Anda di halaman 1dari 9

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.

2 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931

ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)


DI MUARA SUNGAI PORONG

Dewi Parawita1
Insafitri2
Wahyu Andy Nugraha 2
1
Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
2
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo

Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo


Jl.Raya Telang PO.BOX 2 Kamal Bangkalan Madura East Java

ABSTRAK
Laut merupakan tempat bermuaranya semua sungai, baik sungai kecil maupun sungai besar. Pembuangan
lumpur lapindo ke laut yang di alirkan melalui muara sungai Porong mengandung logam berat, salah satunya
yaitu timbal. Konsentrasi timbal yang melebihi baku mutu akan berpengaruh pada efek negatif biota. Tujuan
dari penelitian adalah mengetahui konsentrasi timbal di muara sungai Porong. Metode yang digunakan adalah
observasi, pengambila sampel dilakukan tiga kali tiap minggu pada waktu pagi hari. Hasil dari penelitian ini
diketahui bahwa kondisi fisika kimia perairan antara lain : konsentrasi timbal di muara sungai Porong berada
jauh di ambang batas dengan nilai konsentrasi timbal yaitu berkisar antara 0-0,490 mg/l, pH berkisar antara
7,6-7,7, suhu berkisar antara 30-32 0C, salinitas berkisar antara 11,3-12,3 ‰, DO berkisar antara 4,7-5,3 mg/l,
dan TSS berkisar antara 482,6-926,6 mg/l.

Kata Kunci : Konsentrasi, Timbal (Pb), Muara.

ABSTRACT
Sea is a place of all the rivers emplied into mether small or big ones. The lapindo mud disposal to the sea that
flown through the porong river mouth contain heavy, metal, one of it is lead metal the concentrate of the
metal that greater the normal quality will influence to the negative effects of the creature. The purpose of this
research is about how to know the lead metal’s consentrate in the mouth of porong river. The methods are
observation, sampling, that have been done three times a week in the morning. The result of this research is
known that physic and chemic condition of the waters: the lead metal’s concentrate in the mouth of porong
river is so far from threshold limitation with the lead metal’s concentrate about 0-0,490 mg/l, pH revolve
between 7,6-7,7, the temperature revolve between 30-32 0C, also salinity revolve between 482,6-926,6 mg/l.

Key words : Concentration, lead (Pb), river estuary.

PENDAHULUAN pemukiman, sawah, jalan dan bangunan


lainnya terendam, sehingga menyebabkan
Pada tanggal 29 Mei 2006 terjadi kerugian mencapai ratusan miliar rupiah.
semburan Lumpur Lapindo yang masih Untuk menanggulangi tidak bertambahnya
berlangsung sampai sekarang. Dampak dari luas genangan lumpur dan airnya diusulkan
semburan Lumpur panas menyebabkan

34
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

untuk dibuang ke laut melalui Muara berpengaruh pada pengambilan sampel


Sungai Porong. dengan 3 stasiun karena untuk membedakan
Adanya pembuangan limbah lumpur karakteristik lokasi.
Lapindo yang dialirkan ke laut melalui Pengambilan sampel air dilakukan
Muara Sungai Porong diperkirakan akan dengan menggunakan kemerer water
mempengaruhi perubahan pada kualitas dan sampler pada kedalaman 20 cm dan 75 cm
kuantitas air, apabila mengandung minyak, kemudian dikomposit. Perlakuan
limbah industri, atau kotoran lain penanganan terhadap sampel air untuk uji
(Haeruman, 1984). parameter timbal, sampel air yang sudah
Konsentrasi mineral dan parameter diambil lalu disimpan dalam botol sampel,
kualitas air di perairan, pada umumnya diawetkan dengan 3 ml HNO3 pekat khusus
berada pada kisaran tertentu. Adanya untuk sampel logam berat. Untuk TSS dan
masukan baru akibat fenomena alam DO, sampel air disimpan dalam botol
misalnya: erosi dan banjir, atau akibat sampel dan didinginkan.
perbuatan manusia seperti pembuangan Analisis timbal dilakukan di
limbah ke perairan, dapat mempengaruhi laboratorium teknik lingkungan ITS dengan
konsentrasi terlarut bahan-bahan tertentu metode AAS (Automatic Absorbance
seperti logam berat timbal (Pb). Spektrofotometer). Sampel di bawa setelah
Peningkatan konsentrasi timbal yang pengambilan sampel di lokasi penelitian.
melebihi batas tertentu akan mempengaruhi Sedangkan untuk pengukuran parameter
parameter kualitas air yang lain seperti pH, penunjang yaitu pH, dan salinitas dilakukan
suhu, DO, dan TSS. Oleh karena itu, secara langsung, serta DO dan TSS dengan
identifikasi konsentrasi timbal perlu metode sekunder.
dilakukan secara berkala.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi timbal di
muara Sungai Porong ditinjau dari baku
mutu lingkungan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi


muara Sungai Porong yang berada di
Kabupaten Sidoarjo pada bulan April 2009.
Gambar 1 ini adalah peta lokasi penelitian.

Pengambilan sampel
Sampel di ambil pada waktu pagi hari
jam 09.00 WIB dengan menggunakan
perahu dari arah sungai menuju muara Gambar 1. Peta pengambilan sampel
sungai porong, karena pada pagi hari
terjadi pembuangan limbah lumpur Lapindo Analisis data dilakukan secara
ke Muara Sungai Porong yang dapat deskriptif yang merupakan penjabaran dari
35
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

keadaan daerah penelitian. Untuk menguji ditarik kesimpulan perbedaan dari tiap
persebaran parameter-parameter yang minggunya dan stasiun.
diteliti dilakukan uji One-way ANOVA,
apabila berbeda nyata maka dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
dilanjutkan pada Tukey-test yang
merupakan bagian dari program SPSS. Konsentrasi Timbal (Pb)
One way ANOVA merupakan salah Dari hasil pengukuran sampel air
satu metode uji statistika yang dapat didapatkan nilai konsentrasi timbal (Pb)
digunakan untuk mengetahui perbedaan pada ketiga stasiun, dapat dilihat pada
rata-rata sampel dari beberapa populasi Gambar 2. Berdasarkan grafik tersebut
yang berbeda. Konsep dan metode dapat terlihat bahwa nilai rata-rata
perhitungannya mirip dengan uji-t, namun konsentrasi timbal tertinggi terdapat pada
uji-t hanya digunakan apabila hanya ada 2 stasiun ketiga yaitu 0,16 mg/l, sedangkan
sampel, sedangkan One Way ANOVA nilai rata-rata konsentrasi timbal (Pb)
digunakan bila sampel berasal dari >2 terendah terdapat pada stasiun kedua yaitu
populasi. 0,08 mg/l. Rata-Rata konsentrasi timbal
Langkah pertama untuk uji ini adalah (Pb) tidak berbeda nyata dari ketiga stasiun
membuat hipotesis. Ho : rata-rata pengambilan sampel p > 0,05.
konsentrasi timbal (Pb) dari ketiga minggu
dan stasiun adalah sama dan H1 : rata-rata
konsentrasi timbal (Pb) dari ketiga minggu
dan stasiun adalah berbeda. Langkah kedua 0,2 a
adalah memeriksa normalitas data dengan 0,18 a
menggunakan histogram frekuensi atau 0,16 a
boxplot, apabila data diasumsikan menyebar 0,14
Timbal
0,12
normal, maka langkah ini tidak perlu untuk (mg/l)
0,1
dilakukan. Setelah memastikan bahwa data 0,08
menyebar normal, maka langkah berikutnya 0,06
adalah melakukan uji ANOVA, serta uji 0,04
lanjut (Post Hoc Test) dengan menggunakan 0,02
Tukey Test. Uji ini digunakan hanya apabila 0
dari hasil one way anova terdeteksi adanya I II III

perbedaan. Manfaat dari uji ini adalah Stasiun Pengambilan Sampel


mengetahui faktor mana sajakah yang Gambar 2. Grafik Hasil Analisis Timbal (Pb) di
memberikan pengaruh yang berbeda Muara Sungai Porong
(Sastrosupadi, 2003).
Konsentrasi timbal (Pb) di muara
Penarikan kesimpulan mengenai
sungai Porong berada jauh di atas ambang
beberapa parameter seperti suhu, salinitas,
batas dengan nilai konsentrasi timbal (Pb)
dan pH, dilakukan secara deskriptif melalui
yaitu antara 0-0,490 mg/l. Secara umum
perbandingan nilai di lapangan dengan
pada muara sungai porong telah tercemar
literatur terkait. Sedangkan pada konsentrasi
oleh logam timbal (Pb) yang cukup
timbal (Pb) juga dibandingkan dengan nilai
berbahaya bagi kehidupan biota apalagi
baku mutu air dari referensi sehingga dapat
kadarnya jauh di atas ambang batas, karena
36
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

pada minggu pertama pipa pembuangan 7,75


lumpur mengalir, minggu kedua telah
terjadi hujan, perairan pasang, dan minggu 7,7
ketiga tidak terjadi hujan, perairan keruh.
Menurut Keputusan Menteri LH Nomor 51 7,65
pH
Tahun 2004, konsentrasi timbal yang
7,6
diperbolehkan hanya 0,008 mg/l, sedangkan
pada minggu pertama konsentrasi timbal 7,55
(Pb) sangat jauh dari nilai yang telah
ditentukan, sehingga perlu sangat 7,5
diwaspadai bahwa dari aliran lumpur I II III
tersebut kadar timbalnya sangat besar yang Stasiun Pengambilan Sampel
dapat mempengaruhi pada pertumbuhan dan
kehidupan biota sehingga terjadi kepunahan Gambar 3. Grafik Hasil Pengukuran pH di Muara
biota yang memiliki peran penting dalam Sungai Porong
menjaga keseimbangan rantai makanan
ekosistem dan menjaga kelestarian fungsi
Derajat keasaman (pH) merupakan
sungai (Lubis, 2008).
salah satu parameter penting dalam suatu
Berdasarkan dari hasil pengukuran
perairan karena mengontrol tipe dan laju
utama (timbal) pada ketiga stasiun adalah
kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air.
tidak berbeda nyata. Kandungan logam
nilai pH berkisar antara 0 ≤ pH ≤ 14
berat timbal (Pb) pada minggu pertama nilai
sedangkan pH 7 disebut sebagai pH
konsentrasinya melebihi standar baku mutu
netral.Hasil pengamatan nilai rata-rata pH
sehingga mempengaruhi kualitas perairan
di muara sungai porong berkisar antara 7,1
dan lingkungan sekitar, karena stasiun
– 7,9. Nilai pH tertinggi pada stasiun 1
pertama dekat dengan lokasi pembuangan
minggu ketiga sebesar 7,9, sedangkan nilai
lumpur lapindo.
terendah terdapat pada stasiun 3 minggu
Kandungan logam berat (timbal)
ketiga sebesar 7,1. Tingginya nilai pH
aliran lumpur lapindo akan mempengaruhi
dipengaruhi oleh kandungan oksigen yang
pada efek negative biota air seperti jenis
berasal dari proses fotosintesis sehingga
makroinvertebrata, karena timbal
dapat mempengaruhi nilai pH di perairan.
merupakan logam beracun yang akan
Nilai pH terendah di sebabkan oleh adanya
mempengaruhi pada kualitas perairan (Prigi,
proses dekomposisi bahan organik yang
2007).
banyak menghasilkan CO2 sehingga dapat
menyebabkan penurunan terhadap nilai pH
Derajat Keasaman (pH)
(Effendi, 2003). Nilai tingkat keasaman
Nilai rata-rata pH pada ketiga
perairan ini relatif aman untuk biota laut
stasiun dapat dilihat pada Gambar 3.
sebab masih berada dalam kisaran normal
Berdasarkan grafik nilai rata-rata pH
seperti yang tercantum dalam standar baku
tertinggi terdapat pada stasiun kedua yaitu
mutu air laut menurut Menteri Lingkungan
7,7, sedangkan nilai rata-rata pH terendah
Hidup (2004) yaitu antara 7 – 8.5 (Novotny
terdapat pada stasiun pertama dan ketiga
dan Olem, 1994).
yaitu 7,6.

