Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dhia Armidha Zumarina

Nim : 11171110000002

SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL

Key Word : Organisasi, Produksi, dan Manajemen

Sekolah Sebagai Organisasi Sosial

Sekolah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Mimar Tukkahraman, adalah sebagai media untuk
mengajar, mendifusikan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, serta sebagai tempat untuk
mendewasakan anak-anak. Pemahaman ini, dalam penjelasannya sudah cukup untuk menjelaskan apa itu
Pendidikan dan apa itu pengajaran. Tetapi perkara mengapa sekolah bisa menjadi organisasi yang hampir pada
seluruh negara—katakanlah sifatnya universal—ada dan dijalankan, menjadi pertanyaan besar di kepala.

Sekolah, di luar pengertiannya yang konkret sebagai lemabaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran, ternyata memiliki fungsi lain yang lebih kompleks dengan berbagai
penyiapannya yang bahkan diatur oleh undang-undang. Sekolah menjadi organisasi, yang pada prakteknya
memberikan fungsi seperti organisasi. Organisasi selalu memerlukan banyak orang sebagai takaran seberapa
suksesnya, dan begitu pun sekolah. Semakin banyak peserta didiknya, semakin dianggap bagus pula. Dalam
kasusnya, hal seperti ini terjadi apabila kita mengumpamakan sekolah sebagai bisnis, atau sebagai pabrik. Orang-
orang tentu bisa belajar tanpa sekolah karena keluarga menempati urutan pertama untuk mendidik, bahkan
sebagai media di mana-mana bayi-bayi tumbuh sampai mereka bisa berbicara dan bahkan ada juga yang sudah
bisa membaca sebelum masuk sekolah. Ini menjadi tanda bahwa keluarga sebenarnya lebih dari mampu untuk
mengajarkan anak-anak mereka—tetapi pertanyaannya persis, karena mengapa mereka tetap mengirim anak-anak
mereka ke sekolah?

Metafora sekolah sebagai bisnis, adalah karena produksi massal selalu menjadikan segalanya berjalan
lebih cepat. Pengajaran per individu memang bisa, tetapi produksi secara massal akan mengeluarkan produk
secara massal pula. Karena itulah, keluarga tetap memasukkan anak-anak mereka ke sekolah, sebagai organisasi
sosial yang di dalamnya mengatur kurikulum untuk mendidik banyaknya siswa, yang pada aspek umurnya bahkan
sudah dipisahkan. Sekolah menjadi penting karena secara terus-menerus, dari sejarahnya yang panjang,
mengalama fungsi yang berubah-ubah. Dewasa ini, bahkan Karl Jesper menjelaskan peran sekolah serta
Pendidikan di dalamnya sebagai sarana untuk menentukan masa depan. Sehingga ketika Pendidikan dan sekolah
runtuh, maka bersamaan dengan itu akan hancur pula masa depan [ CITATION Mim14 \l 1033 ].

Sekolah sebagai organisasi sosial, bila disamakan dengan organisasi-organisasi lain di luar sekolah atau di
mana pun, akan selalu dibentuk dengan tujuan di dalamnya. Lahirnya sebuah organisasi, apapun itu selalu memiliki
tujuan sebagai dasar pembentukan utamanya. Dan begitu juga sekolah, tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan Pendidikan masyarakat, serta mempertahankan itu. Mengapa sekolah dan bukannya organisasi
informal, yang dijadikan sebagai acuan dan kepopuleran sistem Pendidikan? Sebenarnya, sebagaimana yang telah
dijelaskan, sekolah telah melalui banyak sekali perubahan fungsi, dan dengan kurikulum di dalamnya, serta
keprofesionalan pengajar yang ada, menjadikan masyarakat percaya bahwa dengan bersekolah, maka akan
menghasilkan output yang bagus dan cerdas. Meskipun bagi Illich sendiri, justru sekolah mengelienasi anak-anak
dari belajar.

Dampak Sekolah

Karena sistem sekolah yang diatur oleh negara, atau kementrian yang sudah dispesialisasi, pada akhirnya
menjadi Lembaga yang mendominasi di seluruh dunia ini . Sebagaimana telah dijelaskan, sekolah menjadi snagat
populer di seluruh dunia sebagai sistem Pendidikan yang dianggap mampu untuk membangun anak-anak dan
mengembangkan mereka menjadi lebih dewasa dan cerdas. Karena menjadi sistem yang dominan, maka banyak
orang menganggap bahwa sekolah adalah tempat paling tepat untuk mengemban Pendidikan. Dan dengan itu,
bahkan negara mengaturnya dengan undang-undang, membentuk kementrian yang mengurusi tentang
Pendidikan, dalam arti mengurusi sekolah-sekolah, dan memfasilitasinya untuk warga negara dengan baik demi
seluruh warga negara berskolah.

Sekolah dianggap benar-benar mencerdaskan anak, dalam kasus-kasus seperti stigma, anak-anak yang
tidak bersekolah selalu dianggap sebagai anak-anak yang tidak terdidik, dan bahkan dianggap tidak bermoral serta
berandalan. Sekolah menjadi nilai dominan yang ditanamkan baik oleh keluarga maupun oleh hal di luar itu seperti
negara dan lingkungan sosial. Secara garis besar, sekolah memberikan dampak berupa nilai dominan bagi kognisi
banyak orang, dan bahkan banyak negara, dan di dalamnya baru bisa menjelaskan dengan lebih spesifik bahwa
sekolah telah memberikan dampak secara peronal pada individu.

Beberapa keluarga di Bandung, yang saya dengar dari Ibu Ida, selaku dosen sosiologi keluarga, ada cukup
banyak orang tua yang mengambil sistem sekolah Homeschooling karena tidak mempercayai sistem Pendidikan di
Indonesia. Orang tua yang menyekolahkan anaknya dengan homeschooling ini rata-rata adalah lulusan S2 dan S3,
sehingga mereka mengerti benar apa yang baik bagi anak-anak mereka, dan bahkan ada yang anaknya kuliah di ITB
meskipun sejak sekolah menengah sudah homeschooling. Meskipun Philip Robinson mengatakan bahwa sekolah
menjadi organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, tetapi tentu saja hal itu tidak bisa kita
ambil secara bulat. Ada orang-orang yang lebih percaya sistem sekolah sendiri, atau seperti yang dijelaskan bu Ida,
ada orang tua yang menyekolahkan anaknya dengan homeschooling ini menggunakan kurikulum internasional.
Sehingga secara pembangunan karakter mereka siap untuk keluar rumah dan menjadi orang-orang besar. Sekolah
memberikan dampak yang beragam, sekecil-kecilnya menjadi agen sosialisasi.

Film Sokola Rimba

Yang dijelaskan dalam artikel yang ditulis oleh Mimar, Pendidikan berfungsi untuk menyebarkan
pembelajaran sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini saya pikir menjadi jelas dalam sokola rimba,
meskipun ketika kita mengapliksikan persepsinya pada sekolah modern, justru sekolah modern mengajarkan lebih
dari apa-apa yang dibutuhkan oleh peserta didik. Kalau sekolah disebut sebagai organisasi sosial, yang dalam tanda
kutip memerlukan struktur jelas, serta tujuan yang jelas pula, dilingkupi dengan birokrasi, maka sokola rimba tidak
bisa disebut seresmi itu. Sokola rimba memenuhi apa yang dijelaskan bahwa pengajar memberikan apa yang
mereka butuhkan. Orang rimba sering ditipu, maka mereka perlu baca tulis agar bisa menghadang para penebas
pohon, paling tidak, mereka tahu surat-surat apa yang tertera sebagai perjanjian di sana. Butet ajarkan baca tulis
agar anak-anak bisa menggunakan itu kelak ketika ada dunia luar yang mendesak kehancuran hutan dengan
memahami secara baik-baik apa yang dijanjikan dan ditawarkan.

Anak-anak rimba mungkin memang hanya belajar membaca dan menulis, tetapi bukan itu yang menjadi
masalah. Mereka tidak perlu menjadi pintar dalam versi orang modern. Orang rimba harus ada untuk menjadi
peyeimbang alam, dan dalam sudut pandang alam justru mereka jadi lebih canggih dari pada orang modern.
Mereka memiliki sekolahnya sendiri. Dalam dunia mereka, mereka punya sistem Pendidikan yang memang tidak
tertulis, tetapi justru terpakai. Apa-apa yang mereka pelajari sejak kecil seperti menangkap serangga, menangkap
tikus, memburu hewan, maka semua itu akan terpakai di kemudian hari. Butet ajarkan membaca dan menulis
karena mereka perlu mendongsok dunia luar—paling tidak—dengan otak yang tidak bodoh-bodoh amat versi
orang modern. Agar mereka bisa mengimbangi dan belajar bernegosisasi ketika dunia luar mulai mendesak masuk
ke hutan rimba. Sistem Pendidikan yang butet ajarkan juga sederhana, bahkan menggunakan bahasa setempat. Ia
beranggapan bahwa bahasa adalah akar dari budaya, dan ia tidak ingin sedikit pun anak-anak rimba melupakan
budayanya bahkan dengan dorongan kecil dan terus-menerus sekali pun. Butet mengajar sesuai apa yang
dibutuhkan oleh anak rimba tanpa menambahkan sesuatu yang nantinya tidak akan relevan dalam kehidupan
mereka.

Referensi :

Turkkahraman

Robinson Philip

Schiefelbein

Anda mungkin juga menyukai