Mata merah tanpa penurunan penglihatan : Konjungtivitis Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental (Ilyas dan yulianti, 2015). Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat- obatan topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif (Ilyas dan yulianti, 2015). Pembagian konjungtivitis : a. Konjungtivitis bakteri Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata (Ilyas dan yulianti, 2015). Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Ilyas dan yulianti, 2015). Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi (Ilyas dan yulianti, 2015). b. Konjungtivitis virus Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Ilyas dan yulianti, 2015). Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus (Ilyas dan yulianti, 2015). Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi (Ilyas dan yulianti, 2015). c. Konjungtivitis alergi Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1. (Ilyas dan yulianti, 2015). Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh- tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Ilyas dan yulianti, 2015). Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda- beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan, dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensa- kontak atau mata buatan dari plastik (Ilyas dan yulianti, 2015). d. Konjungtivitis jamur Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Ilyas dan yulianti, 2015). e. Konjungtivitis parasit Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Ilyas dan yulianti, 2015). Pterigium Merupakan penebalan konjungtiva pada sisi medial dan atau lateral mata, dan semakin lama semakin meluas ke arah kornea. Sinar ultra violet (UV) merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian pterigium. Keadaan ini merupakan fenomena iritatif akibat sinar UV, pengeringan dan lingkungan dengan banyak angin (Rany, 2017). Pinguecula Pinguecula adalah benjolan atau bintik berwarna kuning yang tumbuh pada konjungtiva lapisan bening di sepanjang kelopak mata dan menutupi bagian putih mata (sklera). Bintik atau benjolan pinguecula biasanya terlihat pada bagian kornea yang lain (Napoly et al., 2017). Penyebab pinguecula belum dapat dipastikan. Meski demikian, beberapa faktor dikaitkan dengan kemunculan ini antara lain terlalu sering terpapar matahari, debu atau angin (Napoly et al., 2017).
Mata merah dengan penurunan penglihatan :
Ocular injuries/Trauma Okular a. Trauma kimia Trauma kimia karena bahan kimia basa kuat yang masuk ke mata, merusak kolagen pada kornea, bilik mata depan, hingga ke retina yang dapat berakibat rusaknya pembuluh darah dan terjadi mata merah (Ilyas dan yulianty, 2015). b. Trauma mekanik Trauma yang terjadi di mata dapat menyebabkan robeknya pembuluh darah sehingga terjadi mata merah (Ilyas dan yulianty, 2015). Glaukoma Pada glaukoma sudut tertutup akut, jalur humour akuos tertutup mengakibatkan tekanan bola mata yang meningkat. TIO yang meningkat mengakibatkan pembuluh darah di mata menciut karena tekanan yang tinggi dan ada pulang pecah berakibat mata tampak merah (Ilyas dan yulianty, 2015). Uveitis anterior Terjadinya pada bagian uvea yaiti iris (iritis) dan siliar (iridosiklitis) mengakibatkan proses radang sehingga pembuluh darah melebar dan mata tampak merah (Ilyas dan yulianty, 2015). Penyakit pada vitreus a. Endoftalmitis Peradangan berat dalam bola mata b. Panoflamitis Peradangan seluruh bola mata (termasuk sklera dan kapsul tenon) Kedua berakibat melebarnya pembuluh darah dan mata akan tampak merah (Ilyas dan yulianty, 2015). Keratitis Proses radang yang terjadi pada kornea di mana pembuluh darah di sekitar nya akan melebar dan mata terlihat merah (Ilyas dan yulianty, 2015). Skleritis Merupakan suatu radang kronis granulomatosa pada sklera. Kelainan ini ditandai dengan infiltrasi sesuler, dekstruksi kolagen, dan remodeling vascular. Perubahan-perubahan ini diperantarai oleh proses imunologis atau akibat infeksi. Sebagian besar disebabkan reaksi hipersensitivitas tipe III IV yang berkaitan dengan penyakit sistemik Episkleritis kondisi peradanagn jaringan ikat yang mempengaruhi jaringan episklera yang terletak diantara konjungtiva dan sklera.
Ilyas S dan Yulianti SR. 2015. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Badan Penerbit FKUI ; Jakarta