Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mei noviyanti

Nim : 1903038
Prodi/smt : S1 Kep A/ smt 2

Dalam sila ke-5, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini merupakan cita-cita
bangsa dalam bernegara. Untuk itu, menurut saudara bagaimanakah tahapan negara dalam
menghadirkan rasa keadilan dalam bermasyarakat dari segi :
a. Keadilan Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan
diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Itulah
kedudukan dan pengertian kesehatan seperti yang termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dari sekian banyak pasal-pasal yang mengatur perlindungan, pemajuan,
penegakkan, dan pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945, Menurut saya HAM
yang paling sering dilanggar justru dilakukan oleh instansi yang bersentuhan dengan
kesejahteraan masyarakat, yaitu tentang hak memperoleh pelayanan kesehatan bagi
setiap orang tanpa terkecuali, ialah UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1 yang berbunyi: “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tingal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
Terkait dengan pelayanan kesehatan, ada dua isu etika yang saling terkait dari
bunyi pasal-pasal tersebut yakni right atau hak setiap orang memperoleh pelayanan
kesehatan di satu sisi, di sisi yang lain adalah duties atau tanggung jawab negara
menyediakan fasilitas kesehatan. Doctrine of rights menyatakan bahwa all duties entail
other people’s rights and all rights entail other people’s duties. Dengan kata lain hak
warga untuk memperoleh pelayanan kesehatan menjadi tanggung jawab negara untuk
memenuhi hak tersebut dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. Kondisi
warga yang heterogen dalam banyak hal seperti kondisi geografis dan sosial ekonomi
memunculkan isu etika lainnya yaitu keadilan (justice) negara dalam memenuhi hak
warga atas pelayanan kesehatan tersebut karena treating people unequally dapat
menimbulkan kondisi unjustice.
Dari semua tanggung jawab yang dijelaskan dalam Pasal 14 s/d Pasal 20 dalam
UU 36/2009 , tanggung jawab yang terpenting menurut saya adalah tanggung jawab
mengenai jaminan pelayanan kesehatan karena tanggung jawab ini lebih memastikan
terpenuhinya hak warga atas pelayanan kesehatan. Berbagai tanggung jawab yang lain
yang orientasinya lebih kepada penyediaan fasilitas belum dapat memastikan
terpenuhinya hak warga, karena meskipun sudah tersedia fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit atau puskesmas sesuai dengan standar kualitas belum tentu warga dapat
mengakses dan menggunakannya oleh karena kendala geografis (jarak) dan atau ekonomi
(daya beli).
Ada beberapa macam kebijakan yang sudah ditegakkan oleh pemerintah
mengenai jaminan pelayanan kesehatan tetapi implementasi jaminan kesehatan ini belum
dijalankan dengan baik oleh negara.
1. Baru sebagian warga negara yang sudah mendapatkan jaminan kesehatan seperti PNS
dan TNI/POLRI melalui Askes (Asuransi Kesehatan) serta sebagian warga yang
dikategorikan miskin melalui program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat).
2. Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) bersifat wajib untuk seluruh warga
namun harus ada kebijakan subsidi (bantuan) iuran dan klasifikasi pelayanan
kesehatan.
3. Sistem klasifikasi pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah dalam rangka
menjalankan sistem rujukan, adanya kelas-kelas perawatan yang berbeda-beda yaitu
Kelas III, Kelas II, Kelas I, dan Kelas Utama atau VIP berdasarkan pola tarif.
Jadi menurut saya untuk mewujudkan keadilan dalam pemenuhan hak warga atas
pelayanan kesehatan adalah pemberian jaminan kesehatan untuk semua warga dengan
subsidi penuh untuk semua warga negara tanpa kecuali dengan pelayanan kesehatan di
rumah sakit publik tanpa kelas. Karena pembiayaan pelayanan ditanggung negara maka
tidak ada lagi penentuan tarif.

b. Keadilan Perumahan
Rumah digunakan sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan pemangsa, seiring
berjalan waktu bergeser menajdi tempat istirahat dan melakukan kegiatan domestik
hingga menjadi cikal dari pusat peradaban. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
rumah menyimpan banyak kenangan bagi setiap orang mulai dari yang baik hingga yang
kurang elok. Hampir sebagian besar kehidupan kita dihabiskan di rumah, tempat tumbuh
besar, berinteraksi dengan anggota keluarga dan tetangga hingga membangun kehidupan
sosisal.
Pentingnya kebutuhan rumah bahkan diatur dalam pasal 28 UUD 1945 yang
berbunyi “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Menurut Guru besar Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Fashbir Noor
Sidin, kebijakan tentang penyediaan rumah berada pada Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat untuk menghadirkan hunian yang layak, terjangkau dan
berimbang. Sehingga semua warga negara Indonesia berhak menerima keadlian sesuai
dengan yang tertuang dalam Pancasila, terutama dalam keadilan perumahan yang
terancaman akan digusur karena rumahnya merupakan bagian dari program subsidi
Sejuta Rumah dari Presiden Jokowi.
Dengan demikian, harus ada upaya mediasi dari pemerintah maupun instansi
terkait terhadap pihak-puhak yang tengah berseteru. Karena pada dasarnya, warga hanya
ingin menenmpati rumah dengan nyaman dan tenang, yang mana rumah tersebut memang
sudah seharusnya menjadi hak milik mereka.

c. Keadilan Sandang Pangan


Kebutuhan sandang pangan merupakan kebutuhan yang memiliki standarisasi
yang dibuat tanpa diatur oleh negara. Kebutuhan sandang pangan dapat terpenuhi jika
kenutuhan tersebut memiliki standarisasi yang dibuat sendiri. Hal ini diatur dalam UUD
RI 1945 sudah tercantum pada pasal 27 ayat 2 yang menyebutkan " Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Disini dapat kita
lihat sudah terpampang jelas bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan
kehidupan yang semestinya. Yang dimaksud adalah pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan setiap orang.
Dengan adanya kasus di bebrapa daerah yang masih kekurangan sandang pangan
merupakan suatu ketidakadilan dalam mendapatkan kehidupan layak. Dengan adanya
kasus seperti itu dapat digunakan sebagai tugas pemerintah Indonesia untuk memecahkan
masalah. Tetapi, dengan adanya korupsi yang dilakukan oleh para wakil rakyat malah
menjadi menambah beban. Hal seperti ini hendaknya menjadi pukulan telak bagi
pemerintah agar memperhatikan wakil rakyat terlebih dahulu agar dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
Dengan melakukan sosialisasi terhadap rakyat yang kekurangan yaitu
memberikan suatu motivasi atau wadah agar dapat berkembang. Karena pada umumnya
pokok masalahnya terdapat pada kemalasan sehingga tidak memiliki ketrampilan sendiri.
Keadilan sangat bisa terwujud jika setiap rakyat Indonesia dapat saling mengerti dan
tidak memikirkan kepuasan sendiri. Karena rakyat memiliki hak, kewajiban, dan tugas
yang sama dalam kemajuan negara republik Indonesia. Jangan selalu melihat kedepan,
cobalah untuk menoleh kepada saudara kita yang mengalami kesusahan. Jadi kita harus
lebih peduli bahwa ketidakadilan masih merjalela dan merupakan permasalahan yang
tiada habisnya. Sebaiknya kita dapat menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,
menghormati hak orang lain serta tidak menggunakan hak milik orang lain. Sehingga
tindakan yang bertentangan tidak akan terjadi dan keadilan bisa dirasakan oleh seluruh
rakyat Indonesia.

d. Keadilan Ekonomi
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang melimpah. Sejarah menunjukkan bahwa dulu kekayaan Indonesia dimiliki
dan dinikmati oleh penjajah, namun saat ini kekayaan Indonesia telah menjadi milik
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, kekayaan tersebut hanya dimiliki oleh beberapa
orang saja yang artinya tidak seluruh kekayaan tersebut untuk seluruh lapisan
masyarakat.
Perekonomian menjadi tolok ukur suatu bangsa dikatakan sejahtera ataupun tidak.
Hal ini karena perekonomian sejajar dengan uang yang ada di negara tersebut serta nilai
mata uang dan pengaruhnya dalam sistem keuangan dunia. Indonesia dalam lingkup
ekonominya terlihat lemah, rasio gini Indonesia menurut Credit Suisse adalah 0.49, atau
dapat diartikan 1% orang terkaya (hanya 2.5 juta orang) menguasai 49% kekayaan
Indonesia (Credit Suisse Global Wealth Report, 2016).
Lingkup ekonomi ini menjadi sebuah tantangan untuk rakyat Indonesia, karena
faktor ini akan berpengaruh terhadap kebutuhan serta bersinggungan dengan kehidupan
bangsa. Kemisikinan akan menyebabkan banyaknya tindakan-tindakan yang menyalahi
aturan dan hukum. Hal ini terkait dengan kebutuhan yang semakin meningkat dan
masyarakat tidak mampu untuk menjangkaunya.
Perlu diketahui bahwa kesadaran masyarakat dalam bidang ekonomi harus benar-
benar perhatikan. Kesadaran ini jika dikaitkan dengan sejarah Indonesia yaitu mengenai
bagaimana cara proses pelaksanaan demokrasi Pancasila, dan pelakasanaan sistem
ekonomi yang dibangun oleh pemerintah yang sesuai dengan UUD 1945 dalam pasal 33
yang kewenangan negara dalam mengelola perekonomian dan sumber daya alam dengan
tujuan memajukan kesejahteraan rakyat. Kesadaran ini jika dibangun dengan baik,
dipahami, dan di pelajari oleh para jajaran pemerintah serta juga dibantu oleh rakyat
sebagai pemberi aspirasi atas kondisi yang ada dilapangan maka akan didapatkan
keadilan sosial yang tepat, kemerataan, dan harapan masyarakat akan terpenuhi dengan
baik.

e. Keadilan Berpolitik
Dalam ranah politik, keadilan sosial juga harus diterapkan tanpa memandang
perbedaan kelas. Karna politik tidak hanya kelas atas dan menegah yang menjalankan,
tidak hanya kelas mengah dan atas yang membutuhkan. Jadi tidak boleh adanya
keperpihakan dalam politik, politik tidak boleh dijadikan imunitas untuk kelas atas dan
menengah. Ada lima point untuk mewujudkan keadilan sosial dalam aspek politik, yaitu:
1. Penetapan kebijakan politik yang lebih menjunjung kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi atu golongan.
2. Para pejabat selalu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban selama
menjalankan tugas nya.
3. Tidak menggunakan kekuasaan politik untuk hal – hal yang bersifat pribadi.
4. Pemimpin harus berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.
5. Undang-undang ditaati oleh semua warga negara termasuk perwakilan rakyat dan
pemimpin tanpa kecuali.