37
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

Logam berat yang masuk ke sistem banyak daripada masukan air tawar yang
perairan, baik di sungai maupun lautan akan salinitasnya rendah (Kennish, 1990).
dipindahkan dari badan airnya melalui tiga
proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan 13
absorbsi oleh organisme-organisme perairan 12,5
(Bryan, 1976). Dalam lingkungan perairan,
12
bentuk logam antara lain berupa ion-ion Salinitas
(‰)
bebas, pasangan ion organik, dan ion 11,5
kompleks. Kelarutan logam berat (timbal) 11
dalam air dikontrol oleh pH air. Kenaikan
10,5
pH menurunkan kelarutan logam berat
(timbal) dalam air dengan lokasi 10
pengambilan sampel yang berbeda yaitu I II III

stasiun pertama berjarak 20 km dari pipa Stasiun Pengambilan Sampel


pembuangan lumpur, stasiun kedua dekat
dengan area tambak yang sudah Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran Salinitas di
terkontaminasi dan tidak produktif, stasiun Muara Sungai Porong
ketiga dekat dengan area penambangan
pasir dan adanya pembentukan lahan baru. Oksigen Terlarut (DO)
Kenaikan pH mengubah kestabilan dari Nilai rata-rata DO pada ketiga stasiun
bentuk karbonat menjadi hidroksida yang dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan
membentuk ikatan dengan partikel pada grafik nilai rata-rata DO tertinggi terdapat
perairan, sehingga akan mengendap pada stasiun ketiga yaitu 5,3 mg/l,
membentuk lumpur (Palar, 2004). sedangkan nilai rata-rata DO terendah
Nilai rata-rata salinitas pada ketiga terdapat pada stasiun pertama yaitu 4,7 mg/l
stasiun dapat dilihat pada Gambar 4. (Rachmawatie, 2009).
Berdasarkan grafik nilai rata-rata salinitas
tertinggi terdapat pada stasiun kedua dan
ketiga yaitu 12,3 ‰, sedangkan nilai rata-
6
rata salinitas terendah terdapat pada stasiun
pertama yaitu 11,3 ‰. 5
Salinitas secara umum dapat disebut 4
sebagai jumlah kandungan garam dari suatu DO
perairan, yang dinyatakan dalam permil. Air (mg/l) 3
di daerah estuaria merupakan pencampuran 2
antara air sungai dan air laut, sehingga
menyebabkan daerah ini memiliki air yang 1

bersalinitas lebih rendah daripada perairan 0


laut terbuka (Hutabarat dan Evans, 1985). I II III
Salinitas pada stasiun ketiga lebih tinggi Stasiun Pengambilan Sampel
daripada stasiun lainnya, karena terletak
dekat dengan laut sehingga air yang masuk
dari laut dengan salinitas tinggi lebih Gambar 5. Grafik Hasil Pengukuran DO di Muara
Sungai Porong
38
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

kekeruhan yang akan menghambat penetrasi


Kadar oksigen terlarut dalam perairan cahaya matahari ke perairan dan akan
di perlakukan oleh organisme untuk berpengaruh terhadap proses fotosintesis di
pernafasan dan oksidasi bahan organik perairan (Bryan, 1976).
(Mahida, 1986). Tersedianya oksigen
terlarut di estuaria disebabkan masuknya air
tawar dan air laut secara teratur, dangkalnya
1200
perairan, pengadukan dan pencampuran
oleh angin serta proses fotosintesis 1000
(Romimohtarto, 2001). 800
Nilai DO di stasiun ketiga lebih tinggi TSS
daripada stasiun pertama dan kedua, karena (mg/l) 600
pada lokasi ini terjadi pengadukan akibat 400
adanya kegiatan tambang pasir. Kandungan
oksigen pada lokasi ini tergantung pada 200
percampuran dan pergerakan massa air serta 0
limbah yang masuk ke dalam perairan. I II III
Daya larut logam berat rendah maka Stasiun Pengambilan Sampel
oksigen terlarut juga rendah tergantung
pada kondisi lingkungan perairan. Pada Gambar 6. Grafik Hasil Pengukuran TSS di Muara
daerah yang kekurangan oksigen, misalnya Sungai Porong
akibat kontaminasi bahan-bahan organik,
Padatan tersuspensi merupakan
daya larut logam berat akan menjadi lebih
padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
rendah dan mudah mengendap. Logam
tidak terlarut dan tidak dapat langsung
berat seperti Cd, Pb, dan Hg akan sulit
mengendap, terdiri dari partikel-partikel
terlarut dalam kondisi perairan yang
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil
anoksik (Ramlal, 1987).
dari sedimen. Mengendapnya logam berat
bersama-sama dengan padatan tersuspensi
Padatan Tersuspensi (TSS)
akan mempengaruhi kualitas sedimen di
Nilai rata-rata TSS pada ketiga stasiun
dasar perairan dan juga perairan sekitarnya.
dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan
Kekuatan ionik yang terdapat di air
grafik nilai rata-rata padatan tersuspensi
laut disebabkan adanya berbagai kandungan
tertinggi terdapat pada stasiun ketiga yaitu
anion dan kation pada air laut, sehingga
926,6 mg/l, sedangkan nilai rata-rata DO
memungkinkan terjadinya proses koagulasi
terendah terdapat pada stasiun pertama yaitu
(penggumpalan) senyawa logam berat yang
482,6 mg/l (Rachmawatie, 2009).
ada dan memungkinkan terjadinya
Kandungan TSS di stasiun ketiga
proses sedimentasi (pengendapan). Jika
lebih tinggi, karena lokasi ini dekat dengan
kapasitas angkut sedimen cukup besar,
penambang pasir sehingga erosi tanah yang
maka sedimen di dasar perairan akan
terbawa dengan padatan tersuspensi akan
terangkat dan terpindahkan. Sesuai teori
mempengaruhi kualitas sedimen di dasar
gravitasi, apabila partikulat memiliki massa
perairan. Terjadinya hujan juga akan
jenis lebih besar dari massa jenis air laut
membawa sedimen dari sungai ke muara,
maka partikulat akan mengendap di dasar
sehingga dapat meningkatkan nilai
39
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

laut atau terjadi proses sedimentasi (Bryan, Haeruman, Js. H. 1984. Penyusunan Model
1976). Lingkungan Sebagai Alat
Pengambil Keputusan. Bahan
KESIMPULAN Training Analisis Dampak
Lingkungan, PPLH – IPB, Bogor.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Hutabarat, S. 1985. Pengantar Oseanografi.
timbal (Pb) di muara sungai porong jauh di Universitas Indonesia. Jakarta. 137
atas ambang batas dengan nilai konsentrasi Hal.
0-0,490 mg/l.
Hutagalung, H. P. 1991. Pencemaran Laut
Saran Oleh Logam Berat dan Petunjuk
a. Penelitian lanjutan untuk Praktek Logam Berat. Makalah
mengetahui korelasi antara timbal disampaikan pada Kursus
(Pb) dengan pH, suhu, salinitas Pemantauan Pencemaran Laut IV.
diharapkan dapat melengkapi hasil LIPI UNESCOUNDP Jakarta 15
dari penelitian ini. Februari – 21 Maret 1991.
b. Penelitian lanjutan untuk logam
berat di dalam kandungan sedimen. Kennish. 1990. The Ilustrated Guide to
Fishes of Lakes and Rivers.
Treasure Press, London. 223 hal.
DAFTAR PUSTAKA
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara.
Arinardi,. Trimaningsih dan Sudirjo. 1994. Djambatan. Jakarta. 129 Hal.
Pengantar Tentang Plankton
Predominan Disekitar Pulau Jawa Palar, 2004. University Chemistry. Bakti
dan Bali. Pusat Penelitian dan Ilmu. Yogyakarta.
Pengembangan Oseanologi, LIPI.
Praseno, D.P dan Sugestiningsih. 2000.
Jakarta.
Retaid Di Perairan Indonesia.
Pusat Penelitian dan
Bryan, M. 1976. Heavy-metals mercuryin
the sea. Toxicol 899 hal. Pengembangan Oseanologi, LIPI.
Jakarta. 34 Hal.
Cornell, D. W. Gregory, J. Miller. Koestoer,
Prigi, A. 2007. Bencana baru di Muara
Yanti (Editor). 1995. Kimia dan
Ekotoksikologi Pencemaran. Sungai porong. Lembaga Kajian
Ekologi dan Konservasi Lahan
Jakarta: Universitas Indonesia
Press. Basah – ECOTON. Gresik
(http://journal Dampak Buangan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Lumpur Lapindo.ac.id. diakses 17
Kanisus.Yogyakarta. 258 hal. September 2006 10:14:18).

40
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

Romimohtarto dan Juwana. 2001. Biologi


Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biologi laut. Djambatan. Jakarta
Salmin. 2000. Water Quality. Gramedia.
Jakarta.
Sastrosupadi, DR. 2003. Penggunaan
Regresi, Korelasi koefisien lintas
dan Analisis Lintas Untuk
Penelitian Bidang Pertanian. Bayu
Media Publising. Malang.

41
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

42

Anda mungkin juga menyukai