si berutang
Terhadap perjanjian jual-beli, adalah lalai, apabila ia dengan
pihak penjual berkewajiban surat perintah atau
memberikan atau menyerahkan dengan sebuah akta sejenis itu
barang yang dijualnya ke dalam telah dinyatakan lalai, atau demi
pemilikan pembeli dengan perikatannya sendiri, ialah
menjamin kenikmatan tenteram ditetapkan bahwa si berutang
atas pemakaian barang tersebut harus dianggap lalai dengan
atau menjamin dari cacat lewatnya waktu yang ditentukan.
tersembunyi. Sedang bagi pihak Rumusan tersebut di atas
pembeli berkewajlban membayar dapat djelaskan bahwa apabila
harga barang tersebut. Apabila dalam suatu perjanjian jual-beli
salah satu pihak tidak harga tidak ditetapkan waktu tertentu
kapan debitur harus memenuhi
2
R Soeroso, Perjanjian di Bawah prestasi yang djanjikannya, maka
Tangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011,
Hlm., 4. debitur baru dapat dianggap fatal

4
atau wanprestasi jika telah ditegur disampaikan oleh kreditur tanpa
untuk memenuhi prestasi di melalui Pengadilan atau tanpa
maksud namun ia tidak perantaraan juru sita.
mengindahkannya. Tegasnya Penulis beranggapan, bahwa
debitur mulai dianggap fatal sejak meskipun suatu teguran tertulis
Ia tidak mengindahkan teguran disampaikan Iangsung oleh
tersebut. kreditur kepada debitur tanpa
Menurut Abdulkadir melalui pengadilan, kalau ternyata
Muhammad, bahwa yang debitur tidak mengindahkannya
dimaksud peringatan atau teguran maka sudah sepatutnya debitur
tertulis dalam pasal 1238 KUH tersebut dipandang wanprestasi
Perdata adalah: Surat peringatan penulis cenderung mengikuti
resmi dari Pengadilan. Biasanya pendapat yang dikemukakan oleh
peringatan (somasi) itu dilakukan Subekti bahwa:
oleh seorang juru sita dari Sekarang di dalam praktek
pengadilan yang membuat proses sudah lazim ditafsirkan suatu
verbal tentang pekerjaannya itu. peringatan atau teguran yang juga
Jika menyilik pendapat boleh dilakukan secara lisan, asal
Abdulkadir Muhammad, maka cukup tegas menyatakan desakan
timbul kesan bahwa surat perintah Si berpiutang supaya prestasi
teguran tentulis kepada Debitur dilakukan dengan seketika atau
baru dapat dijadikan dasar untuk dalam waktu yang singkat hanya
menetapkan bahwa Debitur telah tentu saja, sebaiknya dilakukan
wanprestasi apabila surat perintah secara tertulis, dan seyogyanya
atau teguran itu disampaikan surat tercatat agar nanti di muka
melalui Pengadilan. hakim tidak mudah dipungkiri.
Jika hal demikian, berarti Maka tampak jelasIah, bahwa
seorang debitur belum dapat suatu teguran tertulis kepada
dipandang wanprestasi, kalau debitur tidak mutlak harus
ternyata teguran tertulis disampaikan melalui pengadlian

5
atau juru sita. Mekipun dijanjikannya. Walaupun belum
penyampaian teguran tersebut ada teguran dari kreditur kepada
tidak melalui pengadilan, namun debitur namun dengan tidak
sepanjang kreditur dapat dipenuhinya prestasi tepat pada
membuktikan bahwa Ia telah waktu yang diperjanjikan, maka
melakukan teguran kepada debitur demi perikatnya sendiri debitur
agar dipenuhi prestasi yang sudah sepatutnya dianggap
djanjikannya tetapi ternyata tidak wanprestasi setelah lewatnya
diindahkan, maka teguran tersebut waktu yang ditetapkan.
beralasan dijadikan dasar untuk Jika kita memperhatikan
menetapkan bahwa debitur telah praktek peradilan, maka
wanprestasi. nampaknya Mahkamah Agung
Menurut Abdulkadir tidak menganut pendirian yang
Muhammad, bila saat pelaksanaan tetap, berkenaan perlu tidaknya
prestasi telah ditetapkan dalam suatu teguran tertulis kepada
perjanjian, maka sejak lewatnya debitur apabila Ia tidak memenuhi
tenggang waktu tersebut kalau prestasi pada waktu yang
ternyata debitur tidak memenuhi ditetapkan dalam perjanjian.
prestasi yang dijanjikannya Ia Dalam putusan
telah dapat dianggap wanprestasi Mahkamah Agung tanggal 1 April
meskipun belum ada teguran dari 1969 No. 150K/SIP/1969 atas
kreditur. perkara perdata Acangdi lawan
Penulis, lebih sependapat Wengli ditetapkan bahwa:
terhadap pandangan atas Dalam hal salah satu
perjanjian yang telah ditetapkan pihak tidak memenuhi perjanjian
waktu pelaksanaan prestasi. Maka (i.c. tidak menyerahkan kopra dan
sejak semula debitur telah padi pada waktunya) pihal lain
mengetahui bahwa lambat akhir tanpa secara khusus melakukan
tenggang waktu tersebut Ia harus teguran secara tertulis, namun
memenuhi prestasi yang demi perikatannya tergugat

6
asal/termohon harus dinyatakan ini dinyatakan bahwa... atau demi
lalai. perikatnya menetapkan bahwa si
Hanya saja berbeda berutang akan harus dianggap
dengan putusan Mahkamah Ialai dengan lewatnya waktu yang
Agung di atas, maka dalam ditentukan. Dengan demikian
putusan Mahkamah Agung meskipun belum adalah teguran
tanggal 7-3 1969 No. dari kreditur, namun dengan tidak
172K/SlP/1969 atas perkara dipenuhinya prestasi dalam
perdata antara Hasan lawan CV. tenggang waktu yang ditetapkan
Laras ditetapkan bahwa :Bilamana untuk hal tersebut, maka sejak
dalam perjanjian ditentukan Iewatnya tenggang waktu tersebut
dengan tegas kapan pihak yang debitur sudah harus dipandang
bersangkutan harus melaksanakan wanpretasi.
sesuatu, dan setelah Iampau waktu Jika dalam perjanjian
yang ditentukan ia belum juga jual-beli debitur, debitur
melaksanakannya ia menurut melakukan wanprestasi, maka
hukum belum dapat dikatakan pihak kreditur dapat mengajukan
alpa memenuhi kewajiban tuntutan di depan Pengadilan yang
perjanjia selama hal tersebut disertai dengan permintaan agar
belum dinyatakan kepadanya terhadap debitur tersebut
secara tertulis oleh pihak lawan dikenakan sanksi-sanksi atau
(in gebreke gesteld). hukuman.
Pandangan penulis, Terhadap sanksi yang
pertimbangan hukum. Putusan dapat dikenakan kepada debitur
Mahkamah Agung yang terakhir yang wanprestasi, antara lain
disebutkan atas adalah kurang ditetapkan di dalam pasal 1236
tepat dan menyimpang dari KUH.Perdata bahwa:3
ketentuan pasal 1238
3
Kartini Muljadi dan Gunawan
KUH.Perdata, karena pada Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, Rajagrafindo Persada, Jakarta,
kalimat terakhir disebutkan pasal 2010, Hlm., 97

7
Si berutang adalah wajib dipaparkan di atas, maka dalam
memberikan ganti biaya, rugi dan pasal 1267 KUH.Perdata
bunga kepada si berpiutang ditetapkan bahwa: Pihak terhadap
apabila Ia telah membawa dirinya siapa perikatan tidak dipenuhi,
untuk menyerahkan dapat memilih apakah ia, jika hal
kebendaannya, atau tidak merawat itu masih dapat dilakukan, akan
sepatutnya guna memaksa pihak yang lain untuk
menyelamatkannya. memenuhi perjanjian disertai
Bersesuai dengan dengan pengantian biaya, rugi dan
ketentuan di atas, dalam pasal bunga.
1246 KIJH.Perdata ditetapkan Jika menyimak ketentuan ini,
bahwa: maka dapat ditegaskan bahwa bila
Biaya, rugi dan bunga debitur dalam perjanjian jual-beli
yang oleh Si berpiutang boleh wanprestasi, maka kreditur dapat
dituntut akan penggantiannya, mengajukan salah satu tuntutan
terdirilah pada umunya atas rugi diantara beberapa macam tuntutan
yang telah dideritanya dan untung sebagai berikut:
yang sedianya harus dapat a. Tuntutan pemenuhan
dinikmatinya. perjanjian
Berdasarkan kedua ketentuan b. Tuntutan pemenuhan
di atas, maka dapat ditegaskan perjanjian dlsertai dengan
bahwa bila dalam perjanjian jual- tuntutan ganti rugi.
beli ternyata debitur wanprestasi, c. Tuntutan ganti rugi saja.
maka ia dapat dituntut dan d. Tuntutan pembatalan
dikenakan sanksi membayar ganti perjanjian.
rugi yang diderita oleh kreditur e. Tuntutan pembatalan
yang terdiri tiga unsur yaitu: perjanjian disertai dengan
biaya, rugi, bunga. tuntutan ganti rugi.
Berkaitan dengan penerapan Terhadap soal ganti rugi, di
sanksi-sanksi yang telah dalam kitab undang-undang

8
hukum perdata terdapat beberapa yang diwajibkan kepada debitur
ketentuan yang bersifat untuk dibayar manakala ia
melindungi atau membatasi wanprestasi, hanya meliputi
tanggung jawab debitur. kerugian yang dapat diduga pada
Ketentuan dimaksud antara lain saat diadakannya perjanjian ini
pasal 1248 KUH.Perdata, yang dan kerugian yang merupakan
masing-masing pasal ini berbunyi akibat langsung dari kelalaian
sebagai berikut: Si berutang hanya debitur.
diwajibkan mengganti biaya rugi Perlu dikemukakan bahwa
dan bunga yang nyata telah atau debitur dapat membebaskan diri
sedianya harus dapat di duga dari kewajiban membayar ganti
sewaktu perjanjian dilahirkan, rugi yang diderita oleh kreditur,
kecuali jika hal tidak dipenuhinya manakala ia mampu membuktikan
perjanjian itu disebabkan karena bahwa tidak dipenuhinya prestasi
sesuatu tipu daya yang dilakukan yang dijanjikan adalah sebagai
olehnya. Kemudian dalam pasal akibat adanya keadaan memaksa.
1249 KUH.Perdata ditetapkan Yang dimaksud dengan
bahwa: Bahkan jika hal tidak keadaan memaksa ialah: Peristiwa
dipenuhinya perjanjian itu yang terjadi diluar kesalahan
disebabkan karena tipu daya si debitur setelah dibuat perikatan,
berutang, penggantian biaya rugi yang debitur tak dapat
dan bunga sekedar mengenai memperhitungkannya, dimana
kerugian yang di derita oleh si merintangi pelaksanaan perikatan.
berpiutang dan keuntungan yang Rumusan pengertian yang
terhitung baginya hanyalah terdiri mengandung makna yang sama
atas apa yang merupakan akibat dikemukakan pula oleh Abdul
langsung dan dipenuhinya Kadir Muhammad. Dimana beliau
perjanjian. mengatakan bahwa: Keadaan
Dari kedua ketentuan di atas, memaksa ialah keadaan yang
dapat diketahui bahwa ganti rugi tidak dapat dipenuhinya prestasi

9
oleh debitur karena terjadi suatu Mengenai keadaan memaksa
peristiwa bukan karena diatur di dalam pasal 1244 dan
kesalahannya, peristiwa mana 1245 KUH.Perdata dalam pasal
tidak dapat diketahui atau tidak 1244 KUH.Perdata ditetapkan
dapat diduga akan terjadi pada bahwa: Jika ada alasan untuk itu,
waktu membuat perikatan. si berutang harus di hukum
Dalam hukum Anglo saxon mengganti biaya, rugi dan bunga
(lnggris) keadaan memaksa ini bila ia tidak membuktikan bahwa
digunakan istilah “Frustration” hal tidak dilaksanakan atau tidak
artnya halangan yaitu: Suatu pada waktu yang tepat
keadaan yang terjadi atau dilaksanakan atau tidak pada
peristiwa yang terjadi diluar waktu yang tepat dilaksanakan
tanggung jawab pihak-piliak yang perjanjian itu disebabkan karena
membuat perikatan (perjanjian) suatu hal yang tak terdugapun, tak
itu tidak dapat dilaksanakan sama dapat dipertanggung jawabkan
sekali. padanya, kesemuanya itupun jlka
Rumusan pengertian yang etikat buruk tidak ada pada
diungkapkan di atas dapat pihaknya.
disimpulkan bahwa yang Kemudian dalam pasal 1245
dimaksud keadaan memaksa yaitu KUH.Perdata ditetapkan bahwa:
suatu peristiwa yang Tiadalah biaya, rugi dan bunga
menyebabkan terhalangnya harus digantinya, apabila karena
debitur melaksanakan prestasi keadaan memaksa atau karena
yang dijanjikan, dan peristiwa suatu kejadian yang tak disengaja,
mana diluar kemampuan debitur Si berutang berhalangan
dalam arti sama sekali tidak dapat memberikan atau berbuat sesuatu
dihindari, atau mungkin dapat yang diwajibkan, atau karena hal-
dihindari oleh debitur tetapi akan hal yang sama telah malakukan
menimbulkan kerugian yang Iebih perbuatan terlarang.
besar.

10
Bertolak pada kedua (peristiwa) di luar kesalahan salah
ketentuan di atas, bila debitur satu pihak. 4
dapat membuktikan bahwa tidak Meskipun dari rumusan
dipenuhinya prestasi adalah kalimat kedua pendapat di atas
karena adanya halangan sebagai agak berbeda, namun pada
akibat terjadinya peristiwa yang dasarnya mengandung makna
disengaja dan tak dapat diduga yang sama,
sebelumnya serta tak dapat bahwa yang dimaksud dengan
dipertanggung jawabkan, maka ia resiko timbulnya kerugian sebagai
dibebaskan dari tanggung jawab akibat terjadinya suatu peristiwa
membayar ganti rugi yang diderita kesalahan salah satu pihak.
oleh debitur. Berdasar pada perjanjian jual-
B. Resiko Dalam Perjanjian beli maka di dalam Kitab Undang-
Jual Beli undang hukum Perdata terdapat
Terhadap konsekuensi atas tiga ketentuan yang mengatur soal
resiko oleh Abdul Kadir resiko atau konsekuensi dalam
Muhammad memberikan perjanjian jual beli.
pengertian bahwa: “Resiko ialah 1. Resiko dalam jual-beli barang
kewajiban untuk memikul tentu diatur dalam pasal 1460
kerugian jika terjadi keadaan KUH.Perdata.
memaksa yaitu peristiwa bukan 2. Resiko terhadap barang yang
karena kesalahan debitur yang di jual menurut berat, jumlah
menimpah benda yang menjadi atau ukuran diatur dalam
obyek perikatan atau menghalangi pasal 1461 KUH.Perdata.
debitur memenuhi prestasi (1984). 3. Resiko lerhadap barang yang
Selanjutnya Soebekti memberikan di jual menurut tumpukan
pengertian bahwa yang dimaksud
dengan resiko ialah kewajiban
memikul kewajiban yang 4
Chruman Pasaribu dan Suhrawardi,
Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar
disebabkan oleh suatu kejadian Grafika, Jakarta, 2004, Hlm., 41.

11
diatur dalam pasal 1462 beli mobil dengan PT. Hasrat.
KUH.Perdata. Mobil tersebut telah ditunjuk
Ketiga pengaturan resiko oleh si A yaitu Merk Avanza
diatas akan diuraikan secara Warna Hitam Nomor Mesin:
singkat sebagai berikut: 6208 K dan Nomor rangkanya:
ad. 1. Resiko dalam jual-beli 8113, mengenai harga Mobil
barang tertentu. tersebut disepakati oleh para
Ketentuan pasal 1460 pihak Rp 250.000.000,- dan
KUH.Perdata bahwa jika akan dibayar lunas oleh Si A
barang yang dijuaI itu berupa setelah STNK Mobil itu
suatu barang yang sudah selesai.
ditentukan, maka barang itu Contoh yang kedua berupa
sejak saat pembehan adalah jual-beli benda tak bergerak
tanggungan Si pembeli misalnya:
meskipun penyerahannya Si A selaku pembeli telah sepakat
belum dilakukan dan si penjual dengan si B selaku penjual
berhak mununtut harganya. 5 mengadakan perjanjian jual-beli
Adapun pengertian barang atas sebidang tanah yang luasnya
tertentu menurut ketentuan di lebih kurang 2.000 m2 yang
atas adalah barang, yang pada terletak di kelurahan Talise
perjanjian diadakan sudah ada dengan batas-batas sebagai
dan ditunjuk oleh Si pembeli berikut:
untuk jelasnya dapat diberikan Sebelah Utara : Tanahnya Junaidi
contoh sebagai berikut: Sebelah Selatan: Tanahnya Sahdin
Si A selaku pihak Sebelah Timur: Tanahnya
pembeli telah sepakat Nasrullah `
mengadakan perjanjian jual- Sebelah Barat : Tanahnya
Mahmud `
5
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori Adapun harga di sepakati
dan Analisa Kasus, Kharisma Putra Utama,
Jakarta, 2014, Hlm., 71. Rp.90.000.000,- dan akan di bayar

12
oleh pembeli setelah Akte jual- tidak ada dan tidak akan pernah di
belinya diserahkan kepada terimanya. Di samping itu telah
pembeli. diketahui bahwa sebelum barang
Sehubungan dengan kedua tersebut diserahkan oleh penjual
contoh di atas bila ternyata mobil kepada pembeli, pembeli adalah
dan tanah tersebut musnah bukan pemilik, karena hak milik
sebelum diserahkan misalnya atas barang tersebut baru beralih
karena kantor PT. Hasrat terbakar setelah diadakan penyerahan
sehingga mobil tersebut turut pula nyata dan yuridis kepada pembeli.
terbakar atau karena terjadi gempa Anehnya. ketentuan pasal 1460
bumi yang mengakibatkan KUH.Perdata membebankan
longsomya tanah itu, maka resiko kepada seseorang yang
menurut pasal 1460 KUH.Perdata bukan pemilik.
resiko ditanggung oleh si pembeli, Olehnya itu, M. Yahya
sehingga meskipun mobil atau Harahap mengemukakan bahwa:
tanah itu tak mungkin lagi dapat Pasal 1460 KUH.Perdata
diserahkan oleh penjual, tetapi merupakan ketentuan Undang-
pihak penjual tetap berhak undang yang paling sial bagi para
menuntut pembayaran harga pembeli barang tertentu.
barang tersebut kepada pembeli. Menurut Subekti adanya
Dengan kara lain pihak pembeli pasal undang-undang yang
tetap diwajibkan membayar harga memberikan peraturan tidak adil
barang itu. itu seperti pasal 1460
Dari uraian di atas nampak KUH.Perdata:
bahwa pengaturan resiko yang Karena pasal 1460 itu (seperti
ditetapkan dalam pasal 1460 halnya dalam pasal 1471), telah
KUH.Perdata sungguh tidak dikutip begitu saja dari code clvii
mencerminkan keadilan, oleh Perancis, tanpa disadari bahwa
karena pembeli diwajibkan B.W menganut suatu sistem yang
membayar harga barang yang berlainan dengan code civil dalam

13
hal, pemindahan hak milik. Dalam Menurut M.Yahya Harahap
sistem code civil, barang kita bahwa: Sebenarnya adalah Iebih
bicarakan tadi sejak ditutupnya memenuhi logika, bahwa dalam
perjanjian sudah menjadi milik perjanjian timbal balik seperti
pembeli. pada jual-beli apablia salah satu
Ada benarnya apa yang prestasi gugur, dengan sendirinya
dikemukakan oleh Soebekti prestasi yang lainpun harus.
bahwa kalau menurut code civil Dengan demikian lebih masuk
Perancis, sejak ditutupnya akal jika barang yang di jual
perjanjian jual-beli hak milik atas musnah sebelum diserahkan pada
barang itu telah beralih kepada pembeli, gugur kewajiban
pihak pembeli meskipun barang pembeli untuk membayar harga
itu belum diserahkan. Jadi wajar adalah lebih rasional untuk
kalau menurut sistem ini pembeli menentukan resiko dalam jual-beli
yang menanggung resiko karena barang tertentu, tetap berada pada
dialah selaku pemilik atas barang pihak penjual selama barang
tersebut belum diserahkan pada pembeli.
Hanya saja B.W. Menganut Menurut penulis, pendapat di
sistem yang berlainan dengan atas adalah cukup beralasan,
code civil Perancis, dimana sebab selama barang ini belum di
perjanjian jual-beli adalah hanya serahkan oleh penjual kepada
bersifat oblicatoir dalam arti baru pembeli, maka hak milik barang
meletakkan hak dan kewajiban tersebut tetap berada pada pihak
terhadap para pihak, sedang hak penjual. Karenanya adalah tepat
milik baru beralih setelah bila penjual selaku pemilik yang
dilakukan penyerahan, maka amat menanggung resiko atas barang
tidak adil bila resiko atas barang itu.
itu dibebankan kepada pembeli
meskipun barang tersebut masih
dalam kekuasaan penjual.

14
BAB III PENUTUP dengan pembatalan
A. Kesimpulan sedangkan bilamana syarat
objektif yang tidak
Berdasar pada uraian
terpenuhi, maka perjanjian
yang dikemukakan pada
jual beli tersebut batal
pembahasan terdahulu maka
demi hukum, artinya
dapat ditarik suatu simpulan
dipandang tidak pernah
sebagai berikut :
ada.
1. Bahwa perjanjian jual beli
3. Bahwa jika salah satu
telah dipandang terjadi dan
pihak tidak memenuhi atau
mengikat para pihak sejak
menyimpang dari
saat tercapainya kata
perjanjian atau
sepakat dan karenanya
kesepakatan jual beli yang
sejak saat itulah timbul
diadakannya maka, secara
hak dan kewajiban bagi
yuridis ia dipandang telah
mereka perjanjian dalam
lalai ataupun ia makar
bentuk inilah yang
(wanprestasi) maka akan
merupakan suatu
dikenakan sanksi-sanksi
perjanjian yang bersifat
tersebut.
konsesuil dan obligatoir
4. Bahwa kadang terjadi
2. Bahwa suatu perjanjian
dalam praktek suatu
dapat dipandang telah
perjanjian jual-beli tak
mengikat, bilamana
dapat dipenuhi oleh
memenuhi syarat – syarat
debitur akibat terjadinya
sahnya suatu perjanjian
suatu peristiwa
yakni syarat subjektif dan
kesalahan salah satu pihak,
syarat objektif. Apabila
keadaan yang demikian ini
syarat subyektif tidak
dikenal dengan istilah
terpenuhi, maka perjanjian
resiko, menurut ketentuan
jual beli itu diancam
pasal 1460 KUH.Perdata,

15
apabila timbul suatu bertentangan apalagi
resiko, maka resiko menyatakan tidak berlaku
tersebut ditanggung oleh suatu ketentuan yang
pihak pembeli meskipun derajatnya lebih tinggi.
pihak penjual belum B. Saran
menyerahkan barangnya. Disarankan kiranya ada
Ketentuan dimaksud ketegasan dalam perjanjian
dipandang sangat jual beli yang diadakan agar
bertentangan dengan rasa tidak menimbulkan
keadilan masyarakat permasalahan hukum
karena walaupun pihak khususnya dalam praktek
pembeli belum menerima pelaksanaannya.
barang ia tetap diwajibkan Demikian halnya
membayar harga barang pengaturan resiko dalam
itu sebagai jalan keluar perjanjian jual beli, hendaknya
dari pengaturan resiko pasal 1460 KUH.Perdata
yang dipandang tidak adil dicabut dan diganti dengan
itu, maka Mahkamah ketentuan yang benar – benar
Agung telah mengambil mencerminkan rasa keadilan
prakarsa dengan masyarakat. Pencabutan dan
mengeluarkan surat edaran pengantian nama hendaknya
Nomor 3 tahun 1963 yang dengan ketentuan yang
antara lain menyatakan sederajat dengan pasal 1460
mengganggap ketentuan KUH.Perdata, sehingga tidak
pasal 1460 KUH.Perdata terjadi penyimpangan terhadap
tidak berlaku lagi oleh asas hukum yang berkenaan
karena telah menyimpang dengan hirarki peraturan
dari asas bahwa suatu perundang-undangan.
ketentuan yang derajatnya
lebih rendah tidak boleh

16
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Chruman Pasaribu dan Suhrawardi, Hukum Perjanjian Dalam Islam,
Sinar Grafika, Jakarta, 2004.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari


Perjanjian, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.

Ratna Artha windari, Hukum Perjanjian, Graha Ilmu, Yogyakarta,


2014.

R Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.


Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Kharisma
Putra Utama, Jakarta, 2014.

B. Peraturan Perundanga-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

17
BIODATA PENULIS

NAMA : FITRIANI AMAS GULU


TEMPAT TANGGAL LAHIR : AMPANA, 1 NOVEMBER 1995
ALAMAT : PERDOS BLOK C10 NO 13
KOTA PALU
EMAIL : Fitry_ampana01@yahoo.co.id
NOMOR TELEPON/HP : 0823 9653 4848

18

Anda mungkin juga menyukai