Melalui politik masyarakat diatur baik dari bidang hukum, ekonomi, tatanan
sosial, dan segala bentuk kehidupan lainya. Dalam ungkapan klasik semua aktifitas
adalah politik, tapi tidak semua politik adalah aktivitas. Untuk itu, masyarakat jangan lari
dari politik, masyarakat jangan menjastifikasi politik itu busuk, politik itu kotor, tidak
kenal teman dan lawan, propoganda, adu domba dan lain sebagainya. Karenanya, kita
harus keluar dari propaganda negatif tersebut, agar masyarakat terhindar dari kekuasaan
dan kebijakan semu para politisi, masyarakat harus dihargai, jangan dimanipulasi dengan
isu isu murahan, masyarakat jangan dibohongin melalui PHP.
Maka, masyarakat perlu memahami politik agar tidak terjebak dalan politik semu,
masyarakat perlu membagun image bahwa tugas politik adalah mulia. Image tersebut
akan melahirkan politik baik, dengan demikian kita akan keluar dari para politisi kotor,
busuk dan koruptif. Maka itu, untuk selanjutnya politik dapat membawa dampak
kemakmuran bagi seluruh masyarakat, caranya adalah dengan memilih caleg yang
memiliki kualitas dan kapabelitas.
f. Keadilan Gender
Keadilan gender adalah gambaran keseimbangan yang adil (fairness) dalam
pembagian beban tanggung jawab dan manfaat antara laki-laki dan perempuan, yang
didasari atas pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan
kebutuhan dan kekuasaan. Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional,
namun status hukumnya masih dianggap terlalu rendah, tidak memiliki kekuatan hukum
yang memadai untuk membangun keadilan dan kesetaraan gender, dan sepertinya hanya
berjalan di tempat. Kementerian yang menjalankan Inpres tersebut juga tidak punya
kekuatan untuk menjalankannya.
Kebijakan pemerintah tentang kependudukan, kebijakan KB yang dicanangkan
sejak tahun 1969 masa orde baru hanya diperuntukkan bagi kelompok perempuan, ini
menunjukkan adanya asumsi patriarkal negara mengenai peran laki-laki dan perempuan
yang menganggap bahwa urusan domestik adalah tanggung jawab perempuan. Nampak
bahwa negara pada masa orde baru membatasi ruang lingkup kehidupan perempuan
(secara sosial, ekonomi, politik) dan melegitimasi pembakuan peran gender. Begitu pula
Kebijakan tentang ketenaga kerjaan UU No. 25 thn 1997 juga memuat ketentuan yang
mendiskriminasikan perempuan, dengan memuat ketentuan larangan bekerja bagi
perempuan pada waktu malam hari.
Antara realitas dan kebijakan yang ada sangatlah bersebrangan jauh dengan nilai-
nilai keadilan dan kesetaraan. Realitas yang ada dampak dari ketidaksetaraan gender
sangat terasa dalam berbagai bidang. Kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh negara disamping bias gender juga bias kelas menengah serta bertentangan dengan
kenyataan sosialnya. Dalam kenyataannya, kaum perempuan tidak lagi hanya sebagai
pencari nafkah tetapi juga banyak yang menjadi kepala keluarga. Akibatnya timbul
ketegangan antara nilai-nilai dan peraturan yang diterapkan dengan kenyataan sosial yang
terus berlangsung. Untuk meminimalisir itu semua, strategi yang mungkin bisa dilakukan
adalah:
1. Mensosialisasikan konsep gender dan kesehatan reproduksi : Pemberian Informasi
Keluarga, Lingkungan pendidikan, dan masyarakat.
2. Mensosialisasikan hak – hak reproduksi di lingkungan sekitar.
3. Mensosialisasikan perspektif keadilan gender dan kesehatan reproduksi dalam
keluarga.
4. Memulai menerapkan nilai dan keadilan gender pada diri sendiri.

g. Keadilan dalam Keluarga


Keadilan harus dimulai pertama-tama di dalam keluarga. Jika keadilan sudah
hadir di dalam keluarga, maka dia harus dibawa keluar. Dengan kata lain, keluarga harus
mampu menghadirkan keadilan bagi lingkungan sekitar. Kita bersikap adil bila
memberikan kepada mereka yang menjadi haknya. Sebaliknya, kita tidak adil bila
mengambil hak orang lain. Korupsi adalah bentuk perilaku paling tidak adil karena
koruptor merenggut jatah, hak, dan milik orang lain. Uang yang mestinya untuk rakyat
tetapi diambil, dirampas, dan dikantongi untuk diri sendiri.
Sejak kecil, adik perempuan saya dididik oleh orang tua untuk menjadi
perempuan yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, mulai
dari membersihkan rumah, mencuci, sampai memasak. Selain itu, dia juga tidak pernah
diperkenankan untuk keluar malam dengan alasan apapun. Waktu malam bagi adik saya
adalah belajar, baik belajar mengaji maupun membaca buku-buku pelajaran sekolah.

Ibu sebagai orang tua harus adil dalam mendidik anak-anaknya untuk
mengerjakan tugas-tugas domestik atau pun tugas-tugas yang lainya, sebab keadilan
dalam kehidupan keluarga menjadi modal utama untuk melahirkan generasi-generasi
yang terbuka dan insya Allah akan lebih baik. Begitu pun dengan pendidikan, orang tua
mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan yang sama kepada anak-anaknya,
baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Mari memulai menyiapkan diri dari dalam keluarga dengan bersikap adil di
dalamnya. Keadilan dalam keluarga harus mampu menginspirasi perilaku adil yang lebih
luas kepada lingkungan sekitar dan bangsa seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai