Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN Tn “H” DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HILS)


DI RUANG PERAWATAN MINA
RUMAH SAKIT HAPSAH

NAMA : NURUL AFNI

NIM : 201903110

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG PROFESI

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

2019/2020
RESUME KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn “H” DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HILS)
DI RUANG PERAWATAN MINA
RUMAH SAKIT HAPSAH

NAMA : NURUL AFNI

NIM : 201903110

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG PROFESI

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

1. DEFINISI.

Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal

keluar kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding abdomen dan

masih meliputi peritoneum ( Puruhito ; 1993).

Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus inguinalis
internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis eksternus ( Henderson ;
1992).

2. ETIOLOGI
a. Kongenital.
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus
inguinalis yang cukup lebar.
b. Didapat.
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia:
- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
- Peninggian tekanan intra abdomen:
 Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
 Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
 Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

3. TANDA DAN GEJALA


 Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.
 Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.
 Mual dan kembung.
 Tidak flatus / BAB
4. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor
kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor yang
kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda
berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup
panjang maka akan menonjol keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini
berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada
laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan
maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate
yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri
atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau
prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate
akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
 PATWAY PRE OPERASI

faktor congenital Faktor di dapat (batukkronis,


(kegagalanpenutpanproses
5. mengejansaatdefekasi,
usvaginalispadawaktukeha pekerjaanmengankatbendaberat)
milan)

Peningkatantekanan intra abdomen

Masuknyaisironggaperutmalaluikanalisinguinalis

Jikacukuppanjangakanmenonjolkeluardarianalusinguinaliseksternus

Tonjolanakansampaikespektrum

hernia

Tidakpapattimbulse Dapattimbulsecaraspontan
caraspontan (manual)

Tindakpembedahan Post operasi hernia

Adanyalukainsisi

System irigasi Penurunanf Perawatanluka


ungsiusus Diskontinuitasj yang kurang
aringan
Keseimbangan
cairan Deficit Resikoinfeksi
cairan nyeri

Kekurangan Ketidaknyama
volume cairan Nutrisiinade Gangguaninte nan/keterbata
kuat gritaskulit sangerak

Kebutuhannutrisikuran Aktifitasterganggu
gdarikebutuhantubuh

Imobilitasfisik
Kuranginformasi

Kurangpengetahuan
 PATWAY POST OPERASI

Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Pembedahan
Resiko infeksi

nyeri
5. MANIFESTASI KLINIS
- Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin,
mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring.
- Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.

6. KOMPLIKASI
 Muntah.
 Perdarahan.
 Shok.
 Kembung.
 Radang paru.
 Retensio urine.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah
jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan Laboratorium.
7. Pemeriksaan darah lengkap.
8. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan
bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses
strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis
usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :
 Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya
hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek
yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.
 Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada
bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas
pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang
semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus
direkonstuksi.
 Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan
adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun
atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia
pasien.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah elektif,
kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty atau
teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan
kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end.
Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan
vital langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa.
1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang
terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko
terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC,
Epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola
pemecahan masalah, Daya ingat.

b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan
menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna
mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada,
frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung,
tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,
perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata,
pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d.
12, kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran
kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.

c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen
d. Therapi
2. DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.


2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit
cairan.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/drainase.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya.

3. INTERVENSI
DX 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- Normal
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan
keefektifan analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan
pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang
perstaltik dan lelancaran flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian dapat
meningkatkankoping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
DX 2 : Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman
Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman
- Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
Intervensi :
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.
b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien
Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.
c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien
Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus
tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi
d. Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien
selama melakukan aktivitas.

DX 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.


Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : - Menunjukkan penyembuhan luka tepat
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan
penyembuhan, mencegah komplikasi.
Intervensi :
a. Lihat semua insisi.
b. Evaluasi proses penyembuhan.
c. Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien
d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa
fungsi defekasi hilang.

DX 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : - tanda-tanda vital dalam batas normal
- Luka kering tidak ada pus
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi
hari adalah karakteristik infeksi.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Pertahankan keperawatan luka aseptic
Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian
d. Pertahankan balutan kering
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan
kontaminasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri

DX 7 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakitnya.
Tujuan : Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil : - Pasien dan keluarga mengungkapkan pamahaman tentang
proses penyakitnya.
Intervensi
a. Tinjau ulang pengetahuan pasien dan keluarga
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan keluarga
fapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
Rasional : Keluarga dapat melakukan perawatan sepulang dari RS
c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berat
Rasional : Aktivitas berat dapat memperparah keadaan hernia.
d. Kaji ulang proses penyakit, factor penyebab terjadinya
Rasional : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien
untuk membuat pilihan tentang masa depan dan control penyakit kronis.
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara C. (2002). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta

Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta

https://www.academia.edu/34988366/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIL

Anda mungkin juga menyukai