NIM : 201903110
CI LAHAN CI INSTITUSI
2019/2020
RESUME KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn “H” DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HILS)
DI RUANG PERAWATAN MINA
RUMAH SAKIT HAPSAH
NIM : 201903110
CI LAHAN CI INSTITUSI
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI.
Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal
keluar kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding abdomen dan
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus inguinalis
internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis eksternus ( Henderson ;
1992).
2. ETIOLOGI
a. Kongenital.
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus
inguinalis yang cukup lebar.
b. Didapat.
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia:
- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
- Peninggian tekanan intra abdomen:
Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.
Masuknyaisironggaperutmalaluikanalisinguinalis
Jikacukuppanjangakanmenonjolkeluardarianalusinguinaliseksternus
Tonjolanakansampaikespektrum
hernia
Tidakpapattimbulse Dapattimbulsecaraspontan
caraspontan (manual)
Adanyalukainsisi
Kekurangan Ketidaknyama
volume cairan Nutrisiinade Gangguaninte nan/keterbata
kuat gritaskulit sangerak
Kebutuhannutrisikuran Aktifitasterganggu
gdarikebutuhantubuh
Imobilitasfisik
Kuranginformasi
Kurangpengetahuan
PATWAY POST OPERASI
Gagal menutup
Pembedahan
Resiko infeksi
nyeri
5. MANIFESTASI KLINIS
- Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin,
mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring.
- Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.
6. KOMPLIKASI
Muntah.
Perdarahan.
Shok.
Kembung.
Radang paru.
Retensio urine.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah
jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan Laboratorium.
7. Pemeriksaan darah lengkap.
8. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan
bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses
strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis
usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :
Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya
hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek
yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.
Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada
bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas
pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang
semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus
direkonstuksi.
Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan
adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun
atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia
pasien.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah elektif,
kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty atau
teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan
kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end.
Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan
vital langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa.
1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang
terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko
terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC,
Epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola
pemecahan masalah, Daya ingat.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan
menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna
mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada,
frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung,
tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,
perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata,
pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d.
12, kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran
kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen
d. Therapi
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
DX 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- Normal
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan
keefektifan analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan
pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang
perstaltik dan lelancaran flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian dapat
meningkatkankoping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
DX 2 : Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman
Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman
- Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
Intervensi :
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.
b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien
Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.
c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien
Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus
tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi
d. Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien
selama melakukan aktivitas.
Long, Barbara C. (2002). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta
Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta
R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
https://www.academia.edu/34988366/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIL